Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar merek Yuswohady angkat bicara soal slogan baru Jakarta 'Sukses Jakarta Untuk Indonesia' yang digunakan Pj Gubernur DKI Heru Budi Hartono. Dia menduga slogan yang digunakan sebagai visi Gubernur tahun 2022-2024 itu muncul karena alasan politis.
Menurutnya, hal ini terjadi karena persoalan pergantian pemimpin sehingga ada pertimbangan untuk membuat inisiatif baru. "Saya curiga itu bukan karena alasan strategis, tapi karena alasan politis," ujarnya saat dihubungi pada Rabu, 14 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan, pergantian slogan dapat dilakukan tergantung kondisi dan tingkat kepentingannya. Pergantian tersebut juga harus melalui kajian strategis dengan melihat perkembangan masyarakat hingga dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi saat itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yuswohady memberi contoh kasus, Yogyakarta yang pernah memiliki slogan 'Never Ending Asia' karena sempat mengalami krisis ekonomi. Salah satu cara untuk mendapatkan devisa adalah dengan mendatangkan wisatawan serta investor asing melalui pariwisata sehingga pemerintah gencar memperkenalkan DIY pada dunia luar.
Kemudian slogan tersebut berubah pada tahun 2015 menjadi 'Jogja Istimewa' sebagai daya tarik wisata dan representasi daerah yang memiliki diferensiasi kuat dibanding daerah lain.
"Slogan itu ganti gak masalah, artinya tergantung dari kondisi yang terjadi dan tingkat kepentingannya," ungkap Yuswohady.
Kemunculan slogan baru Jakarta yang nantinya bersanding dengan branding +Jakarta atau Plus Jakarta yang dibesut Anies Baswedan, menurut Yuswohady, dianggap tidak cukup efektif.
Alasannya, karena persepsi masyarakat tentang Jakarta bakal terpecah. Sedangkan branding Plus Jakarta juga belum sepenuhnya membekas di benak masyarakat.
"Kalau ada dua slogan itu jadi terpecah, jadi maunya yang mana satu aja belum fokus ya," kata dia.
Yuswohady mengatakan inti dari sebuah branding adalah konsistensi. Waktu yang dibutuhkan untuk membangun branding seharusnya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Kalau Heru Budi memiliki visi tertentu, tidak seharusnya disampaikan ke publik dalam bentuk slogan baru Jakarta, agar tidak menimbulkan kebingungan. "Menurut saya mestinya sih cuma satu, kalau visi jangan disampaikan ke publik karena visi sama slogan itu beda," tuturnya