Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JOHN Linville bolak-balik melongok situs lelang Ebay di komputernya. Pengacara Los Angeles yang juga dikenal sebagai mantan disk jockey ini mencari Big Boy. Inilah single pertama Michael Jackson, yang diluncurkan pada 1968 oleh Steeltone Records milik Bobby Taylor. ”Saya berusaha mendapat kopi lagu itu, meskipun pasti sulit,” kata Linville, yang mengoleksi hampir semua album Michael sejak masa The Jackson Five.
Kelompok musik itu dibentuk ayahnya, Joe Jackson, pada 1964. Kala itu Michael baru berumur enam tahun. Empat tahun kemudian, The Jackson 5 telah digandeng perusahaan rekaman Motown.
Michael melejit menjadi ujung tombak grup itu. Dalam tulisannya di majalah Rolling Stone, kritikus musik Langdon Winner mengagungkan suara sang vokalis yang bisa berubah-ubah dalam usia belia. Empat single pertama kelompok itu—I Want You Back, ABC, The Love You Save, dan I’ll Be There—menyodok ke urutan teratas tangga lagu Billboard. Inilah pertama kalinya sebuah grup musik meraih prestasi secemerlang itu. Begitu populernya Jackson 5 hingga mereka punya serial kartun yang ditayangkan di stasiun televisi ABC.
Popularitas Jackson 5 makin meroket pada 1970-an. Sukses ini mengantar Michael membuat album solo Off the Wall pada 1979. Para kritikus menyatakan album itu merupakan gabungan dari funk, disco-pop, soul, soft rock, jazz, dan pop ballads.
Inilah pijakan pertamanya sebelum kelak menggetarkan dunia dengan Thriller, yang hingga akhir 1984 saja terjual 33 juta kopi. Di ujung 2007, jumlah itu menanjak mencapai lebih dari 104 juta keping. Guinness Book of World Records pun menahbiskan Thriller sebagai ”album dengan penjualan terbesar sepanjang masa”. Terlepas dari hitung-hitungan bisnis, album itu tercatat sebagai salah satu yang terpenting dalam sejarah industri musik dunia.
Sukses Thriller bukan ”tak sengaja”, melainkan sebuah kerja keras dan kerja sama kuat di balik layar. Michael Jackson dan produser Quincy Jones sejak awal memancangkan niat: ”We have to make pop music better!”
Hasilnya bukan hanya musik pop yang menjadi lebih baik, melainkan juga rock & roll. Meskipun secara teknis bukan album rock & roll, Thriller memiliki pengaruh terbesar terhadap rock & roll dibanding album-album lain selama 30 tahun terakhir. Salah satu hal yang menyumbang suksesnya album ini adalah videoklip Thriller arahan John Landis yang mengguncang dunia. Videoklip sepanjang 14 menit ini lebih mirip sebuah film pendek yang diberi musik karena pada periode itu videoklip lazimnya masih pada fase penyanyi atau band yang cukup diperlihatkan sedang menyanyi. Videoklip yang memperlihatkan sosok Michael Jackson yang berubah menjadi zombie dan berdansa bersama puluhan zombie lain itu menjadi satu titik revolusi dunia videoklip. Videoklip tidak saja menjadi alat promosi sebuah album, tapi juga bagian dari seni musik dan film yang bisa dibahas dari sisi estetika.
Sumbangan penting Jackson lainnya pada musik rock juga bisa dilihat dari kerja samanya dengan Eddie van Halen pada lagu Beat It di album Thriller. Pada lagu berdurasi 2.49 menit itu, Van Halen masuk dengan lolongan gitarnya selama 31 detik. Pada awal 1980-an, meski sudah ada Jimi Hendrix, sangat sulit bagi penyanyi kulit hitam menembus radio rock. Namun Beat It mematahkan semua itu.
Lewat Thriller dan album-album berikutnya, Jackson membuktikan kepada dunia bahwa pop, rock, dan R&B bisa dipersatukan dengan harmonis. Dia sukses mengkombinasikan gitar rock dengan irama R&B dan entakan disko.
Perkembangan musik dunia makin pesat. Sejak 1990-an, dunia mengenal rap, hip-hop, dan apa yang kerap disebut ”musik alternatif”. Dan album-album Jackson di era itu tak melulu berkibar. Album Dangerous pada 1991 tak lagi secemerlang Thriller. Hanya satu single yang masuk peringkat pertama: Black or White. Bahkan album ini kalah bersaing dengan Nevermind dari Nirvana.
Toh, ini semua tak menggoyahkan takhta Jackson sebagai King of Pop. Dia takkan pernah tergantikan. Ia malah memiliki banyak pengikut. Sebut saja Justin Timberlake, Usher, Kanye West, dan Chris Brown. Deretan penyanyi wanita seperti Whitney Houston, Mariah Carey, dan—tentu saja—Janet Jackson juga membawakan lagu dan penampilan panggung yang sangat dipengaruhi Michael Jackson.
Meski begitu, hanya ada satu raja. Jon Pareles dari The New York Times menulis: di dunia musik pop, hanya ada dua: Michael Jackson dan yang lain. Dan ”yang lain-lain” itu belum ada yang bisa mengalahkan sang Raja.
Andari Karina Anom (CNN.com, Time, Rolling Stone)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo