Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Para bintang dan umat mereka

Tingkah laku para penggemar bintang-bintang tenar, baik dari luar ataupun dalam negeri. para superstar banyak yang kewalahan, baik menerima surat-surat maupun dikuntit kemana pergi. (sel)

16 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG pembantu rumah tangga lari dari rumah majikannya di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Ia gadis manis sekitar 16 tahun, Marni namanya. Perawan asal Semarang, yang konon bisa sampai di Jakarta "karena ditipu kawan". Ke mana ia lari? Ketika kepergok, ia bilang: "Saya mau cari rumahnya Yati Octavia. Kalau kerja di sana." Rumah bintang film itu memang di Cempaka Putih. Dan Marni tahu. Ia pengagum Yati setengah mati. Bisa dipastikan, bukan cuma Yati Octavia yang digandrungi orang. Juga bintang cilik serperti Chicha Koeswoyo, Dina Mariana atau Bobby Sandhora Muchsin. Kultur pemujaan superstar, akibat publisitas, rupanya tak hanya hidup di negeri-negeri yang showbiz-nya sudah jadi usaha raksasa. Termasuk ke dalam kultur itu adalah kesibukan banyak artis yang dengan perasaan tenang dan sukacita membalas surat para pemuja. Kerja lumayan berat - toh bisnis, bukan? Tapi di Amerika Serikat, seorang superstar hampir tak pernah membalas surat penggemar. Bukan cuma karena sibuk. Soalnya penggemar yang tergila-gila di sana mulai terasa anarkis. Sama menakutkannya dengan teroris. Habis, bisa-bisa main tembak. Lebih-lebih belakangan ini kesintingan mereka nampak meningkat, entah kenapa. Dua peristiwa yang mengejutkan sudah diketahui. Pertama ditembaknya John Lennon oleh penggemarnya sendiri, Desember tahun lalu. Dan kedua ketika surat cinta John W. Hinckley Jr -- penembak Presiden Ronald Reagan -- ditemukan. John diketahui pemuja artis Jodie Foster, yang frustrasi karena "cinta tak berbalas". Sinting memang, yang kemudian ditembak kok malah Ronald Reagan. Apa karena ia juga (bekas) bintang Agresivitas pemuja superstar yang gendeng itu rata-rata sama. Banyak yang menunjukkan impuls membunuh. Paul McCartney -- tokoh lain The Beatles -- pernah mendapat surat yang bunyinya: "Kau tak membalas 15 surat yang kukirimkan kepadamu. Hati-hatilah, aku akan memberi ganjaran." Seorang superstar cilik, yang menerima kurang lebih 1.000 surat seminggu, menemukan salah satu surat penggemarnya mengancam: "Sebaiknya kau berhenti mengunjungi pacarmu. Kalau tidak, apa yang terjadi pada John Lennon akan terjadi juga padamu." Bahkan Terry Murphy, gadis cantik koordinator acara dan penyiar stasiun TV CBS, sudah dimasukkan pula ke deretan superstar yang menerima perlakuan sama. Selama 10 tahun ia mendapat tugas keliling di Cincinnati, Detroit dan Chicago. Karena itu ia jadi sangat populer, terutama di tiga negara bagian itu. Lebih atau sama dengan artis tenar laiknya. Setelah secara reguler menerima bunga, suatu kali Terry menerima cincin pertunangan dari seorang penggemar -- yang dikirim lewat pos. Pengagum edan itu -- beberapa tahun lalu -- belakangan juga mengirimkan tiket pesiar lengkap dengan akomodasi hotelnya. Dianya mengajak "berbulan madu". Lalu mungkin kecewa karena tak digubris, buntutnya tak enak."Mula-mula sekedar rayuan gombal," tutur Terry. "Lalu kata-kata kotor yang punya konotasi seks. Lalu ancaman. Yang terakhir saya terpaksa melaporkannya ke FBI: penggemar pikun itu mengancam akan membunuh Nion." Entah kenapa, dalam diri kita (tidak semua) ada satu bagian yang gampang sekali jatuh ke bawah sebuah rangsangan yang kuat. Melihat bintang petakilan megal-megol di panggung saja, setengah orang sudah kelojotan. Apalagi bila bintang itu terasa melihat dia. Selangit, dah. Karena itu Paul Wasserman, road manager yang biasa mengurus pertunjukan Bob Dylan, Neil Diamond, Linda Ronstadt dan James Taylor, punya nasihat kepada para bintang yang dikelolanya. "Jangan menatap khusus kepada seorang penonton atau penggemar," katanya. Kalau kau lakukan, alamat kau bakal dapat surat-surat aneh dalam waktu tak lama." Wasserman yang berpengalaman itu hafal benar isi surat penggemar atau penonton yang merasa ditatap bintang panggung. "Macam-macam," katanya. Yang paling umum: Aku tahu kau menatapku dari pangung. Ta'elaaah. Ada juga yang menulis, Ingat waktu mata kita bertemu. Tapi yang paling parah kalau sebuah surat berbunyi: Kau ingat ketika aku membawa bunga untukmu dikamar ganti, dan kini aku sedang membesarkan bayimu. "Siapa tahu si penggemar itu betul," kata Wasserman, sialan. Sebelum John Hinckley Jr. menembak Ronald Reagan, orang Amerika sebenarnya sudah tahu adanya gejala semacam itu. Novel yang kini sedang populer di Amerika, The fan, mengisahkan cerita yang kurang lebih sama dengan kisah penembakan Reagan. Dalam buku Bob Randall itu diceritakan seorang anak remaja keblinger yang senewen pada seorang bintang panggung Broadway. Seperti Hinckley anak remaja itu menulis surat bagai beribadat laiknya. The Fan kini sudah selesai difilmkan -- dan bulan ini mulai beredar di sejumlah kota besar AS. Diharapkan akan menggaet banyak penonton, karena masalahnya diperkirakan lagi hangat. Apalagi konon film ini menampilkan banyak hal yang sangat dekat dengan kenyataan. Digarap berdasarkan konsultasi dengan orang yang sangat mengetahui dunia sekitar superstar: Bill Oakes, bekas asisten pribadi Paul McCartney . Bill Oakes memperkirakan, kultur surat menyurat antara penggemar dan superstar -- yang kemudian membuat penggemar tergila-gila dan gila sungguhan -- dimulai sejak melonjaknya kepopuleran The Beatles. Kala itu anggota Beatles memang tak membalas surat para umat itu -- tapi empat orang bintang top itu punya tim khusus yang mengerjakannya. Saking bagusnya, itu surat terasa seperti ditulis para nabi itu sendiri. "Saya bisa memastikan, satu kali saja seorang superstar membalas surat seorang penggemar, dia akan mendapat balasan terus menerus entah sampai kapan," kata Oakes. Mempekerjakan sebuah tim khusus untuk mengurusi penggemar kini sudah jadi kebiasaan. Buat bisnis memang ada manfaatnya, dan juga agak aman. Dalam pada itu membangun fans club sedikit membuat jarak antara penggemar dan superstar. Ini pun bukan kerja ringan. Paul Newman, Frank Sinatra dan John Travolta yang mempunyai fans club menerima rata-rata 1.000 pucuk surat seminggu. Nampaknya, semakin pribadi sifat sebuah surat balasan, semakin banyak bahayanya. "Dari rasa cinta bisa bangkit rasa benci yang tak menentu. Seperti surat kepada seorang teman yang tak dibalas, terasa menyakitkan," kata Bill Oakes. Raquel Welch, bintang tenar yang terkenal sebagai simbol seks, juga menerima 500 sampai 1.000 surat seminggu. Ia memang tak membalasnya sendiri, tapi mempekerjakan orang lain. Siapa? Ibunya. Sekali-sekali ia membantu. Akibatnya, surat-surat balasannya jadi terasa agak pribadi. Dan superstar ini pun dapat kesulitan. "Mereka tergila-gila dan melihat saya dalam mimpi-mimpi mereka. Ada juga yang mau menolong saya menemukan Yesus, katanya, atau melindungi saya dari dosa dan halhal buruk," kata si Raquel. "Juga ada yang mengirimkan kopi dari kliping koran tentang semua kegiatan saya selama bertahun-tahun." Tapi yang paling celaka, seorang penggemar yang sudah berisitri selama 10 tahun terus menerus menguntit Raquel ke mana pun bintang itu pergi. Macam-macam tingkahnya. Kadang merayu, kadang juga mengirim hadiah. Surat dikirim reguler, atau paling tidak sekedar nota. Merasa terganggu, Raquel melaporkan tingkahnya ke polisi. Dan orang ini masuk penjara 6 bulan. Tapi keluar dari lembaga pemasyarakatan, ia tidak lantas jera. Program penguntitan dilanjutkan. Suatu kali, suami Raquel Welch terpaksa menegur si sableng ini. "Bung, kami menghargai perhatian anda pada kami. Tapi sekarang sudah pukul 3.00 pagi. Yuk kita telepon polisi saja."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus