Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pedagang vs PKL Tanah Abang: Anies Baswedan Belum Punya Solusi

Pedagang di Blok G Tanah Abang justru memberi masukan kepada Anies Baswedan agar memasukkan PKL ke Blok G.

14 Desember 2017 | 07.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah petugas satpol PP menghimbau pedagang agar tidak berjualan di atas trotoar di Tanah Abang, Jakarta, 8 November 2017. Kawasan di sekitar Pasar Tanah Abang dianggap masih semrawut dan rawan macet. Tempo/ Fakhri Hermansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ternyata belum bisa memberikan keputusan atau solusi mengenai kesemrawutan trotoar di Tanah Abang akibat pedagang kaki lima (PKL).

Gubernur Anies Baswedan mengatakan, dirinya akan melihat duduk perkara secara lengkap di Tanah Abang. Setelah itu, barulah dia siap memberikan solusi dan pendapat.

"Saya tidak (mau) komentar kalau tidak tahu lengkap (permasalahannya)," kata Anies Baswedan kepada Tempo pada saat ditemui di Kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Rabu malam, 13 Desember 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BacaBersepatu Boot, Anies Baswedan Kaget Lihat Banjir di Jatipadang

Dia menanggapi penolakan para pedagang di Blok G Pasar Tanah Abang terhadap rencana Pemerintah Provinsi memfasilitasi PKL berdagang di sekitar Stasiun Tanah Abang, yakni di lajur Jalan Jatibaru Raya.

Penutupan jalan untuk mewadahi PKL tersebut merupakan bagian dari rencana penataan PKL di Tanah Abang. Para PKL yang biasa mangkal di trotoar depan Stasiun Tanah Abang bakal dipindah ke lajur Jalan Jatibaru Raya untuk berdagang. Maka mereka nantinya tak perlu kucing-kucingan lagi dengan petugas Satuan Polisi Pamong Praja.

"Kami menolak. Terus nasib kami gimana? Ko malah kami dibiarkan begini saja?," ujar Faisal, 60 tahun, pedagang baju di Blok G Tanah Abang pada Rabu, 13 Desember 2017, seperti dikutip dari Koran Tempo.

Sebaliknya, menanggapi kebijakan Anies Baswedan, PKL di trotoar dekat stasiun bernama Adi (35) mendukung sekali rencana DKI. Dia mengaku senang dengan kebijakan itu. "Sebelumnya sudah pernah dikasih tahu. Segera saja dilaksanakan," ujar pedagang baju ini.

Menurut Faisal, rencana memberi ruang bagi PKL di Jalan Jatibaru tak adil buat pedagang di Blok G. Jika PKL di trotoar difasilitasi, pembeli semakin ogah mampir belanja ke Blok G.

Faisal justru memberikan solusi kepada Anies Baswedan dan wakilnya, Sandiaga Uno, menarik para PKL ke dalam Blok G. "Supaya di sini ramai lagi. Sehari-hari susah nyari penglaris," ujarnya.

Dalam sehari, Faisal mengaku pernah tak mendapatkan pembeli. "Sedih saya. Ini baju digantung sudah tiga tahun enggak laku-laku. Badan aja buluk kalau enggak mandi, baju juga sama."

Warsih (53), pedagang makanan dan minuman di Blok G, mengatakan dia semula PKL di trotoar tapi kemudian berdagang di dalam pasar sejak Blok G diresmikan oleh Gubernur DKI Joko Widodo pada 2013. Dia tetap bertahan dan tak mau kembali berjualan di trotoar.

"Saya kan sudah tua. Capek kalau mesti kejar-kejaran sama petugas. Jadi saya bertahan aja walau sehari-hari sepi," kata dia.

Warsih berharap agar Anies Baswedan memperhatikan nasib pedagang Blok G, tak hanya mengurusi PKL. "Yang dibela kepentingan siapa sebenarnya?"

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus