Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AWAL April 2016, lebih dari 100 media massa lintas negara secara serentak mempublikasikan Panama Papers, proyek kolaborasi riset dan peliputan investigasi yang bersumber dari bocoran dokumen rahasia Mossack Fonseca, firma hukum asal Panama. Dikoordinasi oleh International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ), publikasi Panama Papers menguak praktik lancung perusahaan-perusahaan cangkang di negara-negara suaka pajak yang menjadi kedok konglomerat, politikus kondang, selebritas, olahragawan, hingga buronan kejahatan keuangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dampak terbongkarnya data rahasia sebesar lebih dari 2,6 terabita—disebut-sebut sebagai bocoran terbesar dalam sejarah jurnalisme—itu begitu masif. Perdana Menteri Islandia Sigmundur Davíd Gunnlaugsson mengundurkan diri. Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif juga lengser, kemudian dihukum 10 tahun penjara dan didenda US$ 10,6 juta dalam kasus korupsi, setelah kekayaan keluarganya terbongkar. Hingga saat ini, otoritas di sejumlah negara juga dilaporkan melanjutkan investigasi terhadap dugaan kejahatan oleh individu dan korporasi yang terungkap dalam Panama Papers.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kala itu, Tempo, sebagai satu-satunya media di Indonesia yang bergabung dalam proyek Panama Papers, turut mengungkap sederet taipan dan politikus papan atas di antara ratusan warga negara Indonesia yang mendirikan perusahaan cangkang lewat Mossack Fonseca. Kendati pemerintah berikrar akan menindaklanjuti skandal Panama Papers, sejauh ini hanya Harry Azhar Azis yang terkena sanksi ringan berupa teguran oleh Mahkamah Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan. Kala itu, Harry, yang menjabat Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, tercatat memiliki perusahaan cangkang di British Virgin Islands.
Data jumbo Panama Papers tersebut datang dari seorang pelapor anonim yang menyebut dirinya "John Doe". Setahun sebelum laporannya meledak sebagai Panama Papers, dia menghubungi Süddeutsche Zeitung (SZ), media Jerman yang kemudian menginisiasi kolaborasi riset dan peliputan di bawah ICIJ karena luasnya cakupan data.
Sejauh ini, “John Doe” hanya berbicara secara terbuka di satu kesempatan, dalam bentuk manifesto yang diterbitkan empat minggu setelah Panama Papers mencuat. Di dalamnya, pelapor kejahatan—atau biasa disebut peniup peluit (whistleblower)—tersebut meminta para pembuat kebijakan mengambil tindakan untuk memerangi ketidaksetaraan global. Sejak itu, kisah pembocoran data ini telah terbit dalam buku-buku, podcast, dokumenter, dan bahkan film Hollywood yang dibintangi Meryl Streep. Namun "Jhon Doe", si pelapor, tetap diam.
Kini, enam tahun sejak ledakan Panama Papers, “John Doe” kembali bersuara dalam wawancara dengan Frederik Obermaier dan Bastian Obermayer, dua mantan jurnalis SZ yang sekarang bekerja untuk majalah Der Spiegel. Untuk memastikan anonimitas, wawancara dengan sumber ini dilakukan melalui koneksi Internet dan dienkripsi menggunakan perangkat lunak yang mengucapkan jawaban pelapor. Wawancara juga berlangsung di hadapan seorang saksi. Hasilnya telah dipersingkat agar mudah dibaca, diedit dengan ringan, dan diserahkan kepada "Jhon Doe" untuk otorisasi sebelum dipublikasikan.
Tempo kembali turut mempublikasikan hasil wawancara Der Spiegel ini bersama sedikitnya 59 media massa secara serentak mulai kemarin. Naskah wawancara “Jhon Doe” dalam bahasa Inggris dapat dibaca di Der Spiegel. Publik juga bisa melihat pemegang saham dan pengurus perusahaan cangkang yang terungkap dalam Panama Papers di portal offshore leak ICIJ yang diluncurkan pada Mei 2016.
Frederik Obermaier dan Bastian Obermayer. Dok Papertrailmedia.de
Apa kabar? Apakah Anda dalam kondisi yang aman?
Sepengetahuan saya, saya masih aman. Kita hidup di dunia yang berbahaya dan terkadang hal itu membebani saya. Tapi, secara keseluruhan, saya baik-baik saja dan menganggap diri saya sangat beruntung.
Anda tutup mulut selama enam tahun. Apakah Anda tidak tergoda untuk menunjukkan diri kepada khalayak bahwa Anda-lah yang membuka transaksi rahasia para kepala negara, kepala pemerintahan, kartel narkoba, dan pelaku kriminal?
Saya sering bergumul, seperti yang saya pikir banyak orang lakukan, ihwal masalah yang diatribusikan untuk pekerjaan saya. Ketenaran tidak pernah menjadi bagian dari perhitungan. Satu-satunya perhatian saya adalah tetap hidup cukup lama untuk menyampaikan cerita kepada seseorang. Membuat keputusan untuk mengumpulkan data yang tersedia untuk saya di Mossack Fonseca membutuhkan waktu berhari-hari dan terasa seperti melihat ke dalam satu tong yang penuh dengan senapan terisi. Pada akhirnya, saya harus melakukannya.
Anda menghubungi harian Jerman, Süddeutsche Zeitung, yang memprakarsai kolaborasi lebih dari 400 jurnalis dan dikoordinasikan oleh ICIJ. Ketika Anda menghubungi kami, apa yang ada dalam pikiran Anda?
Ketika menghubungi Anda, saya sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi atau apakah Anda akan menanggapinya. Saya berkorespondensi dengan banyak jurnalis yang tidak tertarik, di antaranya jurnalis New York Times dan Wall Street Journal. WikiLeaks bahkan tidak peduli untuk menjawab saat saya menghubungi mereka di kemudian hari soal masalah ini.
Pada 3 April 2016, tim jurnalis global mulai mempublikasikan Panama Papers. Bagaimana Anda melihat hari itu?
Hari itu seperti Ahad pada umumnya. Saya bertemu dengan beberapa teman untuk makan dan terkejut mengetahui bahwa Edward Snowden memiliki minat luar biasa terhadap proyek tersebut dengan mendiskusikannya di Twitter.
Snowden, seorang whistleblower di Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA), yang sekarang tinggal dalam pengasingan di Rusia. Entah bagaimana dia mengetahui penyelidikan dan mencuitkan “kebocoran terbesar dalam sejarah jurnalisme data”, bahkan sebelum kami menerbitkannya…
Saya ingat melihat ribuan unggahan lewat di media sosial. Kejadian itu seperti tidak pernah saya lihat. Sebuah ledakan informasi literal. Orang-orang yang sedang bersama saya langsung membicarakan itu setelah mereka mendengarnya. Saya berusaha untuk bertindak sama seperti yang lain, yang baru mendengar informasi tersebut untuk pertama kalinya.
Banyak ahli membandingkan Panama Papers dengan Watergate. Sumber paling penting dalam Watergate adalah Associate FBI Director Mark Felt yang menyamar sebagai “Deep Throat” dan pada akhirnya mengungkapkan identitasnya 33 tahun setelah Watergate…
Dari waktu ke waktu, saya telah memikirkan Mark Felt dan berbagai jenis risiko yang dia hadapi. Sepertinya risiko saya terlihat sedikit berbeda darinya. Saya mungkin harus menunggu sampai saya terbaring di ranjang kematian saya.
Mengapa?
Panama Papers melibatkan begitu banyak organisasi kriminal transnasional yang berbeda. Beberapa di antaranya memiliki hubungan dengan pemerintah sehingga sulit untuk membayangkan keamanan diri saya sendiri.
Felt sewaktu itu harus khawatir terutama terhadap Richard Nixon dan kroni-kroninya. Nixon mengundurkan diri dua tahun lebih sedikit setelah kasusnya terbongkar, yang membuatnya tidak berdaya. Kalau saya, saya merasa bahkan dalam 50 tahun, kemungkinan beberapa kelompok dalam Panama Papers akan tetap berada bersama kita semua.
Apakah Anda memberi tahu orang lain tentang peran Anda di Panama Papers?
Setelah berita itu tersiar, saya hanya memberi tahu beberapa orang yang paling saya sayangi.
Anda diam selama enam tahun. Mengapa sekarang Anda ingin berbicara?
Selama enam tahun terakhir, ada beberapa kesempatan ketika saya tergoda untuk angkat bicara. Pada fase-fase itu, tampaknya dunia semakin dan tambah dekat lagi menuju malapetaka sehingga kebutuhan untuk campur tangan selalu tampak semakin mendesak. Namun, pada saat yang sama, saya harus menyeimbangkan beberapa faktor.
Apa sebenarnya yang Anda maksud?
Pertama, tentu saja, keamanan diri saya sendiri dan keluarga saya. Kedua, adalah fakta bahwa dunia adalah tempat dengan hiruk pikuk suara yang berusaha untuk menyampaikan maksudnya masing-masing. Saya ingin kata-kata saya punya makna, tidak tenggelam di bawah cuitan Donald Trump. Pada 2016, saya menulis (dalam manifesto) ketakutan saya berdasarkan apa yang saya saksikan, “Ketidakstabilan yang parah itu mungkin sudah dekat.” Saya khawatir ketidakstabilan tersebut akhirnya tiba.
Ketidakstabilan seperti apa yang Anda maksud?
Maraknya fasisme dan otoritarianisme secara global, dari Cina hingga Rusia, ke Brasil hingga Filipina. Namun terutama sekarang di Amerika Serikat. Amerika telah membuat beberapa kesalahan besar dalam sejarahnya. Tapi hal itu telah menjadi kekuatan penyeimbang melawan rezim-rezim terburuk saat dibutuhkan. Sayangnya, keseimbangan itu secara fungsional sudah tidak ada lagi.
Negara-negara suaka pajak tampaknya menjadi hal yang sangat penting bagi “orang kuat” dalam rezim otokratis…
Putin lebih merupakan ancaman bagi Amerika Serikat daripada Hitler, dan perusahaan cangkang adalah sahabatnya. Perusahaan cangkang mendanai militer Rusia, yang membunuh warga sipil tak berdosa di Ukraina ketika rudal Putin menargetkan pusat belanja. Perusahaan-perusahaan cangkang yang menutupi konglomerat Cina adalah yang membunuh penambang kobalt di bawah umur di Kongo. Perusahaan cangkang telah menciptakan kengerian semacam ini, dan ini lebih memungkinkan dengan cara menghapus akuntabilitas dari masyarakat. Namun, tanpa akuntabilitas, masyarakat tidak dapat berfungsi.
Panama Papers
Panama Papers ini tampak menjadi lebih relevan dari apa pun sebelumnya—disebabkan oleh agresi Rusia di Ukraina. Misalnya, salah satu teman tertua dan terdekat Vladimir Putin, pemain selo Sergei Roldugin, mendapat sanksi pada akhir Februari. Alasan utamanya adalah telah ditemukan bukti di Panama Papers yang menunjukkan bahwa Roldugin bertindak sebagai wakil untuk teman kuatnya dan memiliki uang miliaran—setidaknya di atas kertas. Apakah Anda senang dengan twist peristiwa itu?
Saya senang melihat Roldugin mendapat sanksi. Saya pikir itu brilian.
Apakah Anda takut Rusia akan balas dendam?
Ini adalah risiko yang saya jalani, mengingat pemerintah Rusia telah menyatakan fakta bahwa mereka ingin saya mati. Sebelum Russia Today dibatasi selama serangan Rusia terhadap Ukraina, media itu menayangkan sebuah drama dokumenter dua bagian Panama Papers. Dalam pembukaan, dokumenter itu menampilkan karakter "John Doe" menderita cedera kepala akibat penyiksaan. Setelah adegan itu, sebuah perahu kartun berlayar di antara genangan darahnya, seolah-olah itu adalah Terusan Panama.
Betapa pun aneh dan noraknya, cara itu tidaklah halus. Kami telah melihat orang lain, yang memiliki hubungan dengan rekening luar negeri dan keadilan pajak, melakukan pembunuhan. Seperti halnya tragedi yang melibatkan Daphne Caruana Galizia dan Ján Kuciak. Kematian mereka sangat mempengaruhi saya. Dan saya meminta Uni Eropa memberikan keadilan bagi Daphne dan Ján serta keluarga mereka. Serta untuk mewujudkan supremasi hukum di Malta, salah satu bekas yurisdiksi Mossack Fonseca.
(Daphne Caruana Galizia adalah seorang jurnalis yang menulis beberapa hasil investigasi Panama Papers tentang koneksi politikus Malta dan perusahaan cangkang dalam blognya, Running Commentary. Dia tewas dalam bom mobil pada 16 Oktober 2017. Sedangkan Jan Kuciak adalah wartawan yang tewas dibunuh pada 21 Februari 2018. Pembunuhan Kuciak ditengarai berkaitan dengan investigasinya bersama Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) terhadap kelompok kriminal Italia di Slovakia yang ditengarai terhubung dengan elite politikus setempat.)
Pada 2017, Kepolisian Federal Jerman mendapat banyak sekali dokumen dari Mossack Fonseca, juga dari sumber anonim.
Ya, itu saya. Sejak awal, saya bersedia bekerja sama dengan otoritas pemerintah karena tampaknya cukup jelas bagi saya bahwa perlu adanya penuntutan atas kejahatan yang dijelaskan dalam Panama Papers. Terlebih, pemerintah Jerman meyakinkan saya bahwa mereka akan membuat saya dan keluarga saya tetap aman. Dan setelah beberapa waktu, kami berhasil membuat pengaturan yang tampaknya adil. Sayangnya, pemerintah Jerman melanggar kesepakatannya segera setelah itu, dan dari sudut pandang saya, membahayakan keselamatan saya. Dengan menyesal, saya tidak akan merekomendasikan orang lain untuk mempercayai jaminan dari Jerman.
Menurut laporan media, Anda diberi hadiah 5 juta euro. Mengapa Anda tidak senang dengan Kepolisian Federal Jerman?
Ada tiga masalah utama. Pertama, setelah Kepolisian Federal Jerman memiliki data, saya dibiarkan sendiri untuk membela diri tanpa perlindungan apa pun. Saya merasa ini tidak bijaksana karena ancaman terhadap keselamatan saya tidak berkurang sama sekali dan, jika ada, malah meningkat. Tidak lama kemudian, terjadi pembunuhan terkait dengan FSB di Berlin pada siang bolong. Itu bisa saja saya yang dibunuh.
Kedua, pemerintah Jerman sebenarnya tidak menghormati pengaturan keuangan yang kami sepakati. Itu menyebabkan masalah tambahan yang membahayakan keselamatan saya. Ketiga, Kepolisian Federal Jerman berulang kali menolak kesempatan untuk menganalisis lebih banyak data tentang dunia offshore di luar Panama Papers, yang sejujurnya mengejutkan.
Jadi, menurut Anda, apakah pihak berwenang Jerman tidak berbuat cukup untuk membuat Anda tetap aman?
Saya ingin berlaku adil kepada mereka. Mereka memang menawarkan sedikit perlindungan untuk saya, tapi situasi ini merupakan situasi yang hanya perlu satu kesalahan untuk menciptakan hasil yang buruk dan tidak dapat diubah. Untuk beberapa alasan, saya tidak nyaman dengan pendekatan mereka secara keseluruhan, terutama seiring dengan berjalannya waktu. Jika pemerintah Jerman benar-benar menghargai pentingnya Panama Papers, saya yakin seharusnya penanganannya akan jauh berbeda.
Apa sebenarnya yang Anda inginkan dari Kepolisian Federal Jerman (BKA)? Perlindungan saksi? Sebuah identitas baru? Atau lebih banyak uang?
Saya hanya bisa mengatakan bahwa mereka tidak menghormati pengaturan keuangan yang kami sepakati.
Polisi Jerman telah membagikan data Mossack Fonseca dengan lusinan negara, tapi mereka membatasinya hanya hingga data tentang warga negara yang bersangkutan. Berdasarkan logika ini, data tentang oligarki hanya dapat dibagikan dengan otoritas Rusia, kecuali jika ada investigasi kriminal di negara lain—situasi yang tidak masuk akal—terutama mengingat bahwa orang-orang ini baru dikenai sanksi akhir-akhir ini sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.
Sayangnya, baik pemerintah Jerman maupun Amerika Serikat tidak terlalu tertarik dengan Panama Papers. Sebaliknya, mereka berfokus pada kapal pesiar. Terus terang saja, kapal pesiar itu tidak terlalu penting di luar nilai simbolis perusahaan offshore dan urusan kepercayaan. Sanksi adalah salah satu alat penting, tapi ada hal yang lain juga. Misalnya, Amerika Serikat dapat saja menyerang kantor-kantor inkorporator perusahaan cangkang di tanah Amerika untuk mengirim sinyal bahwa jenis kegiatan ini tidak lagi dapat diterima. Hal itu mudah untuk dilakukan mereka. Tapi itu tidak terjadi.
Para elite Rusia secara rutin menyembunyikan kepemilikan rumah mewah, kapal pesiar, jet, dan aset lain mereka melalui skema perusahaan cangkang yang rumit. Bagaimana ini bisa dihentikan?
Saya pikir dunia Barat memandang Vladimir Putin sebagai gangguan untuk waktu yang lama. Namun lebih tepatnya gangguan yang dapat mereka kendalikan dengan insentif ekonomi. Jelas saja, itu tidak berhasil. Dibutuhkan upaya yang benar-benar luar biasa, semacam Proyek Manhattan modern, yang tujuannya adalah menguraikan teka-teki dunia offshore. Kapasitas komputasi untuk melakukan upaya ini tentu ada. Pertanyaannya lebih kepada apakah kemauan politik mau melakukannya. Sejauh ini, saya belum melihat banyak bukti.
Menurut Anda, mengapa kita belum melihat pelapor pelanggaran dari Rusia?
Walaupun dengan sejumlah keberanian yang diperlukan pun, dibutuhkan tingkat kebebasan tertentu untuk menjadi seorang pelapor pelanggaran. Kebebasan yang dimaksud adalah kondisi ketika seseorang harus ada pada titik tertentu untuk mendengarkan. Dan setidaknya, harus terdapat keinginan untuk membuat perubahan. Terlepas dari kenyataan bahwa Putin membunuh dan memenjarakan para pemberani, sangat sulit menemukan kebebasan seperti itu di tempat seperti Rusia.
Edward Snowden terjebak di Rusia. Meskipun mengkritik pemerintahan Putin korup, dia tidak bisa meninggalkan negara itu karena jika dia pergi tetap akan diadili di AS…
Snowden hanyalah salah satu potongan teka-teki dalam perang informasi Rusia dalam melawan Amerika Serikat selama sebagian besar abad terakhir ini. Jika komunitas intelijen AS memiliki bukti yang menentang Snowden, bukti tersebut harus diungkap untuk dapat dilihat semua orang. Jika tidak ada buktinya, Presiden Joe Biden harus memaafkannya dan menyambutnya pulang. Hal ini sangatlah sederhana.
Panama-Papers
Seberapa puaskah Anda atas dampak kebocoran tersebut?
Saya terkejut dengan dampak dari Panama Papers. Apa yang dicapai ICIJ belum pernah terjadi sebelumnya dan saya sangat senang, bahkan bangga, bahwa reformasi besar telah terjadi sebagai hasil dari Panama Papers. Fakta bahwa terdapat pula kolaborasi jurnalistik yang menyusul muncul dengan skala serupa juga merupakan bukti kemenangan nyata. Sayangnya, hal itu masih belum cukup. Saya tidak pernah berpikir bahwa merilis data satu firma hukum akan menyelesaikan korupsi global sepenuhnya, apalagi mengubah sifat manusia. Tetap saja politikus harus bertindak.
Kita membutuhkan daftar perusahaan yang dapat diakses publik di setiap yurisdiksi, dari Kepulauan Virgin Britania Raya hingga Anguilla, Seychelles hingga Labuan sampai Delaware, sekarang juga. Dan jika Anda mendengar suara penolakan, suara itu adalah suara-suara politikus yang harus dipecat.
Sejak 2016, ribuan cerita Panama Papers telah diterbitkan. Apakah menurut Anda masih ada yang perlu dilihat oleh dunia?
Ada begitu banyak cerita yang belum terungkap. Salah satu yang terlintas dalam pikiran saya adalah sebuah perwalian beserta cek kertas kuning yang kemungkinan dibuat untuk kartel narkoba oleh perusahaan konsultan Kolombia, yang oleh bank besar Amerika tampaknya telah diizinkan penggunaan langsung di rekening korespondennya pada bank di Panama. Nama-nama penerima pembayaran pada cek ini diketik dengan mesin tik. Untuk menyebut skema ini sebagai hal tidak biasa adalah pernyataan yang cukup meremehkan. Sebab, mereka mungkin sebenarnya juga telah menerbitkan cek yang sesungguhnya terlarang.
Edward Snowden pernah menyebut kasus Anda sebagai kasus dengan skenario terbaik bagi seorang pelapor pelanggaran. Anda menciptakan dampak besar, belum diketahui identitasnya, dan bebas. Apakah begitu cara Anda memandang peran Anda?
Saya menganggap diri saya sangat beruntung karena semua telah berjalan dengan baik, walaupun jika tidak sempurna. Tetap menjadi anonim membawa manfaat untuk membuat saya relatif aman. Tapi hal tersebut ada pengorbanannya juga, yaitu fakta bahwa saya belum dapat menjaga masalah ini untuk selalu ada dalam pantauan publik seperti yang dilakukan Edward Snowden dalam mengungkap penyadapan NSA. Tentu saja, untuk tetap dilihat publik, ia menukar kebebasannya sampai tingkat tertentu. Selalu ada pengorbanan.
Pelajaran apa yang Anda pelajari tentang membocorkan pelanggaran ini?
Saya dapat mengatakan hal terpenting dari contoh yang saya lakukan bahwa untuk membuat perbedaan besar dan tetap mempertahankan kehidupan dengan baik itu mungkin, walaupun jarang. Namun memang, untuk tetap berada selangkah lebih maju, diperlukan banyak usaha dan keberuntungan.
Apakah ada yang ingin Anda rekomendasikan kepada calon pelapor pelanggaran lain?
Mengatakan kebenaran tentang hal-hal sensitif tidak pernah mudah. Saya akan mengatakan bahwa faktor yang kurang dihargai adalah betapa sulitnya menjaga keseimbangan. Apakah Anda berbicara dengan wartawan atau otoritas pemerintah, bersiaplah untuk semuanya bergerak sangat lambat. Penting untuk bernapas dan menemukan hal lain untuk dipikirkan dari waktu ke waktu.
Jika Anda dapat memutar waktu kembali, apakah Anda akan melaporkan pelanggaran lagi?
Dalam sekejap.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo