Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Panggung Terakhir Prabowo

MENJELANG pemilihan presiden 2019, Prabowo Subianto merombak penampilannya. Dalam berbagai survei, ia disebut sebagai penantang terkuat Joko Widodo. Berusaha menaruh kakinya di berbagai wilayah untuk menggalang dukungan lewat pemilihan kepala daerah 2018. Menyiapkan infrastruktur partai hingga bernegosiasi dengan kelompok Islam kanan.

14 Januari 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETIAP kali bersantap, Prabowo Subianto menghamparkan rajangan bawang merah, bawang putih, kencur, dan kunyit di sebelah lauk utama. Tanpa nasi, bawang dan rimpang mentah itu dikunyah begitu saja berselang-seling dengan lauk. Ahmad Muzani, yang kerap menemani Prabowo makan, mengatakan sudah berbulan-bulan Ketua Umum Partai Gerindra itu menghindari nasi. "Beliau diet karbo," ujar Sekretaris Jenderal Gerindra itu pada Jumat pekan lalu.

Prabowo pun sudah lama menyisihkan gula pasir dari kopinya. Sebagai penikmat kopi, ia meracik sendiri minumannya tanpa gula. Walhasil, kata Muzani, berat badan Prabowo turun 12-13 kilogram. Muzani tak hafal persisnya bobot Prabowo sekarang. "Yang jelas sekarang jauh lebih bugar," ujarnya.

Selain menjaga pola makan, Prabowo rutin berolahraga. Saban hari, ia berkuda dan berenang di kompleks rumahnya di Desa Bojong Koneng, Hambalang, Bogor. Dalam kondisi fit, menurut Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra Andre Rosiade, stamina laki-laki 66 tahun itu tak kalah dibanding orang yang jauh lebih muda. "Coba saja ajak adu lari," katanya. "Yang ngajak pasti ngos-ngosan."

Menurut Andre, Prabowo tinggal menurunkan bobotnya sekitar lima kilogram lagi untuk mencapai berat badan ideal. Dengan kondisi itu, kata Andre, Prabowo siap menghadapi Pemilihan Umum 2019. Tahun depan, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden digelar bersamaan. Sedangkan pendaftaran calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan pada Agustus tahun ini.

Selain mengubah penampilan, menurut Andre, selama empat tahun terakhir Prabowo terus membangun infrastruktur partai. Berbeda dengan 2014, Andre mengklaim, Gerindra kini lebih siap menghadapi pemilihan umum. Melonjaknya suara Gerindra pada Pemilihan Umum 2014 dibandingkan dengan 2009 berdampak pada makin berdenyutnya aktivitas partai hingga ke daerah.

Empat tahun lalu, mereka hanya punya 26 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat dan sekitar 700 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Kursi itu dikonversi dari 4,6 juta pemilih Gerindra pada 2009. Kini, Gerindra menatap pemilihan umum dengan modal 73 kursi di DPR dan ribuan kursi di DPRD, yang berasal dari 14,7 juta pemilih pada 2014. Dalam pemilihan presiden 2014, pemilih Prabowo mencapai 62,5 juta, terpaut sekitar 8,4 juta dari Joko Widodo, yang kemudian terpilih sebagai presiden.

Hampir tiap pekan, ratusan anggota Gerindra dari daerah mengikuti "sekolah partai" di Hambalang. Selama sepekan, mereka, yang sebagian besar menjadi pengurus Gerindra di daerah, menginap di barak. Bangun pukul 04.30, mereka diajari berbagai materi hingga petang. "Untuk melatih disiplin, ada baris-berbaris," ujar Habiburokhman, anggota Dewan Pembina Gerindra.

Rabu siang pekan lalu, sejumlah orang tampak berjajar di pekarangan kantor pusat Gerindra di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan. Menurut Habiburokhman, mereka adalah kader dari daerah yang akan mengikuti pelatihan di Hambalang. Setiba di Jakarta, mereka menyambangi markas partai lebih dulu untuk mengikuti orientasi selama sehari. Esoknya, mereka berangkat ke Hambalang.

Pelatihan serupa diterapkan dalam program "Gerindra Masa Depan". Ini program kaderisasi yang diikuti kerabat dan orang-orang terdekat pengurus atau anggota Gerindra di daerah. Sementara sekolah partai merupakan program lama yang terus dijalankan hingga kini, "Gerindra Masa Depan" dimulai setelah kekalahan Prabowo pada 2014. Sampai saat ini, program itu sudah diikuti enam angkatan. "Pak Prabowo salah seorang pengajarnya," kata Habiburokhman.

Gerindra makin identik sebagai partai penampung pensiunan militer. Tahun lalu, mereka membuat sayap baru partai bernama Purnawirawan Pejuang Indonesia Raya (PPIR). Organisasi ini diketuai Mayor Jenderal Purnawirawan Tatang Zaenudin, bekas Deputi Operasi Badan SAR Nasional. Menurut Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, PPIR memiliki ribuan anggota. "Dihimpun berdasarkan angkatan dan tahun kelulusan dari Akmil," katanya.

Di antara pensiunan tentara itu, yang kerap diajak Prabowo bertukar pikiran adalah Jenderal Purnawirawan Djoko Santoso, mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia; dan Letnan Jenderal Purnawirawan Yunus Yosfiah, mantan Menteri Penerangan. Untuk topik yang lebih informal, Prabowo sering mengobrol dengan Widjono Hardjanto, mitra lamanya dalam berbisnis yang juga pengurus Gerindra.

Pada Oktober tahun lalu, para kader yang dicetak lewat berbagai pelatihan itu dikumpulkan di gedung Sentul International Convention Center, Bogor, dalam acara konferensi nasional. Di tengah acara, Muzani menodong Prabowo dengan pertanyaan tentang kesediaan maju sebagai calon presiden pada 2019. "Jika kalian meyakini bahwa menjadi presiden bisa menjadi alat perjuangan, saya siap menjadi calon presiden," kata Prabowo, seperti ditirukan Muzani.

Kalimat tersebut satu-satunya pernyataan terbuka bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu mengenai niat maju pada 2019 di hadapan pendukungnya. Tujuh bulan sebelum pendaftaran calon presiden, Prabowo belum terang-terangan mendeklarasikan diri. Gerindra pun belum secara resmi menyatakan akan mengusungnya. Menurut Andre Rosiade, kemungkinan besar Gerindra akan mengumumkannya pada hari ulang tahun partai, yang jatuh pada 6 Februari mendatang.

Para kader percaya tingkat keterpilihan Prabowo tak jauh dari Jokowi. Dalam survei internal, menurut Fadli Zon, elektabilitas Prabowo dan Jokowi terpaut 10-15 persen. Fadli tak hafal angka persisnya.

Selisih itu berbeda dengan hasil sigi sejumlah lembaga survei, termasuk Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC). Pada awal Januari lalu, SMRC merilis elektabilitas sejumlah nama yang berpotensi maju pada 2019. Dari sejumlah nama, Jokowi dipilih oleh 38,9 persen responden, sedangkan Prabowo 10,5 persen. Angka ini makin lebar bila kontestan pemilihan presiden 2019 hanya Jokowi dan Prabowo. Dari 1.220 responden, sebanyak 64,1 persen memilih Jokowi. Adapun pemilih Prabowo hanya 27,1 persen.

Yang menarik, dalam survei itu ada 66,9 persen responden yang setuju Jokowi dan Prabowo berpasangan dalam pemilihan presiden mendatang. Fadli Zon menganggap hal tersebut tak aneh. Menurut dia, bukan cuma responden, Istana pun ingin Prabowo menjadi wakil Jokowi pada 2019. "Ada utusan yang menyampaikan pesan," ujar Fadli, tanpa menyebut nama.

Seorang politikus Gerindra menyebutkan salah satunya adalah Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut, menurut sumber ini, mengajak Prabowo menjadi calon wakil presiden Jokowi dalam acara makan malam bulan puasa tahun lalu. Tapi Prabowo menepis dengan mengatakan, bila ia maju bersama Jokowi, bakal ada penantang lain yang mungkin membuat kondisi politik tak stabil. "Daripada lawan mereka, mending lawan gua, kan?" kata Prabowo seperti ditirukan sumber ini.

Luhut menyanggah pernah mengajak Prabowo beraliansi dengan Jokowi. "Enggak. Enggak tahu saya," ujarnya kepada Fajar Febrianto dari Tempo pada Jumat pekan lalu. Juru bicara presiden, Johan Budi S.P., menyebutkan tak pernah mendengar informasi itu.

Seorang politikus dari partai yang berkoalisi dengan Gerindra mengatakan Prabowo tak menggebu-gebu lagi untuk maju pada 2019. Bahkan, dalam sebuah pertemuan, Prabowo memberikan isyarat tak akan mencalonkan diri lagi. Prabowo, menurut politikus ini, menyebutkan pada 2019 akan berumur 68 tahun. Ia pun tak lagi memiliki banyak pundi-pundi seperti pada pemilihan umum sebelumnya.

Muzani mengatakan tak pernah mendengar Prabowo tak akan maju pada 2019. "Tapi, kalau Pak Prabowo bilang pada 2019 nanti dia akan berusia 68 tahun, itu saya dengar," ujarnya. "Yang penting kan beliau sehat." Fadli Zon juga menyatakan informasi tersebut tidak benar. "Pak Prabowo pasti maju," katanya.

Agar bisa mengusung Prabowo, Gerindra, yang punya 73 kursi di DPR, membutuhkan sekurang-kurangnya 39 kursi tambahan. Menurut aturan, hanya partai atau gabungan partai yang memiliki sedikitnya 20 persen kursi di DPR atau 112 kursi yang bisa mengajukan calon presiden pada 2019. Peluang bagi Prabowo terbuka karena Gerindra telah berkoalisi setidaknya dengan Partai Keadilan Sejahtera, yang memiliki 40 kursi di DPR.

Sejak Pemilihan Umum 2014, kedua partai hampir selalu satu haluan. Keduanya ada di barisan oposisi. Pada pemilihan kepala daerah 2018, Gerindra dan PKS, ditambah Partai Amanat Nasional, beraliansi di banyak daerah untuk mengusung calon yang sama. Selain untuk memanaskan mesin partai menjelang 2019, pemilihan kepala daerah diyakini bisa menjadi cara menaruh kaki Prabowo di wilayah tersebut. "Boleh dibilang, pilkada 2018 itu semifinal. Pemilu 2019 finalnya," ujar Andre Rosiade.

Di Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno diikat kontrak politik untuk mendukung Prabowo pada 2019. Poin lainnya, Anies tak boleh maju sebagai calon presiden kecuali Gerindra dan PKS, yang mengusungnya di pemilihan Gubernur DKI Jakarta, berkehendak lain.

Menurut Fadli Zon, draf perjanjian itu dibuat olehnya. "Pakai bolpoin yang ini," katanya menunjukkan bolpoin yang terselip di saku kemejanya. Setelah surat perjanjian itu jadi, ia bermaksud menempelkan meterai di dokumen tersebut. "Saya sempat mencari-cari lem, tapi enggak ada. Akhirnya, saya tempel meterainya dengan ludah saya," ucapnya. Surat itu diteken Anies-Sandi, Prabowo, dan Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al-Jufri.

Kepada Friski Riana dari Tempo, Anies membantah adanya kontrak politik tersebut. "Enggak ada perjanjian," ujarnya.

Di Jawa Tengah, Sudirman Said, yang maju sebagai calon gubernur, tak diminta membuat perjanjian tertulis. Tapi, bila kelak setelah terpilih Prabowo memintanya, Sudirman tak akan keberatan. Bekas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu pun bersedia menjadi anggota Gerindra. "Saya berpikir tak selamanya saya bisa seperti ini. Kalau ingin berjuang, saya harus punya basis massa," katanya.

Sudirman menyebutkan tak mengenal Prabowo sebelumnya. Ia mulai sering bertemu dengan Prabowo setelah mengepalai Tim Sinkronisasi Anies-Sandi. "Saya harus melaporkan hasil kerja Tim Sinkronisasi kepada ketua umum partai," ujarnya. Dari situ, ia kerap berdialog dengan Prabowo, lalu ditanya tentang kemungkinan maju di Jawa Tengah.

"Pertanyaan Prabowo pertama, ’Kamu punya uang berapa?’," kata Sudirman. "Saya jawab, ’Tak punya uang, tapi kalau Bapak membukakan pintu di partai, insya Allah, ada teman-teman yang bisa menyumbang’."

Menurut Sudirman, dana yang ditanyakan Prabowo semata-mata untuk membiayai kampanye. Ia mengklaim tak pernah menyetor sepeser pun kepada Gerindra atau PKS.

Ketika mengumumkan Sudirman sebagai calon Gubernur Jawa Tengah, Prabowo begitu sumringah karena kedua bekas menteri kabinet Jokowi kini berada di kubunya. "Yang untung gue!" ujarnya. Kalaupun tak turun langsung dalam Pemilihan Umum 2019, Anies dan Sudirman berpotensi mendatangkan efek elektoral bila sukses memimpin daerahnya. "Kalau mereka bagus, Gerindra juga dinilai bagus," kata Andre.

Andre tak khawatir "dosa" Prabowo di masa lalu diungkit-ungkit lagi. "Masyarakat sudah bisa menilai," ujarnya. Pada saat menjabat Komandan Jenderal Kopassus, Prabowo dianggap turut bertanggung jawab dalam kasus penculikan aktivis. "Sekarang kita lihat: siapa sebenarnya yang suka menangkap mereka yang kritis?" tuturnya, merujuk pada penangkapan sejumlah tokoh politik dan mahasiswa pada era pemerintahan Jokowi.

Dengan berbagai persiapan tersebut, Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon meyakini Prabowo bisa menang pada 2019. Telah menyiapkan segalanya, Gerindra bertekad bakal habis-habisan. "Ini battleground terakhir Pak Prabowo," kata Fadli.

Anton Septian, Wayan Agus Purnomo, Raymundus Rikang, Riani Sanusi Putri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus