Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ngadu jago, ingin cucu

Pasangan kakek nenek yang sudah bercerai, sanroji dan supinah, bertikai memperebuntukan sang cucu, sutikno. jalan pintasnya, mereka mengadu ayam untuk menentukan siapa yang berhak. akhirnya supinah yang menang. (ina)

14 Desember 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TARUHAN pertandingan kali ini tidak main-main: seekor - eh, seorang bayi. Di Desa Randegan, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Sutikno - nama si orok, berusia tiga bulan - sudah lama disengketakan kakek dan neneknya. Sanroji, 67, sang kakek, 14 tahun lalu bercerai dengan Supinah, 62. "Sudah tujuh tahun saya ingin memelihara cucu, untuk menemani dan untuk hiburan," ujar aki yang dari perkawinannya yang kedua (dengan Mujirah, 50) tidak dikaruniai momongan itu. Ia kesepian. Tetapi keinginan menimang cucu juga dipunyai bekas istrinya, Supinah, yang sehari-hari hanya ditemani seorang keponakannya. Keempat anaknya, hasil joint venture dengan Sanroji, sudah pada pindah ke di desa lain. Diam-diam - dan, anehnya, terjadi pada hari yang sama, hanya jamnya berbeda - kakek dan nenek itu meminta Sutikno. Sanroji memakai jalur Tarmini, anak mereka, ibu si bayi. Sedang Supinah melakukan pendekatan lewat Karso, suami Tarmini. Tentu saja pasangan Karso-Tarmini ini bingung, kepada siapa anaknya mesti diberikan - apalagi kedua orangtua itu bertengkar sengit. Untung, ditemukan jalan: Sanroji menantang Supinah bertanding. Bertanding apa? Agak unik, memang: adu jago - seperti cerita ketoprak saja. "Siapa yang jagonya menang, berhak atas Sutikno," ujar kakek yang di masa mudanya memang tukang adu ayam ini. Sabung ayam akhirnya berlangsung juga, akhir Oktober lalu, di rumah Supinah yang hanya berjarak 400 meter dari rumah Sanroji. Suporternya Karso, Tarmini, dan keponakan Supinah. Mereka bertepuk tangan setiap jago-jago saling melabrak, meski tak berani menjagoi salah satu kontestan. "Takut Ayah atau Ibu tersinggung," ujar Tarmini. Pertarungan berlangsung sekitar setengah jam. Hasilnya: jago Sanroji, yang berbulu kuning dan hijau, keok. Supinah girang bukan main. "Memang saya yang lebih pantas memelihara Tikno," ujar nenek yang hidup menjanda ini, yang baru membeli ayam sebelum pertandingan. Sanroji kecewa. "Jago saya lebih besar dan terawat baik. Kok kalah," ujarnya memelas. Tapi ia tak berputus asa: "Mudah-mudahan anak saya yang lain mau melepaskan anaknya buat saya." Tidak pakai pertandingan, tentu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus