Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAK sari-sarinya Setya Novanto ceria hari itu, Rabu pagi pekan lalu. Ia masuk ke Gedung Nusantara III, kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, dari pintu depan, sesuatu yang jarang ia lakukan selama menjadi Ketua DPR. Biasanya ia masuk lewat pintu belakang, diam-diam, menghindari kerumunan wartawan.
Apalagi, setelah menjadi tersangka korupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik, Setya seperti enggan bertemu dengan para juru warta. Hari itu ia terlihat berjalan santai melintasi kerumunan wartawan yang mangkal di gedung DPR. "Ini kan pembukaan masa sidang. Saya harus berpidato," kata Setya tentang alasannya masuk ke kantor lewat pintu depan.
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Mahyudin sempat menemui Setya di ruang kerjanya setelah sidang paripurna. Karena tak punya banyak waktu, keduanya berjanji melanjutkan pembicaraan di rumah Setya di Jalan Wijaya XIII, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. "Saya ingin bertemu untuk membicarakan pemilihan kepala daerah," ujar Mahyudin, politikus asal Kalimantan Timur.
Di ruang kerja Setya itu sudah ada Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham dan pengacara Setya, Fredrich Yunadi. Saat tengah berbincang mengenai perkembangan penyidikan korupsi e-KTP oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, kata seorang politikus, Setya menerima panggilan telepon.
Setya menjauh dari kolega dan pengacaranya. Ia terlihat berbicara dengan serius di sudut ruangan. Rampung bertelepon, Setya menyampaikan isi pembicaraan dengan lawan bicaranya. "Saya mau dijemput paksa," ujarnya, seperti ditirukan seorang koleganya pada Jumat pekan lalu.
Makin siang, tamu yang hadir di ruangan Setya makin banyak. Misalnya Ketua Koordinator Bidang Kepartaian Golkar Kahar Muzakir dan Bendahara Umum Golkar Robert Joppy Kardinal. Ketika mengetahui hendak dijemput paksa, Setya mengajak koleganya mendiskusikan langkah yang bisa diambil. "Yang disepakati siang itu, tim kuasa hukum mesti mendaftarkan gugatan praperadilan," kata politikus tersebut.
Fredrich, yang masih berada di ruangan Setya, mengutus anak buahnya ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Juru bicara pengadilan, Made Sutrisna, mengatakan gugatan didaftarkan tim kuasa hukum Setya pada Rabu pekan lalu. Gugatan ini tercatat dengan nomor 133/Pid.Pra/2017/PNJKTSEL.
Informasi soal KPK bakal menjemput paksa Setya Novanto sampai juga ke telinga para jurnalis. Wartawan Tempo setidaknya tahu info itu pada Rabu sore. Setelah kabar itu berembus, puluhan pengawal Setya mulai berdatangan ke gedung DPR. "Mereka bersedia berkorban untuk pimpinan DPR," ujar Fredrich sembari menunjuk beberapa pengawal Setya di Nusantara III.
Ketika jumlah pengawal makin banyak, Kahar dan Robert meninggalkan DPR. Seorang politikus menuturkan, Setya menunjukkan pesan singkat di teleponnya dari seorang penyidik KPK yang mengabarkan surat penangkapannya sudah disiapkan. "KPK bakal bergerak ke Senayan," kata politikus ini.
Mendengar bos mereka bakal ditahan, rombongan pengawal Setya merapatkan barisan. Sekitar pukul lima sore, Setya kembali memanggil Robert dan Kahar. Setelah dua jam membicarakan langkah-langkah yang harus ditempuh jika KPK menangkapnya, Setya mengajak mereka berembuk lagi di rumahnya.
Setya tak pulang memakai Lexus LS460 berpelat RI-6 yang biasa ia tumpangi. Ia naik Nissan X-Trail yang dipakai pengawalnya. Ia ditemani Kahar Muzakir. Mahyudin, yang sedang berada di pusat belanja Pacific Place, menerima kabar bahwa Setya telah tiba di rumahnya selepas magrib. "Saya punya janji, jadi stafnya memberi tahu," ujarnya.
Mahyudin tiba di rumah Setya sekitar pukul 20.00. "Belum ada wartawan," katanya. Malam itu, di rumah Setya sedang ada pengajian ibu-ibu yang digelar istri Setya, Deisti Astriani Tagor. Di ruang belakang, Mahyudin bertemu dengan Kahar. "Meskipun pulang bareng, Pak Kahar bilang dia tak bertemu dengan Setya," kata Mahyudin.
Tak berselang lama, Mahyudin melihat Fredrich datang disusul Robert Kardinal. Bersamaan dengan itu pula petugas KPK tiba di depan pagar rumah. Kata Mahyudin, Deisti dan Fredrich terlihat bernegosiasi dengan para penyidik. "Cuma, saya tak mendengar detail pembicaraan mereka," ujarnya.
Saat petugas KPK menunggu Setya, Kahar pamit karena mengantuk. Ia keluar melalui pintu rahasia yang tembus ke rumah Setya yang lain. "Pak Setya juga keluar lewat situ sebelum KPK tiba," kata seorang politikus.
Fredrich mengatakan Setya dijemput seorang tamu sebelum para penyidik datang. Ia mengklaim mengontak kliennya itu tapi tak berhasil. Deisti juga menelepon, tapi tertolak. Seorang koleganya menyebutkan Setya berada tak jauh dari rumahnya sepanjang malam itu.
Setya muncul ketika suaranya terdengar di Metro TV lewat acara Prime Time News pada pukul enam sore keesokan harinya. Ia diwawancarai Muhammad Hilman Mattauch, yang bersamanya dalam mobil Fortuner hitam B-1372-ZLO. Hilman mengendarai mobil miliknya itu dari gedung DPR menuju studio Metro TV di Kedoya, Jakarta Barat.
Rupanya, wawancara Setya di Metro TV batal karena produser acara itu keberatan menampilkan Setya yang tengah diburu KPK. Seorang produser mengatakan wawancara akhirnya disepakati melalui telepon seluler Hilman.
Pemimpin Redaksi Metro TV Don Bosco Selamun mengatakan tim redaksi masih menelusuri kemungkinan pelanggaran kode etik atau peraturan perusahaan dalam wawancara Hilman dengan Setya. Don Bosco mewanti-wanti, Metro TV tidak akan menoleransi dan bakal menindak tegas jika menemukan pelanggaran kode etik. Hilman sempat menjanjikan bakal memberikan wawancara pada Jumat pekan lalu. "Tunggu sebentar, ya," ujarnya kepada Diaz Prasongko dari Tempo.
Kedekatan Hilman dengan Setya terjalin ketika dia menjadi koordinator wartawan parlemen pada 2014-2016. Saat Musyawarah Nasional Golkar di Bali pada 2016, Hilman pula yang sehari-hari berada di dekat Setya. Tempo sempat memergoki Hilman memberi nasihat kepada Setya via telepon menjelang pemilihan, yang akhirnya dimenangi Setya.
Kedekatan keduanya kembali terekam tatkala Setya memenuhi panggilan KPK pada 14 Juli lalu. Ketika keluar dari gedung KPK, Setya pulang dengan Toyota Fortuner yang sehari-hari dipakai Hilman.
Pelarian Setya dan Hilman berhenti di Jalan Permata Hijau, Kebayoran Lama. Toyota Fortuner yang mereka tumpangi menabrak tiang lampu jalan. Sejumlah saksi mata menyebutkan Setya diboyong ke rumah sakit ditolong pengendara sedan hitam yang membuntutinya sejak keluar dari DPR- meskipun, kata Yunadi, Setya dibopong seorang tukang ojek. "Terluka parah, benjol di kepala sebesar bakpao," ucapnya.
Banyak kejanggalan di sekitar kecelakaan Setya. Selain hanya dia yang terluka dalam mobil itu, ada mobil sedan di belakangnya yang siap menolong- seolah-olah Setya tengah menyiapkan skenario agar ia tak diperiksa KPK. Apalagi beredar kabar bahwa satu lantai Rumah Sakit Medika Permata Hijau, tempat Setya dirawat, dipesan seseorang beberapa jam sebelum kecelakaan terjadi. "Kami seperti rumah sakit lain, tak bisa di-booking seperti restoran," ujar Bimanesh Sutarjo, dokter yang merawat Setya.
Wayan Agus Purnomo, Ahmad Faiz, Arkhelaus W., Zara Amelia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo