Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Mulyanto, meminta penanganan radiasi nuklir di Kompleks Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, dilakukan hingga tuntas. Selain menanggulangi dampak yang muncul, pemerintah harus menelusuri asal-usul material radioaktif yang tercecer di perumahan itu. "Masak, limbah radioaktif bisa tercecer, di dekat perumahan pula. Ini sangat memalukan," kata Mulyanto, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mulyanto menilai, meski masih dalam skala kecil, masalah ini tetap harus disikapi secara serius.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebab, selain mengancam keselamatan masyarakat, masalah radiasi tersebut bisa berdampak negatif bagi kredibilitas bangsa di mata dunia. "Itu menunjukkan kelalaian kita dalam menangani limbah radioaktif," katanya.
Untuk itu, Mulyanto meminta pemerintah lebih cermat mengawasi pengelolaan limbah radioaktif.
Pemerintah juga perlu mengaudit pelaksanaan prosedur operasional standar pengelolaan limbah radioaktif agar peristiwa ini tidak terulang. "Khususnya terkait transportasi dan penyimpanan sementara limbah radioaktif di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan)," kata dia.
Radiasi nuklir di Serpong diketahui pada 30-31 Januari lalu saat Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menggelar uji fungsi pemantauan radioaktif di Perumahan Batan Indah. Sumber radiasi terdeteksi di sebuah lahan kosong yang bersebelahan dengan lapangan bola voli di Blok J.
Bapeten kemudian berkoordinasi dengan Batan untuk mencari sumber radiasi tersebut. Hasilnya, ditemukan material radioaktif berjenis Cesium 137 atau Cs-137 yang berbentuk serpihan. "Serpihan berbentuk butiran gula pasir," kata Kepala Bagian Komunikasi Publik dan Protokol Bapeten Abdul Qohhar Teguh, Sabtu lalu.
Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan menegaskan zat radioaktif yang ditemukan di Serpong bukan berasal dari reaktor riset GA Siwabessy, reaktor nuklir milik Batan di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek). "Hingga saat ini, reaktor yang dioperasikan sejak 1987 itu tetap beroperasi dengan aman dan selamat," ujar Anhar melalui keterangan tertulis, kemarin.
Menurut Anhar, Cs-137 merupakan produk fisi yang terkandung dalam bahan bakar dan hanya akan terlepas jika ada kejadian kerusakan bahan bakar. "Pasti akan langsung terdeteksi oleh sistem pemantau radiasi yang ada di gedung reaktor," kata dia. "Sedangkan kalau ada yang terlepas ke udara, akan tercatat oleh sistem pemantau radioaktivitas lingkungan yang ada."
Anhar menambahkan, jika zat radioaktif itu berasal dari reaktor milik Batan, penyebarannya sudah pasti meluas karena terbawa angin. Sementara itu, zat radioaktif yang ditemukan Bapeten hanya berada di lahan kosong seluas 100 meter persegi di Perumahan Batan Indah. "Tidak ditemukan paparan di area lain selain di lahan kosong itu," katanya. ANTARA | SUSENO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo