WAKTU termenung-menung bagi Marvin (Maestro) Mitchelson hanya
ada di sekitar pukul 10 atau 11 menjelang tengah malam. Jika
langit sedang cerah, ia suka berdiri merenung sendirian di
bendul salah satu jendela kantornya yang berlantai tiga. Di
bawah kakinya berkerlap lampu-lampu Lalaland, Hollywood, yang
disebut Henry Allen dalam International Herald Tribune sebagai
"kota serba tak nyata dan serba mungkin. Surga bagi pokrol
perceraian."
Dan surga itu memang mengalir ke kantung Maestro, sang
pengacara. Turun bagai lava dari bukit-bukit Hollywood yang
gemerlapan melimbah ke palung remang-remang perkumpulan
eksklusif Los Angeles Country Club. Inilah gambaran kehidupan
pribadi seorang advokat yang ngetop di Amerika (tak apa bila
anda tak begitu mengenal namanya) dengan segala tetek-bengek
kemewahannya yang mubazir.
Usianya kini 54 tahun. Pendapatannya sering di atas satu juta
dollar setahun, dan itu berkah dari hobi kawin-cerai para
bintang Hollywood. Sebagai pengacara kebeken, yang ditanganinya
juga para bintang top. Ia misalnya mendapat kuasa dari Michelle
Triola Marvin untuk membereskan urusannya dengan bekas suaminya,
aktor Lee Marvin.
Sengketa pemilikan harta antara Vicki 'The Therapist' Morgan dan
Alfred 'Marquis de Sade Complex' Bloomingdale sempat pula
diurusnya. Tapi Vicki Morgan memecatnya, sementara dari kasus
Marvin tadi ia tak memperoleh secepeng pun. Namun ia memperoleh
obyekan gede dari para istri dan piaraan aktor kakap lainnya,
menurut Allen si penulis.
Misalnya, dari bekas-bekas nyonya Mick Jagger, James Mason,
Marlon Brando, Bob Dylon, Rod Steiger, Van Johnson, Efrem
Zimbalist, William Shatner, Richard Pryor, Groucho Marx, Alan
Jay Lerner, Adnan Kashogi, dan Eddy Fisher.
Dan kini ia sedang menangani perkara Sheiko Dena al-Fassi, yang
(antaranya) menuntut US$ 3 milyar dari Sheik Mohammad al-Fassi,
Sheik ini memang dajal juga. Konon ia melukis 'bulu-bulu
terlarang' pada patung-patung telanjang yang dipajang di rumah
mewahnya di Sunset Boulevard. November lalu ia pulang ke Arab
Saudi dengan pesawat jet carteran, menurut Miomi Herld.
"Saya sering terbangun oleh mimpi buruk," Mitchelson mengaku.
Mungkin benar-benar mimpi buruk. Bisa juga berupa dering telepon
tak henti-henti di tengah malam, dari para istri bintang-bintang
itu. "Mereka meneruskan keluhan tentang para suami dan
pacar-pacar mereka. Bagaimanapun saya harus melayani".
"Pernah sekali, di larut malam, saya menerima telepon dari
Rhonda Fleming. 'Ia mengambil bidet-ku!' katanya. Kubilang
kepada nyonya itu: 'Dari uang yang akan kita dapat dari suami
Anda, kita borong semua bidet yang ada di Eropa.'" Hendaknya
tahu, bidet adalah sejenis pispot untuk cebok atau semacamnya.
Bagaimanapun, waktu malam memberi sedikit kedamaian dan
ketenangan. "Saya pergi ke kamar mandi dan berendam-rendam,
sampai saya benar-benar rileks," kata sang maestro.
Terletak di samping kamar kerjanya, kamar mandi itu memang
merupakan tempat pengasingan yang menyejukkan dari sana tatapan
pandang bisa lepas ke arah Los Angeles. Sekretaris Mitchelson
senantiasa menguncinya jika sang bos tak di tempat. Segalanya di
kamar mandi itu serba pualam dan indah -- dari bak rendam,
toilet, bak cuci tangan sampai ke jamban.
Tapi Allen si wartawan, menemukan hal-hal yang tak semuanya
sempurna pada kemewahan tokoh ngetop itu. Papan kursi toiletnya
tampak retak. Rak-rak gelas Tiffany penuh botol brandi kosong,
majalah tua, kwitansi bank, dan segala macam barang rombeng
lain. Kertas dinding kamar mandi itu penuh gambar bidadari
setengah telanjang. Dan di kepala bak rendam terletak sebuah
bantal yang mulai lusuh -- dengan gambar ibu Maestro, Sonia, di
situ.
"Ketika saya di sekolah hukum," kata si pengacara mengenang,
"saya acap pulang larut malam. Ibu sudah menanti di depan pintu
dengan gagang sapu di tangannya, dan segera menghajarku sambil
berkata: 'Kau tidak boleh masuk, kecuali jika kau belajar
sepanjang malam!'".
Tapi istrinya, Marcella, 22 tahun, bercerita bahwa bagi
Mitchelson rumah ibunya "satu-satunya tempat ia bisa istirahat
sepenuhnya." Dan bukan rumahnya sendiri.
Mitchelson mengunjungi ibunya secara tetap tiap hari Ahad di
Santa Monica, dan "hanya ketika aku meminjaminya uang, Ibu
datang ke kantor," menurut pengakuan tokoh itu sendiri. Jadi:
bak mandi Jacuzzi, bantal bergambar ibunda. Dan ia pun rileks.
"Kemudian saya keluar dari bak mandi, mengeringkan tubuh dan
memakai piyama hitam ini," kata Mitchelson -- lalu ia menyeruak
di antara rak pakaian Victoria. Di sana juga tergantung seragam
pengacaranya yang model Inggris. "Kembali ke kamar kerja, saya
redupkan lampu-lampu. Itu memberikan efek yang menarik terhadap
Bottivelli Venus."
Yang disebutnya Bottivelli Venus adalah sebuah kotak besar
ringan yang menyatu dengan langit-langit. Ada gambar kepala sang
dewi kecantikan Venus di sana, dengan rambut berkibaran,
mengesankan "kewanitaan yang teduh dan sayu serta tak terjamah."
Kamar kerjanya dipenuhi lukisan zaman renesans, perawan-perawan
dari masa pra-Raphaelite dan Seni Baru, berbagai bidari dan
Venus-Venus. Semua itu kontras dengan ranjangranjang ukuran
besar serta lemari-lemari yang tak kurang raksasanya. Sebuah
kursi di belakang meja lebarnya begitu tingginya, sehingga
memerlukan sebuah bangku kecil beralas beledu untuk tempat kedua
kaki bertu mpu . . Mengenai gambar Venus itu Mitchclson
mengomentari begini: "Ia memantul ke jendela, mengambang di atas
kota. Ia begitu . . . sangat halusnya. Tahukah anda sesuatu
tentangnya? Ia adalah gundik Brotocelli dan Michelangelo
sekaligus." Lalu ia mengembangkan tangannya untuk menggambarkan
bagaimana sang Venus terbang.
"Kemudian saya setel sebuah simfoni pada sound sistem. Saya
ambil tongkat dan serentak mengayunkannya ke sana ke mari
seperti layaknya seorang dirigen. Saya menyenangi Beethoven.
Juga Mozart -- simfoni Jupiternya. Namun saya kira saya lebih
menyenangi Eroica', simfoni kegemaran saya".
Mitchelson lahir di Detroit. Ia putra seorang tukang cat Latvia
dan adik dua orang kakak perempuan -- yang "selalu benar, dan
saya tak pernah diperbolehkan membantah mereka. Tapi lebih dari
yang dikehendaki mereka, saya terbiasa menganggap demikian."
Ketika ia berusia 18 bulan, mereka pindah ke Los Angeles.
Akhirnya mengelola sekelompok bangunan rumah susun. Sang ayah
meninggal ketika Mitchelson berusia 18 tahun, saat ia berdinas
di bagian kesehatan Angkatan Laut -- selama dua tahun -- dan
sebelum kembali ke rumah orangtuanya.
"Saya harus menjadi pembela keluarga. Harus melindungi Ibu.
Pernah saya bercita-cita menjadi pemain sepak bola.Malah pernah
terpilih memperkuat kesebelasan Universitas Oregon. Ibu saya
ingin saya benar-benar menjadi mahasiswa."
Karena itu ia tinggal di rumah dan membantu ibunya mengelola
rumah susun, sambil kuliah di Universitas California. Dari sini
ia pindah ke fakultas hukum Southwestern University, universitas
lokal yang terbilang kecil.
Toh itu tidak lebih dari dua tahun, karena ia kemudian bergerak
di bidang kliping -- yang memberinya penghasilan sekitar US$ 250
sebulan.
Pada 1958, ia menangani sebuah pcrkara tubrukan yang dilakukan
seorang wanita terhadap enam mobil yang sedang diparkir.
Kerugian yang ditimbulkan kecelakaan itu US$ 25 ribu. Tapi
sebaliknya Mitchelson, atas kuasa wanita tersebut, balas
menuntut US$ 1.002.000. Dengan mengemukakan bahwa salah satu di
antara mobilmobil itu diparkir terlalu ke tengah, ia berhasil
memenangkan tuntutan.
Tahun itu juga ia mewakili Nyonya Florence Aadland, ibu Beverly
Aadland yang main cinta dengan Errol Flynn. Nyonya Aadland
menuduh Flynn, bintang film jago anggar itu, melanggar hukum --
karena Beverly masih belasan tahun. Perkara ini diramaikan oleh
surat-surat kabar dengan judul seperti: Beverly tersedu di
pengadilan, menolak campur-tangan ibunya.
Mitchelson gagal memenangkan perkara itu. Nyonya Aadland sendiri
kepada pers di Los Angeles beru jar sengit: "Tak seorang pun
yang main cinta dengan baby-ku luput dari tuntutan. Sedikitnya
US$ 100."
Sementara itu, gaya hidup Mitchelson sendiri mulai urakan.
Apartemennya penuh barang aneh yang dipajang dengan ganjil:
sepeda yang digantung di loteng, atau senapan berburu sepanjang
delapan kaki. Hingga muncul gambaran bohemian gembel yang di
tahun 1950-an itu masih langka di kawasan Los Angeles.
Sampai dengan 1964 ia belum menjadi tukang keduk kantung orang.
Tapi di tahun itu ia bersama 40 saksi berbaris masuk ke ruang
pengadilan, dalam perkara Nyonya James Mason. Dan begitu palu
hakim jatuh, para redaktur surat-surat kabar telah siap judul
berita seperti ini: Pamela memenangkan perceraian dan
mengantungi jutaan.
"Setelah itu, saya tidak pernah melihat ke belakang," ujar sang
Maestro.
Ia senang gebrakan-gebrakan besar, kendati tak semuanya
berhasil. Ia misalnya gagal memperoleh kesertaan Richard Nixon
dalam perkara tuntutan perceraian terhadap Adnan Khashogi, agen
dan penyalur senjata Arab Saudi.
Mitchelson memiliki dua mobil Rolls-Royces, dan sebuah mobil
mewah pesanan khusus bekas kepunyaan Clark Gable. Masih ada
sebuah Mercedes -- yang dipermak mirip punya Prince Rodrigue. Ia
memang pernah diajak sang pangeran jalanjalan dengan mobilnya di
Monte Carlo. Untuk diketahui, Mitchelson pergi ke Eropa
sedikitnya 15 kali dalam setahun.
Ia memiliki sebuah rumah yang bertengger begitu tinggi di puncak
gunung. "Hingga jika ada longsoran tanah ia tidak akan
tertimpa," kata Allen dalam laporannya. Tapi ia masih menyewa
sebuah rumah seluas 5.000 kaki persegi seharga US$ 5.000 per
bulan di Beverly Hills.
Ia punya seorang istri dan anak, katanya. Anak laki-laki itu,
Morgan, berusia 18 tahun. Mitchelson tak dapat Anda anggap
seorang suami atau ayah yang baik, kendati ia sudah berumah
tangga selama 22 tahun.
"Saya bertemu istri saya beberapa menit setiap pagi, dan
kadang-kadang di pesta," kata Mitchelson. "Rambutnya pirang. Ia
agak menarik," komentarnya kenes tentang istri asal Italianya
yang ditemuinya di Capri. Ternyata sang istri bisa melukis.
Dalam pameran tunggal, ia memamerkan sebuah lukisan tentang
Mitchelson yang tergeletak lelap di sebuah ranjang di rumah
ibunya di Santa Monica. Pengacara Ketiduran, itulah judul yang
diberikan. Di sampingnya sebuah buku sang Maestro: 'Made in
Surga, Berjaya di Pengadilan.'
Ia tidak sepenuhnya pengacara yang hanya mengurus perkara
wanita. Tapi juga mengurus, misalnya, perwakilan anak Mickey
Rooney. Pada 1969 ia pergi ke Roma untuk membela Raffaele
Minichiello, marinir AS yang membajak sebuah pesawat terbang dan
membawanya ke New York, Boston, Dublin dan akhirnya Roma.
Mitchelson lalu balik ke New York, setelah hampir-hampir tak
menghasilkan uang, (biasanya ia mencetak US$ 200 per jam, atau
15 sampai 30 persen dari jumlah yang bisa dimenangkannya) untuk
mengurus perkara Ron Galella. Si Galella ini seorang fotografer,
yang selama sebelas tahun membuntuti ke mana saja Jackie Onassis
dan anak-anaknya. Tapi di sini juga Maestro tak berhasil.
Galella kalah. "Tak seorang pun mau menangani perkaranya,"
komentar Mitchelson.
Telepon berdering. Kali ini dari Dena al-Fassi, yang berhasil
memenangkan imbalan perceraian US$ 3 milyar dollar. Dalam
rupiah: 1.875 milyar.
"Saya akan ke situ, Dena," kata Mitchelson. Dan ia
tergopoh-gopoh keluar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini