SEORANG pembantu rumah tangga lari dari rumah majikannya di
Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Ia gadis manis sekitar 16 tahun,
Marni namanya. Perawan asal Semarang, yang konon bisa sampai di
Jakarta "karena ditipu kawan". Ke mana ia lari? Ketika kepergok,
ia bilang: "Saya mau cari rumahnya Yati Octavia. Kalau kerja di
sana." Rumah bintang film itu memang di Cempaka Putih. Dan
Marni tahu. Ia pengagum Yati setengah mati.
Bisa dipastikan, bukan cuma Yati Octavia yang digandrungi
orang. Juga bintang cilik serperti Chicha Koeswoyo, Dina
Mariana atau Bobby Sandhora Muchsin. Kultur pemujaan superstar,
akibat publisitas, rupanya tak hanya hidup di negeri-negeri yang
showbiz-nya sudah jadi usaha raksasa. Termasuk ke dalam kultur
itu adalah kesibukan banyak artis yang dengan perasaan tenang
dan sukacita membalas surat para pemuja. Kerja lumayan berat -
toh bisnis, bukan?
Tapi di Amerika Serikat, seorang superstar hampir tak pernah
membalas surat penggemar. Bukan cuma karena sibuk. Soalnya
penggemar yang tergila-gila di sana mulai terasa anarkis. Sama
menakutkannya dengan teroris. Habis, bisa-bisa main tembak.
Lebih-lebih belakangan ini kesintingan mereka nampak meningkat,
entah kenapa. Dua peristiwa yang mengejutkan sudah diketahui.
Pertama ditembaknya John Lennon oleh penggemarnya sendiri,
Desember tahun lalu.
Dan kedua ketika surat cinta John W. Hinckley Jr -- penembak
Presiden Ronald Reagan -- ditemukan. John diketahui pemuja
artis Jodie Foster, yang frustrasi karena "cinta tak berbalas".
Sinting memang, yang kemudian ditembak kok malah Ronald Reagan.
Apa karena ia juga (bekas) bintang Agresivitas pemuja superstar
yang gendeng itu rata-rata sama. Banyak yang menunjukkan impuls
membunuh. Paul McCartney -- tokoh lain The Beatles -- pernah
mendapat surat yang bunyinya: "Kau tak membalas 15 surat yang
kukirimkan kepadamu. Hati-hatilah, aku akan memberi ganjaran."
Seorang superstar cilik, yang menerima kurang lebih 1.000 surat
seminggu, menemukan salah satu surat penggemarnya mengancam:
"Sebaiknya kau berhenti mengunjungi pacarmu. Kalau tidak, apa
yang terjadi pada John Lennon akan terjadi juga padamu."
Bahkan Terry Murphy, gadis cantik koordinator acara dan penyiar
stasiun TV CBS, sudah dimasukkan pula ke deretan superstar yang
menerima perlakuan sama. Selama 10 tahun ia mendapat tugas
keliling di Cincinnati, Detroit dan Chicago. Karena itu ia jadi
sangat populer, terutama di tiga negara bagian itu. Lebih atau
sama dengan artis tenar laiknya.
Setelah secara reguler menerima bunga, suatu kali Terry menerima
cincin pertunangan dari seorang penggemar -- yang dikirim lewat
pos. Pengagum edan itu -- beberapa tahun lalu -- belakangan juga
mengirimkan tiket pesiar lengkap dengan akomodasi hotelnya.
Dianya mengajak "berbulan madu". Lalu mungkin kecewa karena tak
digubris, buntutnya tak enak."Mula-mula sekedar rayuan gombal,"
tutur Terry. "Lalu kata-kata kotor yang punya konotasi seks.
Lalu ancaman. Yang terakhir saya terpaksa melaporkannya ke FBI:
penggemar pikun itu mengancam akan membunuh Nion."
Entah kenapa, dalam diri kita (tidak semua) ada satu bagian yang
gampang sekali jatuh ke bawah sebuah rangsangan yang kuat.
Melihat bintang petakilan megal-megol di panggung saja, setengah
orang sudah kelojotan. Apalagi bila bintang itu terasa melihat
dia. Selangit, dah.
Karena itu Paul Wasserman, road manager yang biasa mengurus
pertunjukan Bob Dylan, Neil Diamond, Linda Ronstadt dan James
Taylor, punya nasihat kepada para bintang yang dikelolanya.
"Jangan menatap khusus kepada seorang penonton atau penggemar,"
katanya. Kalau kau lakukan, alamat kau bakal dapat surat-surat
aneh dalam waktu tak lama."
Wasserman yang berpengalaman itu hafal benar isi surat penggemar
atau penonton yang merasa ditatap bintang panggung.
"Macam-macam," katanya. Yang paling umum: Aku tahu kau menatapku
dari pangung. Ta'elaaah. Ada juga yang menulis, Ingat waktu
mata kita bertemu. Tapi yang paling parah kalau sebuah surat
berbunyi: Kau ingat ketika aku membawa bunga untukmu dikamar
ganti, dan kini aku sedang membesarkan bayimu. "Siapa tahu si
penggemar itu betul," kata Wasserman, sialan.
Sebelum John Hinckley Jr. menembak Ronald Reagan, orang Amerika
sebenarnya sudah tahu adanya gejala semacam itu. Novel yang kini
sedang populer di Amerika, The fan, mengisahkan cerita yang
kurang lebih sama dengan kisah penembakan Reagan. Dalam buku Bob
Randall itu diceritakan seorang anak remaja keblinger yang
senewen pada seorang bintang panggung Broadway. Seperti
Hinckley anak remaja itu menulis surat bagai beribadat laiknya.
The Fan kini sudah selesai difilmkan -- dan bulan ini mulai
beredar di sejumlah kota besar AS. Diharapkan akan menggaet
banyak penonton, karena masalahnya diperkirakan lagi hangat.
Apalagi konon film ini menampilkan banyak hal yang sangat dekat
dengan kenyataan. Digarap berdasarkan konsultasi dengan orang
yang sangat mengetahui dunia sekitar superstar: Bill Oakes,
bekas asisten pribadi Paul McCartney .
Bill Oakes memperkirakan, kultur surat menyurat antara penggemar
dan superstar -- yang kemudian membuat penggemar tergila-gila
dan gila sungguhan -- dimulai sejak melonjaknya kepopuleran The
Beatles. Kala itu anggota Beatles memang tak membalas surat para
umat itu -- tapi empat orang bintang top itu punya tim khusus
yang mengerjakannya. Saking bagusnya, itu surat terasa seperti
ditulis para nabi itu sendiri.
"Saya bisa memastikan, satu kali saja seorang superstar membalas
surat seorang penggemar, dia akan mendapat balasan terus menerus
entah sampai kapan," kata Oakes.
Mempekerjakan sebuah tim khusus untuk mengurusi penggemar kini
sudah jadi kebiasaan. Buat bisnis memang ada manfaatnya, dan
juga agak aman. Dalam pada itu membangun fans club sedikit
membuat jarak antara penggemar dan superstar. Ini pun bukan
kerja ringan. Paul Newman, Frank Sinatra dan John Travolta yang
mempunyai fans club menerima rata-rata 1.000 pucuk surat
seminggu.
Nampaknya, semakin pribadi sifat sebuah surat balasan, semakin
banyak bahayanya. "Dari rasa cinta bisa bangkit rasa benci yang
tak menentu. Seperti surat kepada seorang teman yang tak
dibalas, terasa menyakitkan," kata Bill Oakes.
Raquel Welch, bintang tenar yang terkenal sebagai simbol seks,
juga menerima 500 sampai 1.000 surat seminggu. Ia memang tak
membalasnya sendiri, tapi mempekerjakan orang lain. Siapa?
Ibunya. Sekali-sekali ia membantu. Akibatnya, surat-surat
balasannya jadi terasa agak pribadi. Dan superstar ini pun dapat
kesulitan.
"Mereka tergila-gila dan melihat saya dalam mimpi-mimpi mereka.
Ada juga yang mau menolong saya menemukan Yesus, katanya, atau
melindungi saya dari dosa dan halhal buruk," kata si Raquel.
"Juga ada yang mengirimkan kopi dari kliping koran tentang semua
kegiatan saya selama bertahun-tahun."
Tapi yang paling celaka, seorang penggemar yang sudah berisitri
selama 10 tahun terus menerus menguntit Raquel ke mana pun
bintang itu pergi. Macam-macam tingkahnya. Kadang merayu, kadang
juga mengirim hadiah. Surat dikirim reguler, atau paling tidak
sekedar nota.
Merasa terganggu, Raquel melaporkan tingkahnya ke polisi. Dan
orang ini masuk penjara 6 bulan. Tapi keluar dari lembaga
pemasyarakatan, ia tidak lantas jera. Program penguntitan
dilanjutkan.
Suatu kali, suami Raquel Welch terpaksa menegur si sableng ini.
"Bung, kami menghargai perhatian anda pada kami. Tapi sekarang
sudah pukul 3.00 pagi. Yuk kita telepon polisi saja."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini