Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pianis dan komposer ternama, Ananda Sukarlan, membawakan lagu daerah Ambon dan Bugis dalam konser di Museum Kebangkitan Nasional dalam rangka memperingati Hari Musik Sedunia. Lagu berjudul Waktu Hujan Sore-sore dan Indo Logo ini ia bawakan dengan nuansa musik klasik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain Sukarlan, sejumlah musikus etnik menggubah lagu-lagu daerah sebagai salah satu bentuk pelestarian. Dosen Program Studi Musik Universitas Pelita Harapan, Jack Arthur Simanjuntak, menilai bahwa cara ini merupakan bagian dari tanggung jawab mengembangkan musik tradisional. "Jadi, bukan hanya yang lama itu dilestarikan, tapi juga pengembangannya yang menurut catatan saya itu jadi PR buat generasi muda," kata Arthur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menuturkan bahwa saat ini minim wadah untuk mempresentasikan musik etnik. Kendati begitu, ada sejumlah musikus yang telah berkarya dan berhasil membawa musik etnik ke kancah internasional. Berikut nama-nama musikus yang telah mengantarkan musik etnik Indonesia kepada pendengar di luar negeri.
Musikus Etnik yang Mendunia
- Gesang Martohartono
Maestro keroncong Indonesia ini terkenal lewat lagu Bengawan Solo. Lagu ini menjadi salah satu lagu Indonesia yang terkenal di Asia, terutama di Jepang, dan sudah diterjemahkan ke lebih dari 10 bahasa, termasuk bahasa Inggris, Rusia, dan Jepang.
- Kaihulu
Kelompok musik etnik dari Ambon itu pada Mei lalu manggung di Lower Town Arts & Music Festival di Kentucky, Amerika Serikat. Mereka berkolaborasi dengan musikus AS serta membawakan lagu berbahasa Inggris dengan nuansa musik Ambon. Tahun lalu, Kaihulu juga berpentas dalam pergelaran musik Jinju World Folk Arts Bieannale di Korea Selatan.
Salah satu penampilan mereka yang cukup banyak penontonnya adalah ketika mewakili Ambon dalam Fete de la Musique 2020. Festival musik virtual yang diadakan UNESCO Creative Cities Network (UCCN) untuk memperingati Hari Musik Sedunia. Dalam pertunjukan itu, Kaihulu membawakan sejumlah lagu tradisional Maluku, seperti Hio Hio dan Arwan Sir Sir.
- I Wayan Balawan
Musikus asal Bali ini pernah mendapat apresiasi dari majalah musik Jepang. Namanya masuk jajaran 111 Best Guitar Album pada September 2022. Balawan menempuh pendidikan di Australian Institute of Music. Sepulangnya dari sana, ia membentuk band Batuan Ethnic Fusion yang menggabungkan alat musik gitar, drum, dan bas dengan alat musik tradisional Bali. Ia bersama grupnya pernah tampil di Teatro Prometeo, Casa de la Cultura, di Quito, Ekuador, pada 2018.
- Lair
Grup musik etnik asal Jatiwangi, Cirebon. Mereka memanfaatkan genting, salah satu industri yang terkenal di Jatiwangi, untuk melahirkan musik yang dibalut dengan tarling Cirebon. Pada Maret-Juni 2022, Lair mengadakan tur dunia ke 20 kota, seperti Toronto, Norwegia, Denmark, Swiss, Kingston, dan Jerman.
- Gangsadewa
Kelompok asal Madura ini menyuguhkan perpaduan instrumen modern dan tradisional. Mereka menggunakan alat-alat musik tradisional atau etnik khas Indonesia, seperti musik bonang dari Minang, sapek Kalimantan, dan kecapi Sunda. Alat musik modern yang digunakan seperti bas elektrik, gitar, dan suling elektrik. Mereka beberapa kali diundang ke Tokyo dan menyuguhkan pementasan kolosal. Grup yang digawangi Memet Chairul Slamet ini juga pernah mewakili Kementerian Pariwisata Indonesia untuk tampil di depan publik Sydney.
FRISKI RIANA | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo