Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Lonjakan perolehan suara Partai NasDem dalam pemilihan umum April lalu mendorong partai ini untuk terus membesarkan organisasi dan kekuasaannya. NasDem yang menggelar kongres di Jakarta mulai hari ini hingga Senin mendatang berusaha melipatgandakan perolehan suaranya pada Pemilu 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Dewan Pimpinan Pusat NasDem, Taufik Basari, mengatakan salah satu upaya NasDem agar bertambah besar adalah dengan merekrut tokoh-tokoh baru. Mereka itu, Taufik mengklaim, bakal menjadi motor di dewan pimpinan pusat partai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Demi menampung tokoh-tokoh baru itu, NasDem akan menggemukkan struktur kepengurusan di tingkat pusat. "Kami berharap mereka akan memberi kontribusi besar untuk NasDem," kata Taufik kepada Tempo di Jakarta, kemarin.
Wajah-wajah baru itu akan diperkenalkan dalam arena kongres. Namun Taufik enggan membeberkan nama-nama mereka.
Ketua Umum NasDem Surya Paloh mengundang sejumlah kepala daerah untuk menghadiri kongres. Kepala daerah yang diundang antara lain Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Mereka juga diminta menjadi narasumber dalam sesi diskusi di forum kongres.
NasDem adalah satu-satunya partai politik yang mendapat kenaikan signifikan jumlah suara dan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pemilu 2019. NasDem meraih 12,66 juta suara, meningkat 2,33 persen dibanding pada Pemilu 2014, yakni 8,4 juta atau 6,7 persen suara nasional. NasDem kini menguasai 59 kursi di DPR, atau meningkat 23 kursi dibanding hasil Pemilu 2014. Lonjakan perolehan suara NasDem mengalahkan suara PDI Perjuangan yang hanya meningkat 0,38 persen.
Sejumlah politikus di partai koalisi pemerintah menyebutkan, lonjakan perolehan suara terjadi karena NasDem membajak banyak kader partai lain, terutama yang menjadi pejabat di pemerintah daerah. NasDem, menurut mereka, antara lain menggunakan kekuasaan Jaksa Agung Muhammad Prasetyo, yang juga kader partai tersebut. Sejumlah kepala daerah diajak bergabung atau bekerja untuk pemenangan NasDem pada pemilu April lalu. Sebelumnya, Prasetyo membantah tudingan ini. "Penilaian seperti itu keliru, jauh dari kebenaran," katanya.
Masih menurut sejumlah politikus tersebut, penggunaan pengaruh Jaksa Agung oleh NasDem itulah yang menjadi salah satu pemicu retaknya hubungan Surya Paloh dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. "Sejak 2014, PDIP sebenarnya pengen jaksa agung, tapi yang dapat NasDem," kata sumber di lingkaran partai koalisi pendukung Presiden Joko Widodo itu.
Taufik Basari menepis tudingan miring politikus partai tersebut. Menurut dia, yang dilakukan NasDem selama ini adalah membuat kadernya nyaman. Ketika mendukung seseorang untuk jabatan tertentu, Taufik mengklaim, NasDem tidak meminta mahar politik atau jatah proyek. "Ada tudingan mereka bergabung karena tekanan. Itu sama sekali tidak benar," ucap Taufik.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Pratiyno, berpendapat bahwa melonjaknya perolehan suara NasDem tak terlepas dari rajinnya partai ini merekrut kader. NasDem juga berhasil mengkonsolidasikan jaringannya di daerah. "Terlepas apa pun modus rekrutmennya, NasDem punya jangkar di tingkat daerah," ucap dia.
FIKRI ARIGI | AVIT HIDAYAT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo