Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pelangi di laut baltik

Profil dari pemimpin gerakan solidaritas polandia, lech wallesa, 38, ia lebih menekankan agama sebagai dasar perjuangannya.

19 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGAI pelangi yang tiba-tiba muncul di atas Laut Baltik, nama Lech Walesa melejit di persada Polandia. Setahun yang lalu ia masih seorang pengangguran tukang listrik, meskipun sudah seorang pemimpin. Anaknya enam orang, yang sulung baru 11 tahun, sedang istrinya mulai mengandung lagi. Dalam rumah dengan dua kamar tidur mereka tinggal waktu itu. Sekonyong-konyong gambarnya muncul di sampul depan majalah Time, 29 Desember 1980. Dan April 1981 muncul lagi di sampul Current Biography, serial riwayat tokoh-tokoh dunia mutakhir. Siapakah dia? Tubuhnya kecil, menurut ukuran Barat. Tingginya hanya 165 cm. Pakai kumis lebat kemerah-merahan, mengisap pipa. Sepintas lalu ia mirip seorang paman yang ingin menjadi kebanggaan para kemanakannya. Tapi, "ia seorang lelaki yang cocok untuk zamannya," kata seorang ibu dalam kerumunan massa di Warsawa. Lech, dari siapa anda belajar bicara? tanya Oriana Fallaci, wartawan Italia dalam mingguan The Sunday Times, akhir Maret lalu. "Tidak tahu," jawab yang ditanya. "Saya tak pernah membaca buku atau berguru kepada siapapun. Seperti halnya memperbaiki pesawat televisi atau pancing: saya pikirkan, lalu saya pasang dengan cara sendiri." "Lalu siapa yang nanti mengajari kami demokrasi?" seorang buruh tambang di Jastrzebie bertanya kepadanya. Ia men jawab, "Siapa, ya? Yang terang bukan Lesio (si Lech Kecil). Sebab ia terlalu kecil, terlalu bodoh. Jadi, anda sendirilah. Masing-masing dari kita." Demikian Pintarnya ia dalam menjawab pertanyaan orang. Juga dalam bertanya, bahkan menginterupsi pembicaraan orang untuk mengemukakan ide-idenya yang alami -- dan cocok. Lech Wallesa (baca: Lek Vawensa) adalah produk sejarah Polandia yang mengidap endemi pemberontakan. Sejak abad silam bangsa ini memang dikenal sebagai "barometer pemberontakan". "Untuk mengetahui intensitas dan vitalitas segala jenis revolusi sejak 1789, negara-negara lain harus melihat Polandia," begitu catatan Karl Marx. Peranan ini tidak berubah bahkan sesudah komunisme mengambil alih negeri itu pada 1947. Sejak itu saja bahkan timbul pergoiakan beruntun pada tahun-tahun 1956, 1970, 1976, dan puncaknya Agustus 1980. Kegetiran sejarahnya terhadap Moskow mulai pada 1920--tatkala tentara Bolshevik menggasak Warsawa. Kemudian pendudukan Nazi, serta Soviet, atas Polandia yang sial, dalam Perang Dunia II. Tak kurang dari 4000 prajurit Polandia dibantai Soviet di hutan Katyn dalam tahun 1940. Pada saat masyarakatnya diwarnai cerita-cerita duka macam inilah, Lech Walesa lahir -- 29 September 1943. Lech punya tujuh orang saudara kandung, dari ayah seorang tukang kayu. Dan setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan seorang pamannya, Stanislaw Walesa. Tahun 1973 ibu kandung dan ayah tiri itu pergi ke AS. Di luar dugaan, ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Dan sampai sekarang Stanislaw, si ayah tiri, masih tinggal di New Jersey, AS, sebagai tukang bangunan. Setelah menamatkan sekolah dasar dan kejuruan di Lipno, dekat Popow, desa kelahirannya, Lech berangkat ke Gdansk untuk bekerja sebagai tukang listrik di sebuah galangan kapal. Itu terjadi tahun 1967. Tiga tahun berikutnya, pemerintah menaikkan harga-harga makanan yang mengakibatkan kemarahan pada pekerja di sekitar Gdansk. Lech pun terlibat--dalam kerusuhan yang terkenal dengan nama "pemberontakan untuk roti" ini. Para buruh bergerak ke jalanan, dan di sana Lech menyaksikan 55 orang rekannya dibunuh tentara. Kerusuhan empat hari itu memaksa Wladyslaw Gomulka, Sekjen Partai Komunis Polandia waktu itu, mengundurkan diri. Ia digantikan oleh Edward Gierek--dan sekarang Stanislaw Kania. Dalam sistem pemerintahan partai tunggal, sekretaris jenderal memang selalu menjadi orang kuat pertama. Orang kuat kedua, dalam kenyataan di Polandia, adalah pimpinan gereja. Sebab meski secara ideologis orang Polandia menganut komunisme, tapi kenyataannya 85% rakyat masih beragama Katolik. Dari sinilah Lech yang "orang alam" itu ditantang untuk menyusun kekuatan--dan menjadi "orang terkuat nomor tiga". Dalam perkembangannya ia banyak dipengaruhi Komite Pertahanan Sosial (KOR), yang membantunya lewat penerbitan koran Robotnik. Organisasi KOR ini didirikan oleh Jacek Kuron, seorang sosiolog komunis yang banyak membantu para anggota keluarga buruh korban demonstrasi 1976. TETAPI Lech bergerak lain ia lebih menekankan agama sebagai dasar perjuangannya. Di mana ia bicara, orang selalu mendirikan salib besi atau kayu. Kebetulan pula ada sebuah peristiwa besar yang sangat mendukung pembangunan kelompoknya. Yaitu, tak lain tak bukan, terpilihnya Kardinal Wojtyla menjadi Paus Yohannes Paulus II di Roma. Kunjungan 9 hari Paus ini ke tanah airnya (Juni 1979) kemudian lebih lagi mengukuhkan perasaan senasib di kalangan umat Katolik di sana. Maka solidaritas hanya tinggal memerlukan huruf "s" besar. Embrio perkumpulan mulai nampak pada penerbitan pertama majalah dua bulanan Pekerja Dri Panti, Januari 1979. Majalah ini memakai subjudul: Sarana Panitia Pembentukan Kelompok Dagang Merdeka. Juli berikutnya, nama Lech Walesa berada di antara penandatangan tuntutan hak-hak buruh yang dipublikasikan dalam Robotnik. Dan gara-gara ini Lech dikeluarkan dari pekerjaannya, dan mulailah--sebagai penganggur--mengumpulkan kawan ke sana ke mari. "Saya jamin anda bakalan terkenal seperti birokrat-birokrat yang hebathebat itu," kata seorang wanita dalam rapat partai. Lech tersenyum, sembari mengedarkan rokok Benson & Hedges untuk peserta rapat lainnya. Lech memang banyak mendapat suplai rokok dari kawan-kawannya. Beberapa bahkan sengaja secara rutin memberinya cerutu. Awal 1980 keadaan Polandia semakin parah. Voume pangan berkurang, akibat panen buruk berturut-turut selama lima tahun. Ini dipertegang oleh adanya rasionalisasi tenaga listrik, transportasi publik yang berantakan dan perumahan penduduk yang awutawutan. Dalam Kongres VIII Partai Komunis Polandia (PUWP), Sekjen Edward Gierek pun mulai memperingatkan bahwa negerinya menghadapi melonjaknya harga energi, bahan baku dan kian sulitnya perdagangan internasional. Para peserta kongres membentuk komite sentral yang baru--yang memilih 14 orang anggota politbiro. Perdana Menteri Piotr Jaroszewicz dikeluarkan dari politbiro tersebut, dan sebagai gantinya, pada 18 Februari, Sejumlah (Parlemen) menunjuk Edward Babiuch. Para buruh mulai bergerak tatkala Babiuch menaikkan harga daging di bulan Juli. Sebenarnya ia juga sudah bersiap menghancurkan unsur-unsur "antisosialis" waktu itu. Tetapi ditentang oleh para politbiro yang lain, di antaranya Kania dan Jablonski, Ketua Dewan Negara. Untuk mencari jalan keluar Gierek pergi ke Moskow, menemui Brezhnev, 31 Juli. Gierek dinasihati agar bisa mencapai kompromi dengan para pemogok. Tapi pada 14 Agustus berikutnya, 17.000 buruh di galangan kapal Lenin berhenti bekerja. Dan peristiwa ini ternyata sangat menentukan karir Lech yang mengaku sudah pernah ditahan barang 100 kali itu--masing-masing paling lama 48 jam. Peristiwa yang sangat dramatis pun terjadi. Lech menempeleng seorang manager galang di kapal yang hampir berhasil membujuk para buruh supaya lekas bubar. Mendadak sontak semangat mereka tumbuh kembali, dan ia menjadi pemimpin para buruh itu. Dalam sekejap pemogokan berkobar di sepanjang pantai Laut Baltik dan melibatkan 300.000 pekerja. Komite pemogok antarpabrik pun didirikan . Tanggal 18 Agustus Gierek mengumumkan kesediaannya berunding dengan para pemogok yang "tulus ikhlas". Tigabelas hari berikutnya, tampillah Lech Walesa dalam penandatanganan persetujuan dengan pemerintah. Jangan main-main, pemerintah diwakili Mieczyslaw Jagielski, Deputi Perdana Menteri. Dalam "Persetujuan Gdansk" ini diakui hak-hak buruh untuk membentuk persatuan dan mogok. Sungguh merupakan kejutan bagi Moskow. Keesokan harinya Prauda menyerang langsung. "Kompromi macam begini bisa merontokkan sistem komunis," tulisnya. Sementara itu Komite Pemogokan Antarpabrik menamakan dirinya: Solidarnosc, Solidaritas! Dalam pertemuan Komite Sentral, 5 September berikutnya, Kania mengumumkan: Gierek terserang penyakit jantung. Tak sampai dua bulan sesudah itu, Solidaritas diakui sebagai partai resmi di distrik Warsawa. Meski begitu, Walesa protes ketika dalam perjanjian disebutkan bahwa Solidaritas mengakui Partai Komunis Polandia (PUWP) sebagai pimpinan tertinggi. Kalau hal itu tidak dicabut, katanya, ia akan memerintahkan pemogokan. Tak heran: anak tukang kayu dari Popow itu sudah jadi orang terkuat ke-tiga.10 juta dari 17.300.000 buruh berdiri di belakangnya. Lech banyak belajar dari peristiwa pemogokan di tahun 1970 yang penuh darah itu. Pada tanggal 16 Desember yang lalu, ia pun mendirikan monumen peringatan buat para buruh yang jadi korban. Di hadapan 200.000 massa di Gdansk, disulutnya api monumen. Ia pun bersumpah: "Tidak seorang pun berhak menakut-nakuti kemerdekaan dan kedaulatan rakyat Polandia". BEGITU gagah. Namun dalam kehidupannya sehari-hari, Lech dikenal sebagai orang berpikiran sederhana yang taat beragama. Ia menghadiri misa setiap pagi. Di kerah kiri jaketnya selalu ia pasang gambar Santa Maria, kecil berwarna hitam. "Perawan Maria Hitam selalu merupakan berkat bagi kami orang Polandia," katanya. Dan ada kearifannya. Pemimpin lergaji Rp 200.000 per bulan itu (sama dengan bayaran buruh galangan kapal yang sudah bisa dinaikkannya sejak Desember tahun lalu) itu menyadari bahwa dirinya adalah figur sementara. "Terus terang saja, mulai sekarang saya hanya bisa turun," katanya. "Baik dengan cara bertahap, atau pun terjungkal." Mengapa? "Saya hanya cocok untuk keadaan yang tidak normal." Antara lain karena ia sebenarnya "tidak bisa tunduk pada peraturan-peraturan." Seperti pelangi di Laut Baltik, pada akhirnya ia akan pupus. Pudar sendiri, atau dihajar matahari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus