JAKARTA – Tugu setinggi 3 meter menjulang di seberang pintu timur Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat, kemarin. Pada tugu yang memiliki lebar sekitar 50 sentimeter itu terpampang sejumlah informasi, dari peta kawasan, petunjuk arah ke stasiun dan halte bus
Transjakarta, parkiran sepeda dan sepeda motor, hingga tempat mangkal bajaj.
Adapun tepat di depan pintu Stasiun Gondangdia terdapat tiga tugu serupa, tapi tingginya tak sampai 3 meter. Informasi yang tercantum pun lebih beragam. Salah satunya adalah kode trayek bus feeder Transjakarta.
Selain itu, terpasang empat papan informasi yang berderet sepanjang hampir 8 meter. Papan tersebut berbahan akrilik. Informasi yang tertulis pun lebih detail, dari cara menggunakan kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Gondangdia, rute lengkap trayek bus Transjakarta yang melintas, hingga informasi lokasi-lokasi penting di Jakarta Pusat lengkap dengan hitungan jarak dari Stasiun Gondangdia.
Ferdi, 29 tahun, mengaku kaget dengan deretan papan dan tugu informasi di sekitar Stasiun Gondangdia. "Saya sudah lama tidak ke sini, jadi kaget saja rasanya," kata pria berambut cepak itu kepada Tempo, kemarin.
Menurut dia, papan informasi tersebut membuat tampilan stasiun lebih kekinian ala kota modern. Namun Ferdi menganggap deretan informasi tersebut kurang membantu lantaran ia sudah paham arah di sekitar Stasiun Gondangdia. "Kalau bingung pun bisa cek peta di gawai. Mungkin itu ditujukan untuk turis dan pendatang karena ada bahasa Inggrisnya," kata pria yang bekerja sebagai wirausaha itu.
Tugu informasi serupa juga terpasang di kawasan Stasiun Manggarai. Tugu setinggi 2 meter berdiri di tengah taman di jalur keluar stasiun. Informasinya beragam, dari arah menuju halte
Transjakarta, pos polisi, parkiran kendaraan, hingga lokasi titik jemput ojek daring dan bajaj.
Femi, 22 tahun, mengaku kagum akan penataan tugu informasi tersebut. Penataan dan tampilan tugu informasi di kawasan Stasiun Manggarai tersebut, menurut mahasiswi salah satu universitas swasta di Jakarta itu, "Bagus seperti di luar negeri, jadi kayak kota modern saja."
Di dekat Stasiun Manggarai, tugu informasi juga terpasang di samping halte timur Stasiun Manggarai. Tampak dua tugu mengapit halte. Informasinya juga lengkap, dari lokasi penjemputan ojek daring, tempat bajaj mangkal, sampai tiga rute bus Transjakarta yang berhenti di halte tersebut. "Cukup bagus, tapi tulisannya terlalu kecil. Jadi, untuk yang sudah sepuh, harus melihat dari dekat," kata Wati, perempuan berusia 56 tahun.
Bus Transjakarta melintas di dekat papan penunjuk arah transportasi umum di Halte Integrasi CSW, Kebayoran Baru, Jakarta, 21 Januari 2022. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.
Tugu informasi tersebut merupakan hasil kolaborasi Transport for Jakarta-Forum Diskusi Transportasi Jakarta (TfJ-FDTJ) dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kolaborasi tersebut menghasilkan Buku Panduan Ikonografi dan Wayfinding Transportasi Jakarta.
Wayfinding merupakan sistem informasi penunjuk arah. Adapun program ini didukung Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 31 Tahun 2022 tentang Pedoman Sistem Informasi Penunjuk Arah.
TfJ-FDTJ, yang sejak 2014 menjadi organisasi wadah diskusi warga tentang transportasi umum di
Jakarta, awalnya bergerak independen untuk menyediakan peta komprehensif yang mencakup jaringan seluruh moda transportasi di Ibu Kota.
Co-founder TfJ-FDTJ yang juga penyusun buku pedoman ini, Adriansyah Yasin, mengatakan gerakan yang ia inisiasi itu bermula dari terbatasnya informasi transportasi umum di Jakarta. Pada 2016, Transjakarta sedang memperluas rute layanan, tapi informasinya sangat minim. Sejak saat itulah Adriansyah dan koleganya di FDTJ membuat peta informasi secara sukarela. "Awalnya hanya dengan kertas laminating kami tempel untuk bus tingkat," kata Adriansyah ketika dihubungi, kemarin.
Kertas-kertas tersebut ditempelkan pada tiang yang berada tak jauh dari halte bus Transjakarta. Uniknya, Adriansyah dan kawan-kawan tak meminta izin sebelum melakukan aksi tersebut. "Dulu prinsipnya lebih baik minta maaf daripada minta izin," ujarnya sambil tertawa.
Kerja sama dengan Pemprov DKI baru terjalin pada 2019. Saat itu, Adriansyah mendapat tantangan membuat desain rambu untuk 28 halte Transjakarta di kawasan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan M.H. Thamrin. Sebelumnya, pada 2018, Adriansyah dan kawan-kawan pernah membuat puluhan ribu peta lipat untuk turis yang menyaksikan gelaran Asian Games ke-18 di Jakarta.
Pria berusia 23 tahun itu menyebutkan ketersediaan informasi arah transportasi umum yang terpadu menjadi sebuah keharusan di kota besar nan modern. Sebab, kota besar harus memiliki transportasi dan informasi yang terintegrasi demi mempermudah masyarakatnya. "Pedoman wayfinding yang kami buat mengambil contoh Singapura dan London (Inggris) yang sudah duluan punya desain tunggal," kata Adriansyah.
Ia pun berharap kolaborasi dengan Pemprov
DKI Jakarta mampu membantu memajukan integrasi transportasi umum di Ibu Kota. Menurut dia, panduan ini justru menjadi awal sebuah integrasi informasi. "Sesuai dengan keputusan gubernur, diberi waktu dua tahun untuk melaksanakan sesuai dengan standar. Jadi, harus dikawal terus," kata Adriansyah.
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga, menyambut baik pembangunan papan informasi transportasi di Jakarta. Menurut dia, informasi penunjuk arah transportasi umum di Jakarta sudah ada, tapi jumlahnya belum banyak. "Dengan penambahan papan informasi ini, tentu akan sangat membantu masyarakat dalam bepergian menggunakan moda transportasi," ujar Nirwono, kemarin.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institusi Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang, menyebutkan papan informasi penunjuk arah atau wayfinding hanya berguna diterapkan pada moda transportasi yang memiliki trayek. Sebagai contoh, dari moda angkutan KRL dihubungkan dengan Transjakarta atau bus feeder.
Adapun papan informasi yang menghubungkan sebuah halte Transjakarta atau stasiun KRL dengan moda ojek daring tak akan dianggap berguna. "Untuk apa pakai petunjuk kalau setelah itu naiknya kendaraan daring," kata Deddy, kemarin.
Selain itu, Deddy berharap penerapan
wayfinding akan mempercepat proses integrasi transportasi umum di
Jakarta. Sebab, sudah saatnya transportasi umum di Jakarta saling terhubung untuk memudahkan warganya.
INDRA WIJAYA