Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pencuri setiap subuh

Haji hasyim, guru madrasah di jogoroto, jombang, berkali-kali kecurian di rumahnya. pencuriannya selalu pada saat salat subuh. akhirnya pencurinya tertangkap dan ternyata muridnya mengaji. (ina)

25 Oktober 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERKALI-KALI kecurian di rumahnya, Haji Hasyim, 35, akhirnya sampai pada kesimpulan sementara: jangan-jangan semua itu ulah tuyul. Coba. Awal Agustus, guru madrasah di Jogoroto -- di Jombang, Ja-Tim -- yang masih bujangan ini kehilangan jam tangan Orient. Seminggu kemudian uang di saku celananya, Rp 20.000, raib. Tiga hari setelah itu, uang Rp 5.000 di bufet kamarnya juga lenyap. Demikian pula hari-hari selanjutnya: dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu. Bukan cuma uang -- malah juga batu batere yang masih di dalam senter. Padahal senternya sendiri tidak diambil! Terlalu. Akhir September lalu, terlihat perkembangan: sasaran tuyul beralih ke kamar ibu Haji Hasyim. Peniti emas seberat 20 gram dan uang Rp 23.000 amblas. Haji muda ini akhirnya berpikir, ini, sih, bukan perbuatan tuyul lagi. Lagi pula, "Kok kecuriannya selalu pada saat salat subuh? Aneh," pikirnya. Lalu, tiba-tiba -- byar-byar! -- Haji Hasyim mendapat ilham. Guru madrasah ini punya murid-murid yang mengaji di rumahnya, dan sering pada tidur di sana. Pagi-pagi semuanya bangun untuk salat subuh di musala, sekitar 20 meter di arah depan. Nah. Suatu subuh, yang memimpin salat adalah Haji Muna'im, abang Hasyim. Hasyim sendiri berdiri sebagai makmum. Takbir sudah terdengar. Tiba-tiba, saat Imam membaca Surat Fatihah, sebuah lampu -- yang tergantung di depan Hasyim agak ke samping, di musala itu -- mendadak menyala. "Ada tuyul! Eh, maling!" celetuk Hasyim tiba-tiba, sambil menggamit para makmum di dekat-dekatnya. Serta-merta jemaah membatalkan salat. "Salatnya diskors dulu, deh", Hasyim berkata, sambil memberi instruksi mengepung rumahnya. Subuh pun menjadi riuh. Dan si tuyul bisa ditangkap. "Ternyata, waduh, dia murid ngaji saya dulu," Hasyim bertutur. Sedihnya lagi, tuyul itu juga siswa aliyah, duduk di kelas dua. Tapi bagaimana bisa, ya, lampu di dekat Hasyim itu tiba-tiba menyala? Bisa saja. Wong bolam itu dihubungkan dengan daun pintu kamar Hasyim, di rumah. Di pintu itu Hasyim memasang pelat kuningan, dililitnya dengan kabel kecil dan disambungkan ke aki 6 volt. Bila pintu dibuka, byar! Lampu di musala memberi tahu. Ingat, ini lampu sepeda. Si tuyul akhirnya diserahkan kepada polisi. Tapi, sebelumnya, diajak ke musala dulu, ikut subuhan -- melanjutkan salat yang tadi terpaksa diskors karena ulahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus