DI lapangan di depan rumah almarhum Theys Hiyo Eluay, di Sentani, Papua, sekitar 6.000 orang berkumpul merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Papua ke-41 pada 1 Desember lalu. Hadir di antaranya pengurus dan anggota Presidium Dewan Papua (PDP)—lembaga yang dulu diketuai Theys. Termasuk di dalamnya Sekretaris Jenderal PDP Thaha Alhamid dan Ketua Dewan Adat Sentani, Philipus Suebu.
Acara itu dimulai dengan doa bersama yang dilanjutkan dengan pengibaran Bendera Bintang Kejora dan Bendera Merah Putih. Selanjutnya diramaikan dengan pesta adat: seekor babi dipanah lalu dagingnya dipotong menjadi 41 bagian—sesuai dengan usia perjuangan kemerdekaan Papua. Potongan daging babi itu lalu dibagikan kepada 41 perwakilan daerah.
Dalam pidato politik yang dibacakan Pdt. Herman Awom, disampaikan tujuh butir kebijakan dasar PDP tahun 2003. Beberapa di antaranya, PDP akan mendukung proses dialog secara damai menuju pembebasan Papua. "Tapi kami juga harus berdamai dengan tanah leluhur kami agar tidak menjadi kaum yang mengkhianati suara nurani rakyat, termasuk menjadi kaki tangan pihak-pihak yang merancang konflik dan kejahatan di tanah ini," kata Herman dalam sambutannya.
Di luar dugaan orang, tak ada insiden berarti dalam peringatan ini. Hanya, sehari sebelumnya, Sekjen PDP Thaha Alhamid sempat dipanggil polisi. Soalnya, sempat terjadi pengusungan Bendera Bintang Kejora dalam arak-arakan oleh masyarakat di Desa Ajau, Sentani. Tapi, menurut Thaha kepada polisi, pengibaran bendera itu di luar prakarsa PDP.
Arif Zulkifli, Tempo News Room
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini