Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPIK sorak bergemuruh sewaktu Prabowo Subianto menyebut kriteria calon wakil presiden yang pas untuk mendampinginya. Ketua Umum Partai Gerindra itu mengatakan membutuhkan orang yang mampu berkomunikasi dengan generasi muda."Mayoritas pemilih pada pemilu mendatang berusia di bawah 40 tahun," kata Prabowo di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agus Harimurti Yudhoyono, yang berdiri di belakang Prabowo dan ayahnya, hanya tersenyum. Adiknya, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, malah lebih sumringah. Ketika Prabowo berbicara, Ibas sesekali melemparkan senyum kepada abangnya. Sorakan kader Partai Demokrat makin bertaluntalun sewaktu Prabowo menyambung ucapannya."Kalau umpamanya dalam pertemuan nanti nama AHY muncul sebagai sesuatu yang dibicarakan, why not?" ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertemuan Prabowo dan Susilo Bambang Yudhoyono hari itu diadakan untuk menjajaki koalisi Demokrat dengan Gerindra. Di ruang kerjanya, Yudhoyono dan Prabowo sempat bertemu empat mata. Belakangan, Agus Harimurti nimbrung. Setelah pertemuan kelar, ketiganya bergabung dengan kader mereka yang telah menunggu di ruang tamu Yudhoyono.
Sinyal dari Prabowo menggantang harapan Demokrat untuk mengusung jagoannya dalam pemilihan presiden 2019. Setelah Yudhoyono tak lagi menjabat presiden, Agus menjadi tumpuan bagi Demokrat untuk kembali berkibar. Setelah popularitasnya terkerek berkat keikutsertaan dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2017, kini iklan bergambar Agus dengan slogan"SI4P"angka 4 nomor urut Demokratbertebaran di jalanjalan strategis di berbagai kota.
Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Max Sopacua, mengatakan partainya memang bermaksud mendorong Agus sebagai calon wakil presiden tahun depan atau pada pemilihan 2024. Pada hari terakhir pendaftaran calon presiden dan wakil presiden pada 10 Agustus, umur Agus tepat 40 tahunusia minimal kandidat. Tapi Max menyadari keinginan mengusung Agus pada pemilu tahun depan terbentur realitas politik. Demokrat hanya memiliki 61 kursi atau 10,9 persen kursi di parlemen, kurang 51 kursi untuk mengusung calon presiden dan wakil presiden sendiri. Karena itu, Demokrat mesti berkoalisi dengan partai lain.
Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Rachland Nashidik mengatakan partainya membutuhkan Agus Harimurti untuk mendongkrak elektabilitas. Berdasarkan sejumlah survei, salah satu kunci untuk mendongkrak tingkat keterpilihan partai adalah memiliki tokoh yang memiliki rekam jejak bagus di mata publik."Agus yang paling memiliki itu," ujar Rachland.
Itu pula alasan Agus kerap hadir dalam pertemuan politik bersama ayahnya. Ketika Wakil Presiden Jusuf Kalla bertamu ke kediaman Yudhoyono pada akhir Juni lalu, Agus ikut meriung bersama ayah dan tamunya. Dalam pertemuan itu, Yudhoyono bahkan secara terangterangan mengajak Kalla berkompetisi dalam pemilihan presiden. Secara tersirat juga Yudhoyono menawari Kalla bersedia berpasangan dengan anaknya.
Selain bersama ayahnya, Agus kerap menemui elite politik seorang diri. Pada Oktober 2017, Agus beranjangsana ke kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan. Rachland Nashidik mengatakan, dalam pertemuan itu, Prabowo menitipkan pesan agar ia dan Yudhoyono bisa berkongsi.
Pada 1 Maret lalu, Agus menemui Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto di rumahnya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Salah satu topik dalam pembicaraan ini adalah kemungkinan kedua partai menjalin kerja sama. Rachland mengibaratkan pertemuan itu sebagai acara ngopi kali pertama."Pertemuan selanjutnya bisa terjadi bila mereka menyukai kopi yang sama," katanya.
Dua hari setelah bertemu dengan Airlangga, Agus menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Agus hendak mengundang Presiden hadir dalam acara Rapat Pimpinan Nasional Demokrat. Hari itu juga, Agus menemui Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto untuk menyampaikan undangan serupa.
Keseharian Agus Harimurti berubah sejak pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Pria kelahiran Bandung, 10 Agustus 1978, itu pindah haluan dari dunia militer ke jalur politik praktis. Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief menuturkan, Agus semula tidak disiapkan untuk menjadi calon presiden atau wakil presiden pada pemilihan presiden 2019. Andi mengatakan Yudhoyono justru mempersiapkan Agus menjadi calon pemimpin pada 2024.
Menurut Andi, Agus sebenarnya disiapkan menjadi dosen di Universitas Pertahanan. Putra sulung Yudhoyono ini sejak awal diminta Kementerian Pertahanan menjadi bagian dari tim kecil untuk merealisasi universitas yang digagas ayahnya itu. Agar rencana ini berjalan, Agus ditugasi menjadi Kepala Seksi Amerika di Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan.
Setelah Universitas Pertahanan terbentuk, Agus direncanakan menjadi pengajar di sana. Dengan menjadi dosen, kata Andi, Agus bakal leluasa berkomunikasi dan berjejaring, termasuk membangun popularitas, karena bakal sering muncul di publik."Tapi pilkada DKI mengubah rencana itu," ujar Andi.
Rachland mengatakan Agus sebenarnya tak disiapkan dengan matang dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun lalu. Ketika Yudhoyono bertemu dengan petinggi Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa, mereka sempat mewacanakan nama di luar Agus. Saat melihat hasil sejumlah survei, mereka menyadari Yudhoyono masih menjadi faktor penting di DKI Jakarta."Baru kemudian nama AHY muncul," ujar Rachland.
Yudhoyono pun mengontak Agus, yang saat itu sedang berada di Darwin, Australia, untuk latihan militer. Perlu waktu dua hari bagi Agus untuk menerima tawaran ayahnya. Ia mengiyakan permintaan sebagai calon gubernur setelah ibundanya, Ani Yudhoyono, turut membujuk. Menurut Wakil Ketua Umum Demokrat Sjarifuddin Hasan, setelah Agus setuju, ia dijemput dari Darwin dengan pesawat pribadi oleh bos Indika Energy, Wisnu Wardhana.
Setelah kekalahan di DKI Jakarta, panggung Agus Harimurti tak redup. Ia dipercaya memimpin The Yudhoyono Institute. Lewat lembaga ini, Agus membangun panggung untuk mengerek popularitasnya. Sejak tahun lalu, ia kerap berkeliling kampus memberikan kuliah umum, seperti di Universitas Diponegoro dan Universitas Negeri Semarang.
Hasil blusukan ke daerah ini manjur. Survei Indo Barometer pada Januari lalu menempatkan Agus dalam enam besar tokoh terpopuler dengan angka 68,5 persen. Sedangkan dalam survei Poltracking, popularitas Agus hanya kalah dibanding Joko Widodo, Jusuf Kalla, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, dengan angka 65 persen.
Dalam wawancara dengan Tempo pada Desember tahun lalu, Agus mengatakan lebih leluasa berkeliling ke daerah setelah tak memiliki jabatan dan tak memegang tongkat komando. Agus menampik anggapan bahwa tujuannya berkeliling daerah itu untuk mengejar popularitas."Popularitas itu bonus buat saya," ujarnya.
Wayan Agus Purnomo, Budiarti Utami Putri, Raymundus Rikang
Panggung untuk Putra Sulung
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo