Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Penyandang disabilitas kehilangan pendapatan setelah wabah corona menyebar.
Mereka kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena tak punya penghasilan tetap.
Sejumlah komunitas tergerak memberikan bantuan bahan kebutuhan pokok dan uang tunai.
SEJAK wabah corona dinyatakan menyebar pada Maret lalu, Agus Wala kehilangan dua sumber penghasilan sekaligus. Penyandang tunadaksa itu diberhentikan sebagai kurir penyuplai jeruk untuk sebuah restoran di Makassar. Warung kopi di teras rumahnya di kota itu pun tutup karena sering disatroni polisi pamong praja yang menegakkan kebijakan jaga jarak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agus, 53 tahun, mengatakan dua pekerjaan itu biasanya menghasilkan nafkah sekitar Rp 3 juta setiap bulan. Kini, dia hanya mengandalkan pemasukan dari lapak kelontong di rumahnya. “Saya hampir tak ada pendapatan karena toko itu juga sepi,” ujar Agus ketika dihubungi melalui telepon pada Senin, 11 Mei lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena pendapatannya kempis, Agus kesulitan memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Di tengah kesulitan itu, Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (Perdik) datang dan memberikan bantuan bahan kebutuhan pokok kepada Agus. Paket itu berisi beras, gula, telur, susu, madu, mi instan, dan uang senilai Rp 100 ribu.
Direktur Perdik Abdul Rahman mengatakan paket bahan kebutuhan pokok dari lembaganya merupakan hasil donasi yang dibuka sejak awal Maret lalu. Rahman dan tim membuat poster penggalangan dana untuk kaum difabel, lalu mempublikasikannya di media sosial. Kelompok tersebut dipilih sebagai target yang harus dibantu karena, berdasarkan survei internal tim Perdik, banyak penyandang disabilitas yang kehilangan pekerjaan akibat wabah Covid-19. “Sumbangan yang terkumpul beragam jenisnya. Ada uang tunai dan bahan pangan pokok,” tutur Rahman.
Awalnya, tak mudah meyakinkan donatur untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Rahman akhirnya menjanjikan bahwa timnya akan merilis penggunaan dana secara berkala. Hingga 11 Mei lalu, donasi yang terkumpul mencapai Rp 26 juta. Perdik telah menyalurkan 160 paket bahan kebutuhan pokok kepada keluarga difabel di Makassar, Gowa, dan Maros, Sulawesi Selatan.
Pagebluk corona juga mengubah nasib Supono, 41 tahun. Penderita paraplegia—kelumpuhan pada bagian bawah tubuh karena cedera—itu diberhentikan dari perusahaan mebel di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada awal April lalu. Penjualan perabot di bengkel kerjanya merosot karena pesanan furnitur dari Amerika Serikat berkurang akibat wabah. Walhasil, pendapatan menurun sehingga perusahaan harus memangkas 600 pegawai, termasuk Supono.
Menerima kompensasi sebesar dua kali gaji, Supono memutuskan mudik ke Klaten. Di kampung halamannya itu, keadaan tak lebih baik. Dia menganggur dan hanya bergantung pada pesangon yang diperolehnya. “Kehidupan kami serba terbatas,” ujar Supono. “Kami tak punya penghasilan menjelang Lebaran.”
Dua pekan setelah berhenti bekerja, Supono ditelepon Fuad Jamil, pegawai Kota Kita, organisasi nirlaba di bidang pemberdayaan masyarakat urban. Supono ditanyai soal kondisi penyandang disabilitas saat corona mewabah. Kepada Fuad, Supono mengungkapkan bahwa kaum difabel kesulitan mengakses informasi tentang protokol kesehatan serta terhambat dalam memperoleh bahan kebutuhan pokok. Pada 27 April lalu, Supono menerima bantuan dari Kota Kita dalam bentuk uang tunai. “Saya akan memakai duit itu untuk menopang kebutuhan pangan keluarga,” tuturnya.
Sebelum menyasar penyandang disabilitas sebagai penerima bantuan, Kota Kita mengadakan riset. Fuad menyebutkan tim survei Kota Kita bertemu dengan sejumlah difabel di Surakarta dan sekitarnya untuk bertanya tentang kesulitan selama menghadapi wabah. Berdasarkan penjajakan awal itu, kata Fuad, seorang tunanetra mengaku kehilangan pelanggan pijat karena kebijakan jaga jarak. Ada pula penyandang tunarungu yang penghasilannya sebagai juru parkir melorot karena hampir semua toko tutup.
Mengumpulkan donasi melalui situs penggalangan dana Kitabisa.com, Fuad dan kawan-kawannya telah menghimpun sekitar Rp 5,2 juta sejak 15 April lalu. Jumlah itu belum ditambah dengan duit yang disisihkan dari anggaran sejumlah program kegiatan Kota Kita. Hingga 10 Mei lalu, Fuad dan para koleganya telah menyalurkan donasi kepada 37 keluarga penyandang disabilitas. “Jumlahnya mungkin tak besar, tapi cukup untuk meringankan beban keluarga,” kata Fuad.
RAYMUNDUS RIKANG
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo