Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia saat ini telah berupaya menyambut era elektrifikasi dengan cara mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Sejumlah cara dilaporkan telah dilakukan, seperti membangun pabrik baterai hingga penggunaan motor listrik untuk ojek online.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menanggapi hal tersebut, Lembaga swadaya masyarakat Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) menyarankan pemerintah untuk menerbitkan cukai karbon. Menurut mereka, hal itu bisa memicu peningkatan pasar kendaraan listrik di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Syafrudin. Ia menjelaskan bahwa kendaraan rendah emisi memiliki harga penjualan lebih rendah. Dengan begitu, kendaraan dengan karbon dioksida rendah bakal diminati oleh pasar dan berhasil melakukan penetrasi.
"Cukai karbon efektif memicu penetrasi pasar kendaraan rendah karbon," ujarnya dalam sebuah diskusi bertajuk Mimpi Produksi Kendaraan Listrik Nasional, dilansir Tempo dari situs berita Antara hari ini, Kamis, 3 Maret 2022.
Lebih lanjut, Ahmad menerangkan kendaraan listrik bakal lebih efisien 43 persen dibandingkan dengan teknologi rendah karbon yang saat ini banyak digunakan kendaraan konvensional. Maka dari itu, lanjut dia, cukai karbon bisa membuat kendaraan yang tidak lolos standar emisi mendapatkan penalti.
Menurut dia, kendaraan yang tidak mampu memenuhi standar itu akan secara otomatis meneyababkan motor dan mobil berbahan bakar minyak kurang diminati oleh masyarakat. "Dengan cara yang alamiah seperti itulah, maka secara perlahan bisa mengeliminir kendaraan-kendaraan polutif dan memiliki karbon tinggi," terang Ahmad.
Ahmad mengatakan bahwa kebijakan ini harus diiringi dengan regulasi fiskal dengan menerapkan sistem feebate (penalti bila tak lolos standar) dan skema rebate (mendapatkan insentif bila memenuhi standar). Kendaraan yang memenuhi standar itu nantinya dinilai bakal lebih hemat energi dan murah.
ANTARA
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.