Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hari-Hari Yang Merah

Kebakaran beruntun di samarinda, gedung nasional & 24 rumah di jalan samosir. penyebabnya tidak jelas. di jalan diponegoro 34 rumah habis akibat kompor yang meledak. (kt)

2 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEORI domino tampaknya lebih cocok ditrapkan di Samarinda. Tentu saja bunyinya perlu dirubah. Bukan lagi ada kaitannya dengan komunis, tapi dalam hubungannya dengan soal kebakaran. Kalau satu daerah dalam kota jatuh ke tangan api seakan-akan memberi isyarat bahwa daerah lainnyapun akan ditimpa kebakaran pula. Setidak-tidaknya begitulah yang terjadi akhir Agustus lalu. Belum lagi pembicaraan mengenai terbakarnya gedung Nasional dimulai, 29 Agustus lewat tengah hari 24 rumah di jalan Samosir diamuk api. Hanya dalam waktu 1 jam bangsal yang di zaman Jepang dipakai "Sekolah Arab" itu ludes. Ini rada mengherankan. Sebab kawasan itu berada tidak lebih 150 meter dari markas pemadam kebakaran. Tampaknya tiupan angin yang cukup kencang mempercepat jatuhnya "kartu-kartu domino" yang terbuat dari kayu itu. Sedang asyik-asyiknya orang mengerumuni malapetaka ini, tiba-tiba orang dikejutkan dengan kebakaran di tempat lain yang berjarak 0,5 Km dari kawasan itu. Untunglah korbannya hanya satu rumah yang beratap daun rumbia. Penyebabnya ternyata percikan api dari daerah kebakaran di jalan Samosir yang dibawa angin hinggap di atap rumah yang malang itu. Akan hal kebakaran di jalan Samosir, penyebabnya tidak jelas. Ada dua dugaan yang sama kuat: kompor meledak atau aliran listrik yang salah urus. Sementara polisi masih belum menemukan jawaban dari teka-teki itu, keesokan harinya pada jam yang sama terjadi kebakaran lagi. Kali ini menimpa bangunan-bangunan kayu di jalan Diponegoro. Ada 34 buah rumah yang rata dengan tanah. Kesulitan sumber air tampaknya menyukarkan barisan pemadam kebakaran. Hampir saja bioskop Garuda porak poranda. Berbeda dengan di jalan Samosir, penyebab kebakaran di jalan Diponegoro ini segera diketahui. Yakni gara-gara kompor meledak seperti yang dinyanyikan Benyamin S itu. Rupanya setelah menyalakan kompor Ny. S. tertidur. Maklumlah siang itu hari pertama puasa hingga menyebabkan banyak mata terlena. Akibat kebakaran beruntun ini, keesokan harinya orang menunggu-nunggu dengan cemas daerah mana lagi yang terbakar. Kira-kira lepas tengah hari sudah beredar kabar jalan Cenderawasih kebakaran. Untunglah, kabar itu ternyata hanya isyu yang mungkin bermula dari seloroh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus