Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pantun Butet Kartaredjasa Soal Bakal Capres Ingatkan Dosen FISIP ini kepada Lekra

Dosen FISIP Universitas Nasional ini menilai, pantun yang dibacakan Butet Kartaredjasa malah bisa merusak citra PDIP.

30 Juni 2023 | 14.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penampilan seniman Butet Kartaredjasa di acara Bulan Bung Karno di GBK Senayan pada Sabtu, 24 Juni 2023. YouTube

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Depok - Pantun yang dibacakan seniman Butet Kartaredjasa bernuansa propaganda politik yang mengingatkan pada gaya seniman Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) 1960-an. "Pengalaman Lekra seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi para seniman saat ini agar bisa  memisahkan karya seni dengan politik," kata analis komunikasi politik yang juga dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nasional, Selamat Ginting. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Butet membacakan pantunnya pada acara Bulan Bung Karno di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu 24 Juni 2023. Seniman yang berafiliasi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menyindir dua bakal calon presiden, yakni Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Butet sebut, antara lain, otak pandir dan suka menculik. Sebaliknya memuji bakal capres Ganjar Pranowo dengan sebutan gigih bekerja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Ginting, hak setiap warga negara termasuk seniman untuk aktif berpolitik dan masuk ke partai politik. "Namun harus punya kesantunan politik agar pesan karya seninya  tetap tersampaikan," kata dia dalam keterangannya, Kamis, 29 Juni 2023.

Apalagi, Ginting menambahkan, puncak peringatan bulan Bung Karno 2023 mengangkat tema 'Kepalkan Tangan Persatuan Untuk Indonesia Raya'. Seharusnya, kata Giting lagi, pantun yang disampaikan Butet Kartaredjasa selaras dengan tema acara. 

"Bung Karno itu bukan hanya milik PDIP. Sebagai proklamator, otomatis Sukarno milik bangsa Indonesia," katanya sambil menambahkan, "Jangan kerdilkan Sukarno yang mempersatukan bangsa dengan membuat pantun atau puisi yang justru memecah-belah." 

Ginting menilai, pantun yang dibacakan Butet Kartaredjasa malah bisa merusak citra PDIP di mata partai politik lainnya. Sekaligus merusak komunikasi politik di tahun politik jelang kontestasi pemilihan umum (pemilu).

Ia mengingatkan sejarah politik tentang kehebohan karya seniman Lekra yang membuat Presiden Sukarno harus turun tangan dan melarang perkembangan seniman Lekra di Indonesia. "Bung Karno menghentikan propaganda seniman Lekra yang membuat gaduh usai peristiwa G30S/PKI 1965." 

Menurut Ginting, gaya provokasi dari seniman Lekra menimbulkan kontra dengan para seniman lainnya seperti  HB Jassin dan Taufiq Ismail. Mereka menolak provokasi Lekra dan membuat petisi Manifes Kebudayaan yang mengusung konsep kebudayaan humanisme universal dengan merujuk pada Pancasila.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus