Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEPADA Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan instruksi supaya membawakan contoh timba dari kantor gubernur, selepas Jumatan pekan lalu. Sahibulbait pun buru-buru ke luar ruangan dan kembali dengan membawa gayung. “Kita harus cari terobosan,” kata Husain Abdullah, juru bicara Wakil Presiden, menirukan ucapan Kalla dalam rapat koordinasi penanganan gempa tersebut.
Menurut Husain, Kalla meminta perwakilan Pertamina yang hadir di ruangan itu membuka semua stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah yang terkena gempa dan tsunami tanpa perlu menunggu listrik menyala. Sebelumnya, saat berkeliling meninjau lokasi bencana, Kalla menyaksikan antrean di berbagai SPBU. Kalla pun meminta semua SPBU membeli drum dan memenuhinya dengan bahan bakar minyak. “Kembali ke cara manual. Gunakan timba satu liter supaya lebih cepat,” kata Kalla, sementara tangannya yang memegang gayung memperagakan gerakan menciduk.
Dalam rapat yang juga dihadiri Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto itu, Kalla meminta pula Pertamina menjaga kelancaran distribusi gas tiga kilogram. Dia pun meminta Pertamina menyiapkan kompor untuk dibagikan kepada penduduk yang membutuhkannya. Kalla meyakini gempa dan tsunami yang terjadi pada Jumat dua pekan lalu itu juga melenyapkan peralatan memasak.
Setelah ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi komandan penanganan gempa dalam rapat kabinet terbatas pada Selasa pekan lalu, Kalla langsung mengumpulkan stafnya untuk membahas kondisi di Sulawesi Tengah. Ketua tim ahli Wakil Presiden, Sofjan Wanandi, mengatakan, dua hari sebelumnya atau pada Ahad pekan lalu, Kalla menggelar rapat di kantor Palang Merah Indonesia. Ketua Umum PMI itu memberikan instruksi agar PMI segera mengirimkan ambulans ke Sulawesi Tengah. “Padahal malam sebelumnya dia baru kembali dari New York,” ujar Sofjan. Kalla ke Amerika Serikat mewakili Presiden dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Hari itu pula Kalla memberangkatkan dua helikopter dari Hanggar Bukit Baruga, Makassar, untuk membawa makanan, obat, dan tim medis. Dia pun mengirimkan belasan mobil tangki air bersih melalui jalur darat serta menggerakkan alat-alat berat dari Kabupaten Poso menuju Kota Palu. Wakil Presiden juga memerintahkan perusahaannya, Kalla Group, menyiapkan kapal rute Jakarta-Makassar setiap tiga hari untuk mengangkut bantuan dari lembaga donor atau individu.
Kalla memang memiliki pengalaman menangani sejumlah bencana. Saat gempa dan tsunami melanda Aceh pada pengujung 2004, Kalla, yang waktu itu menjadi wakil presiden, memimpin operasi tanggap darurat atas bencana yang memakan korban jiwa sekitar 160 ribu orang tersebut. Kalla juga ikut menangani dampak letusan Gunung Merapi pada 2006.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara bercerita, dalam rapat kabinet membahas penanganan gempa, Kalla membagikan pengalamannya menangani tsunami di Aceh. “Misalnya bagaimana cara cepat menangani korban meninggal,” ujar Rudiantara.
Seusai rapat di kantor gubernur, Kalla menjelaskan kepada wartawan bahwa masa tanggap darurat diperkirakan berlangsung dua bulan. Kemudian dimulailah masa rehabilitasi dan rekonstruksi, yang direncanakan selesai dalam dua tahun. Setelah memberikan penjelasan, Kalla kembali berkeliling lokasi bencana. Dia mengunjungi Pelabuhan Pantoloan, Kota Palu, yang juga terkena dampak bencana. Malamnya, dia bertolak ke Jakarta.
Sebelum Kalla tiba di lokasi, kericuhan masih terjadi di Kota Palu dan sekitarnya. Di sejumlah minimarket dan supermarket, terjadi penjarahan. Tempo menyaksikan supermarket Fitra Swalayan di Jalan Dewi Sartika dijarah ratusan orang pada Selasa siang. Polisi yang sempat mengeluarkan tembakan peringatan tak berdaya menahan masyarakat yang merangsek masuk. Menjelang sore, bukan hanya bahan pangan yang dijarah, melainkan juga barang elektronik.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicolas Mandey mengatakan, hingga Senin pekan lalu, ada 40 gerai Alfamart dan satu gerai Hypermart di Palu yang dijarah. Adapun Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah meminta pemerintah dan polisi menindak tegas pencurian tersebut. “Penjarahan itu merupakan tindakan kriminal yang harus dicegah,” katanya.
Wiranto menolak tindakan itu disebut sebagai penjarahan. “Saya lihat langsung bahwa ada perbedaan antara penjarahan dan pengambilan barang dari toko, terutama makanan dan minuman,” ujarnya. Tapi dia tak menutup kemungkinan terjadi pencurian. “Di beberapa tempat barangkali ada yang liar.” Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian juga membantah terjadi penjarahan. “Bukan penjarahan, mereka itu lapar,” ucapnya.
Menurut Wiranto, pengambilan barang itu diperbolehkan oleh pemerintah karena terjadi keterbatasan suplai makanan. Nantinya, barang-barang itu akan dibayar kembali. Tapi Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan pemerintah tak mengganti kerugian toko yang barang-barangnya dijarah. Ihwal perbedaan pernyataan ini, Rudiantara menyebutkan para menteri sudah terkonsolidasi dan solid. “Mungkin ada perbedaan persepsi publik, bisa saja terjadi,” ujarnya.
Polisi akhirnya menangkap para penjarah. Kepala Divisi Humas Kepolisian RI Inspektur Jenderal Setyo Wasisto -mengatakan, hingga Kamis pekan lalu, polisi menangkap 91 tersangka pencurian. Di antara pelaku, ada yang membawa truk berisi 60 dus keramik lantai dan 250 lembar seng. Ada pula yang mengangkut ban dalam sepeda motor, oli mesin, telepon seluler, serta pestisida. Bahkan ada juga yang membawa anjungan tunai -mandiri.
Sejumlah orang menjarah sisa barang di pusat belanja Ramayana di Kota Palu. - TEMPO/Muhammad Hidayat
Para pejabat di Jakarta tak hanya terpukul oleh gempa dan tsunami, tapi juga direpotkan oleh informasi bohong atau hoaks seputar bencana. Rudiantara mengatakan, sesaat setelah bencana terjadi, dia meminta anak buahnya berfokus pada penelusuran kabar bohong. Hingga Selasa pekan lalu, ditemukan sejumlah informasi menyesatkan yang beredar di dunia maya. Pelaksana tugas Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ferdinandus Setu, mengatakan antara lain foto korban tsunami Aceh pada 2004 yang diklaim akibat gempa di Sulawesi Tengah serta meninggalnya Wali Kota Palu, Hidayat, yang ternyata masih hidup.
Kementerian Komunikasi dan Informatika juga menganalisis foto aksi kemanusiaan Front Pembela Islam yang diklaim dilakukan di Palu. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan foto itu ternyata diambil di Sukabumi pada 2015. “Yang hoaks itu fotonya,” ujar Semuel. Juru bicara FPI, Slamet Ma’arif, membantah kabar bahwa organisasinya tidak membantu korban gempa di Sulawesi Tengah.
Hingga Jumat pekan lalu, polisi menangkap sembilan tersangka penyebaran hoaks. Menurut Kepala Subdirektorat I Tindak Pidana Siber Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI Komisaris Besar Dani Kustoni, para tersangka ditangkap di sejumlah wilayah, seperti Nusa Tenggara Barat, Manado, dan Pekanbaru. Menteri Rudiantara mengatakan pengawasan lembaganya tak terkait dengan politik. “Saya tidak mengurus politik,” ujarnya.
PRAMONO, ANDITA RAHMA, DEVY ERNIS, FRISKI RIANA, HENDARTYO HANGGI (JAKARTA), HUSSEIN ABRI DONGORAN, SYAIFUL HADI (PALU)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo