WALIKOTA Tegal berasal dari unsur Agkatan Laut. Tapi tak berarti
pelabuhan Tegal yang tak jauh dari kantor Pemda itu, sebaik
harapan seorang perwira AL. Kapal-kapal yang dapat meraut di
kadenya hanya yang berukuran 300ton. Selebihnya harus
mencemplungkan sauhnya sekurang-kurangnya 3 mil dari daratan.
Barang-barang muatpun mesti diangkut dengan tongkang. Berarti
mesti keluar uang lagi. "Tak hanya tinggi biayanya, resikonya
pun besar. Sebab pekerja-pekerja tongkang tersebut banyak yang
pencoleng", tutur seorang penguasa. Maka beralihlah mereka lewat
bandar laut Semarang atau Cirebon.
Rentetan akibat pun muncul. Bandar laut Tegal jadi lengang.
Gudang-gudang kosong. Yang berkapasitas 40.000 ton cuma berisi
40%nya saja. Kerusakan lantaran menganggur pun tak terhindarkan.
Jadinya keadaan gudang bagaikan tempat jin. Juga luas bandar pun
serba tanggung. Cuma sekitar 100 kapal niaga kecil dan nelayan
yang bisa berhimpit-himpitan di sana.
Lumpur
Meski begitu, pelabuhan Tegal tetap berpredikat pelabuhan niaga.
Sebab sebagai pelabuhan nelayan sudah diserahkan kepada
Pekalongan. Untuk menjaga predikat tersebut tetap melekat,
pimpinan pelabuhan mesti menghadapi banyak tantangan. Belum lagi
kali Gung yang bermuara di sana, dengan setia menimbunkan lumpur
dan kotoran dari kota Tegal. Dan karena tak punya alat pengeruk
sendiri, pelabuhan Tegal harus mengemis kapal keruk ke pelabuhan
Semarang. Perkara lumpur ini bila dibiarkan, sebutan bandar laut
yang beralur pelayaran berkedalaman 2 1/2 M itu akan berakhir.
Sudah ditargetkan 100.000 M3 mesti dikeruk setiap tahun. Toh
dalam 4 tahun belakangan ini, tak lebih dari separonya saja. Itu
pun setelah menyingkirkan perbaikan-perbaikan kecil yang
mestinya ada juga.
Sesungguhnya memang tak banyak yang bisa dilaksanakan untuk
pelabuhan Tegal. Jumlah pendapatan pelabuhan yang Rp 12 juta
lebih di 1974 misalnya atau Rp 31,5 juta lebih di tahun kemarin,
cuma cukup buat menutup biaya kelangsungan hidup pelabuhan.
Pemda Kodya Tegal sendiri meski berwalikota seorang anggota TNI
AL kemampuannya terbatas. "Sekarang sedang dilakukan perluasan
pagar pelabuhan kompleks Bea Cukai. Dengan biaya sendiri", tutur
Basaruddin, kepala Dinas Usaha Pelabuhan. Dengan luas 12 Km2 dan
penduduk 100 ribu jiwa, sebagian besar warga kota Tegal
menggantungkan hidupnya pada hasil laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini