Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengklaim upaya penertiban pencurian ikan dalam empat tahun terakhir membuahkan hasil berupa melimpahnya pasokan ikan. "Kini banyak nelayan mengeluh karena harga ikan jatuh, padahal itu karena pasokan yang melimpah," kata dia kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Susi, dalam tiga tahun terakhir, Indonesia telah menjadi salah satu penyumbang 16 persen produksi ikan tuna global. Angka tersebut setara US$ 5 miliar atau Rp 70 triliun. Pada tahun-tahun sebelumnya, kata dia, ekspor tuna jauh di bawah nilai tersebut karena maraknya penangkapan dan ekspor ilegal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan data Kementerian Kelautan, nilai ekspor perikanan pada 2015-2017 berturut-turut mencapai US$ 3,9 miliar, US$ 4,1 miliar, dan US$ 4,5 miliar. Adapun produksi perikanan tangkap pada 2014-2018 naik 5,17 persen dari rata-rata 6 juta ton menjadi 8 juta ton. Pencapaian yang lebih baik ada pada produksi ikan budi daya, dengan pertumbuhan 21,62 persen. "Memang banyak yang protes karena penangkapan ikan dan penenggelaman kapal. Polemik juga terjadi di kalangan pemerintah. Tapi yang merasakan kan nelayan langsung," katanya.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, M. Zulficar Mochtar, memprediksi nilai ekspor ikan meningkat karena besarnya permintaan dari Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa, Korea Selatan, dan Hong Kong. Dia memberi contoh, saat ini satu dari enam produksi ikan tuna berasal dari Indonesia. "Tak hanya tuna, potensi ikan lain seperti tongkol juga makin banyak," kata dia. Meski begitu, Zulficar menyebut ekspor masih terkendala tarif di negara tujuan karena minimnya pakta kerja sama ekonomi antarnegara.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Agus Suherman, pun optimistis melimpahnya produksi ikan bakal meminimalkan aksi tangkap ilegal nelayan Indonesia ke negara lain. "Tahun lalu jumlah nelayan yang tertangkap di negeri orang tak sampai puluhan, itu juga karena terbawa ombak akibat cuaca buruk," ujar Agus.
Melimpahnya pasokan ikan membuat agenda menggenjot ekspor ikan ke Jepang jadi agenda utama para pelaku sektor tersebut. Salah satunya Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia (Perindo) yang sedang menggodok skema teknis untuk mengekspor banyak jenis ikan ke Jepang bersama mitra potensial, seperti PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. "Pasar domestik juga kami upayakan untuk lebih baik, dengan adanya pasar ikan modern seperti di Muara Baru Jakarta Utara," ujar Direktur Utama Perindo, Risyanto Suanda.
ANDI IBNU
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo