Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pakai gaplek

Jago-jago memancing profesional ikut berlomba di desa kemadang, gunung kidul. mereka terkecoh, tidak satupun mendapat ikan. ternyata ada yang curang, seseorang membenamkan gaplek di tempat tertentu.(ina)

21 September 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALI itu, jago-jago memancing dari seantero Yogyakarta merasa di pecundangi. Semenjak pagi sampai tengah hari, tak seekor ikan pun mau memakan umpan mereka. Padahal, para pemancing profesional yang mengikuti lomba memancing di telaga Desa Kemadang, Gunung Kidul, itu merasa sudah memasang umpan terbaik. Misalnya Suwandi. Karena menurut taksiran di telaga itu banyak ikan tombro, tawes, dan mujair, ia membuat umpan dengan menu khusus: tepung terigu dicampur telur, kacang tanah, dan jagung. "Saya pikir, itu roti istimewa untuk ikan-ikan. Nyatanya tak ada yang mau makan," katanya kesal. Iwang, dari Perkumpulan Memancing Mataram, tidak kalah jengkel. Begitu pula sebagian besar dari sekitar 300 peserta lomba, yang setiap orangnya ditarik Rp 2.500. Merasa tak bakal mendapat ikan, pada tengah hari 11 Agustus lalu itu sekitar 50 peserta menyatakan menyerah. Mereka mengundurkan diri dan duduk sambil ngobrol di tepi telaga. Mereka masing-masing menumpahkan kekesalan dan keheranannya. Juga kecurigaan. Sebab, di sisi lain telaga tersebut, beberapa pemancing ternyata bisa mendapatkan ikan. Padahal, tempat tadi dinilai bukan tempat yang stategis untuk memancing. Kecurigaan kian meruncing, sampai kemudian terjadi adu mulut. Merasa tersudut, seorang pemancing lalu terjun ke telaga dan mengangkat sebuah karung goni berisi gaplek. Orang itu, Praptostu, mengaku disuruh menenggelamkan gaplek tadi oleh Dokter Nugroho alias Hong Ing - salah seorang peserta yang bisa memperoleh ikan. Keributan nyaris terjadi bila saja pihak penyelenggara - Dinas Perikanan Gunung Kidul - tidak segera turun tangan. Semua menuduh, gaplek itulah yang membuat ikan-ikan kekenyangan sehingga tak mau menyantap umpan. Nugroho membantah dituduh telah melakukan kecurangan. "Saya cuma melaku-kan taktik memancing. Ibarat main basket, saya cuma berniat memblokir lawan supaya tidak bisa menembakkan bola," ujarnya. Sebanyak 50 kilogram gaplek yang diam-diam dicemplungkan ke dalam telaga, dua hari sebelum pertandingan, kata pemancing kawakan itu, memang dimaksud untuk memblokir pemancing lain. Tidak seperti diduga banyak orang, "Gaplek bukan disantap oleh ikan, melainkan sekadar mengundang agar ikan-ikan berdatangan karena tertarik oleh baunya." Dalam dunia memancing, hal itu disebut dengan istilah bom. Gaplek, kata Nugroho, bukan satu-satunya alat mengebom. Sardencis atau bangkai bisa juga digunakan - bergantung pada jenis ikan yang mau dipancing. Nugroho memperoleh ikan karena memancing di lokasi gaplek ditenggelamkan. Protes para pemancing diterima panitia penyelenggara. Mereka berjanji akan memanggil Nugroho. Tapi Nugroho mengaku belum pernah menerima panggilan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus