Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh, mengatakan operasi pasar beras belum optimal sehingga harga di tingkat konsumen masih di atas normal. Minimnya pasokan beras untuk operasi pasar membuat upaya stabilisasi harga tersebut tak optimal. “Kami sudah menggelar operasi pasar sejak awal Agustus, tapi memang belum maksimal,” kata dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam rencana operasi pasar, Bulog memasarkan beras kualitas medium sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450 per kilogram. Namun, kata Tri, volume beras yang disalurkan hanya 1.000–3.000 ton per hari, jauh dari angka yang dipatok dalam rapat koordinasi tingkat menteri awal pekan ini, yaitu 15 ribu ton per hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tri mengatakan minimnya pasokan beras untuk operasi pasar juga terjadi lantaran Bulog harus menjaga stok di angka 2 juta ton. Di sisi lain, serapan beras dari petani anjlok dari 10 ribu menjadi 5.000 ton per hari. Walhasil, Bulog menunggu masuknya beras impor. “Beras impor sudah mulai masuk. Semoga akhir pekan ini bisa disalurkan,” kata Tri.
Untuk menjaga kestabilan harga beras, pemerintah memutuskan kuota impor 2 juta ton tahun ini. Hingga 21 Agustus lalu, beras impor yang sudah masuk ke gudang mencapai 1,2 juta ton. Pada akhir Agustus hingga awal September, diperkirakan bakal ada tambahan beras impor yang masuk sebanyak 630 ribu ton. “Saat ini operasi memang masih fokus di Jawa, nanti meluas secara nasional,” kata Tri.
Berdasarkan data pada laman www.hargapangan.id, harga beras medium masih melampaui HET. Harga yang sesuai HET cuma terdapat di Nusa Tenggara Barat. Harga beras medium di 33 provinsi berkisar Rp 9.850–14.100 per kilogram.
Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Zulkifli Rasyid, mengatakan harga beras naik sejak awal bulan ini. Hal ini, kata dia, biasa terjadi karena pada September–November terjadi kemarau dan potensi gagal panen. “Pemerintah bertindak benar jika memakai beras impor untuk menjaga harga. Jangan seperti tahun lalu, bilangnya surplus tidak tahunya beras langka,” ujar dia.
Harga beras mulai naik lantaran pasokan di separuh wilayah produsen seperti Jawa Barat langka di musim kemarau. Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat, Hendy Jatnika, mengatakan, bulan ini, musim tanam 3 jatuh berbarengan dengan musim kemarau. “Produksi sebenarnya normal, tapi memang ada sentimen negatif,” kata dia.
Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso, mengatakan harga beras bisa saja sesuai dengan yang diharapkan kalau realisasi produksi yang ditargetkan pemerintah benar. “Andalkan impor dan stok Bulog ya bakal susah, karena hanya 10 persen dari total pasar beras nasional,” kata dia.
Adapun guru besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas Santosa, mengatakan pemerintah seharusnya memiliki data yang baik agar tak muncul kebijakan yang mengundang polemik. AHMAD FIKRI (BANDUNG) | ANDI IBNU
Menunggu Beras Impor Datang
Perum Bulog menggelar operasi pasar untuk stabilisasi harga beras di 85 kota dan kabupaten yang terkena dampak musim kemarau. Namun, kata Direktur Operasi dan Pelayanan Publik Bulog, Tri Wahyudi Saleh, saat ini operasi pasar terfokus di Pulau Jawa. Stabilisasi harga yang direncanakan berlangsung hingga awal tahun depan ini akan masif dilakukan saat beras impor sebanyak 600 ribu ton siap diedarkan.
- Volume penyaluran rata-rata operasi pasar (sejak awal Agustus): 3.000 ton per hari
- Target operasi pasar (diputuskan awal pekan ini): 15 ribu ton per hari
- Sebaran harian Bulog (Agustus): 5.000 ton per hari
Stok Beras Bulog:
- 3 Agustus 2018: 2,4 juta ton (berkurang 264 ribu ton untuk bantuan bencana gempa Lombok)
- 21 Agustus 2018: 2,1 juta ton (akan bertambah 630 ribu ton dari impor)
- Awal September: 2,6 juta ton
Stok cadangan (21 Agustus 2018):
- Cadangan beras pemerintah: 2 juta ton
- Pengadaan dalam negeri: 811,3 ribu ton
- Impor: 1,2 juta ton
- Stok komersial: 148 ribu ton
Jangkauan Operasi Pasar Bulog:
- 198 pasar
- 25 ribu RPK (Rumah Pangan Kita) Bulog
- 26 divisi regional (divre) Bulog
- 101 subdivre Bulog
- 463 gudang berkapasitas 3 juta ton
- 33 markas kepolisian daerah (plus kantor tingkat resor dan sektor sesuai kebutuhan)
- 24 markas komando militer daerah (plus markas tingkat kota/kabupaten sesuai kebutuhan)
SUMBER: BULOG | KEMENTERIAN PERTANIAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo