Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Trump menang di negara-negara bagian penting, seperti Florida, Ohio, dan Texas.
Namun ia masih perlu menang di beberapa negara bagian penting lainnya untuk mengamankan posisinya dalam empat tahun ke depan, seperti Pennsylvania, Carolina Utara, Georgia, dan Alaska.
Nevada, yang memiliki enam suara elektoral, menjadi penentu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Politikus Partai Demokrat, Joe Biden, hampir memenangi pertarungan dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020 melawan inkumben Donald Trump. Hingga berita ini ditulis, Biden mengantongi 50,4 persen suara, unggul tipis dari Trump yang memperoleh 48 persen suara.
Hingga pukul 24.00 kemarin, Trump menang di 23 negara bagian dan memimpin di 4 negara bagian. Adapun Biden menang di 23 negara bagian dan unggul tipis di satu negara bagian, yakni Nevada.
Berdasarkan penghitungan suara sementara, Trump menang di beberapa negara bagian penting, seperti Florida, Ohio, dan Texas. Namun ia masih perlu menang lagi di beberapa negara bagian penting lainnya untuk mengamankan posisinya dalam empat tahun ke depan, seperti Pennsylvania, Carolina Utara, Georgia, dan Alaska.
Di sisi lain, Biden berhasil menang di California yang memiliki 55 electoral votes atau suara dewan elektoral. Namun jumlah suara yang masuk di negara bagian itu baru 66 persen. Biden juga menang di sejumlah negara bagian yang semula merupakan ceruk suara Trump dalam pemilihan presiden 2016, antara lain Michigan, Arizona, dan Wisconsin. Berkat kemenangan di dua negara bagian tersebut, pasangan Joe Biden-Kamala Harris sukses mendulang 37 suara dewan elektoral. Secara nasional, dari hasil penghitungan suara sementara, Biden sudah mengumpulkan 264 suara dewan elektoral. Sedangkan Trump baru memperoleh 214 suara dewan elektoral.
Di Michigan, kantong kemenangan Biden berada di kota-kota besar, seperti Lansing, Detroit, Ann Arbor, Flint, dan Grand Rapids. Pada masa kampanye, kedua kandidat beberapa kali mengunjungi Michigan untuk menggaet pemilih. Michigan menjadi lokasi pertarungan ketat karena Trump berusaha mempertahankan negara bagian yang dimenanginya dalam pemilihan 2016. Sementara itu, Biden berusaha membirukan kembali kantong suara Demokrat ini.
Dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat, perolehan suara dari masyarakat saja tak cukup untuk memperoleh kemenangan. Calon presiden harus meraih 270 suara dewan elektoral yang dimiliki setiap negara bagian.
Nevada, yang memiliki enam suara elektoral, menjadi penentu. Jika Biden berhasil menang di negara bagian tersebut, ia akan pas mengantongi 270 suara elektoral dan menjadi orang nomor 1 se-Amerika Serikat dalam empat tahun ke depan. Hingga berita ini ditulis, suara yang sudah dilaporkan di Nevada baru masuk 75 persen. Sebanyak 49,3 persen dikantongi Biden, sementara sisanya, 48,7 persen, diraih Trump.
Suara untuk Biden berpotensi masih akan bertambah dari ratusan ribu surat suara yang dikirim melalui pos. Amerika membuat kebijakan untuk melakukan pemungutan suara lewat pos karena alasan pandemi Coronavirus Disease 2019.
Selama penghitungan suara, Trump berupaya menjegal hasil pemilihan dengan berbagai cara. Salah satunya, menuntut penghitungan ratusan ribu suara pemilih yang dikirim lewat pos untuk dihentikan. Politikus Partai Republik itu mengatakan pemungutan suara lewat pos adalah bentuk penipuan.
Tim kampanye Trump lantas menggugat hasil penghitungan suara di Wisconsin, Georgia, Pennsylvania, dan Michigan meski proses penghitungan masih berlangsung. "Ini merupakan penipuan besar-besaran di negara kita. Kami ingin hukum digunakan dengan cara yang tepat. Jadi kami akan pergi ke Mahkamah Agung Amerika Serikat. Kami ingin semua pemungutan suara dihentikan,” ujar Trump di Gedung Putih, Selasa lalu.
Dalam kesempatan yang sama, Trump juga mengklaim memenangi pemilihan presiden. Ia dan tim kampanyenya bahkan sudah menyiapkan pesta besar-besaran untuk merayakan kemenangan. "Kami siap untuk perayaan besar, tapi tiba-tiba itu dicuri," katanya.
Kubu calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, mengecam pernyataan Donald Trump yang meminta proses penghitungan suara dihentikan. Manajer kampanye Biden, Jen O’Malley Dillon, mengatakan pernyataan Trump keterlaluan dan merupakan bentuk perampasan demokrasi. "Ini adalah upaya telanjang untuk mengambil hak-hak demokratis warga negara Amerika," ujar dia.
REUTERS | MAYA AYU PUSPITASARI
2
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo