Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Para Penulis dengan Restu

23 November 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR 160 penulis ”resmi” Cina—penulis yang ”propemerintah”—hadir di Pameran Buku Frankfurt 2009. Merekalah yang direstui untuk hadir di peristiwa akbar tahunan itu. Sebagian sudah muncul sejak Mei tahun ini dan berkeliling Jerman mengadakan acara bedah buku ke berbagai universitas, perpustakaan, dan institusi resmi lainnya. Inilah di antaranya.

Tie Ning

Perempuan yang lahir pada 1957 di Beijing ini adalah Ketua Ikatan Penulis Cina. Debutnya dimulai pada 1975. Tiga dari empat novelnya yang diluncurkan tahun itu laku keras, yakni Rose Door, A Revived Woman, dan The Country Flowers. Setelah itu, karyanya bermunculan bak air bah—tak kurang dari 100 telenovela dan cerita pendek, berikut puluhan koleksi prosa. Penerima penghargaan Lu Xun enam kali dan lebih dari 30 penghargaan jurnal kesusastraan ini telah mempersembahkan penghargaan 41st Berlin International Film Festival Award, Golden Rooster Award, dan Hundred Flowers Award untuk industri film Cina. Film yang dibuat berdasarkan salah satu cerita pendeknya adalah Oh! Sweet Snow.

Buku-bukunya diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, Prancis, Jepang, Korea, Spanyol, Denmark, Norwegia, Vietnam, Inggris, Rusia, dan bahasa asing lainnya. ”Buku-buku saya menjadi media bagi pembaca untuk memahami posisi perempuan dalam kehidupan sosial Cina. Saya menggunakan teknik naratif dalam setiap cerita, dengan tujuan agar suara hati perempuan bisa lebih jelas terungkap,” katanya.

Tian Er

Pernah menjadi editor koran, tenaga penjual alat elektronik, manajer mal, pria yang lahir di Fenghuang, Provinsi Hunan, 33 tahun lalu ini memulai debut sebagai pengarang pada 1999. Empat tahun kemudian dia menyatakan hidup dari menulis. Sudah menerbitkan lebih dari 30 buku, dia pernah memenangi penghargaan Lu Xun, People’s Literature Award, Taiwan United Literary Award for Young Novelists, dan Hunan Youth Literature Award. Saat ini dia bekerja di Institut Lukisan dan Kaligrafi Nasional di kampung halamannya. ”Di novel Erosion Belt, saya berkisah tentang pencarian identitas. Sang karakter masuk ke sebuah fantasi yang gelap, rahasia, dan gempita dengan kekerasan, hingga akhirnya sang karakter berhasil menggapai takdirnya. Ketika menulis, saya memang tidak mau menjadi diri saya, seperti dilakukan banyak pengarang lain,” katanya.

Anne Baby

Nama asli penulis muda ini Anne Beibei, lahir pada 1974 di Provinsi Zheijiang. Sebelum alih profesi sebagai penulis, seperti halnya Tian Er, dia juga telah melewati berbagai profesi—pegawai bank, agen iklan, bekerja di percetakan dan media. Dia disebut-sebut sebagai penulis yang ikut menentukan arah literatur Cina. Buku-bukunya telah memberi pandangan baru tentang Cina. Dia menggambarkan kepedihan akibat kekecewaan hidup di tengah masyarakat modern Cina. Di Padma (2006), dia mengangkat petualangan etnik minoritas Cina dalam menemukan identitas, yang menjadi cikal bakal lahirnya masyarakat Cina Baru.

Ibu seorang anak perempuan ini baru menerbitkan delapan buku. Bukunya yang kesembilan adalah karya gabungan antara musik, video, dan cerita roman. Semua bukunya masuk kategori best seller dan kerap menjadi topik diskusi. Buku-bukunya telah pula diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Liu Zhenyun

Alumnus Universitas Beijing yang penuh senyum ini mengaku sudah menggunakan enam juta karakter untuk menggarap buku-bukunya. Artinya, karya-karya pria kelahiran Provinsi Henan 51 tahun lalu ini memang sudah bejibun dan sudah pula diterjemahkan ke berbagai bahasa—Inggris, Jepang, Prancis, Vietnam, dan Korea. Tak sedikit pula yang diangkat ke layar lebar dan serial TV, seperti Ta Pu, A Ground of Chicken Features, Mobile, My Name is Liu Yuejin, Memory 1942, dan One Sentence Equals Ten Thousand Sentences. ”Deskripsi tulisan-tulisannya amat jelas dan spesial. Orang kerap menganggap penulis besar bak seorang nabi, karena bisa membangkitkan semangat dan memberikan pencerahan spiritual. Dan saya melihat Liu Zhenyun memiliki bakat seperti itu,” kata Mo Luo, kritikus sastra Cina.

Sri Pudyastuti Baumeister (Frankfurt)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus