Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pengeruk uang diantara para bintang

Gambaran kehidupan pribadi pengacara beken, marvin mitchelson (a.s), 54 th. kebanyakan menangani para bintang hollywood, dan hobi kawin cerai para artis hollywood merupakan berkah baginya. (sel)

15 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAKTU termenung-menung bagi Marvin (Maestro) Mitchelson hanya ada di sekitar pukul 10 atau 11 menjelang tengah malam. Jika langit sedang cerah, ia suka berdiri merenung sendirian di bendul salah satu jendela kantornya yang berlantai tiga. Di bawah kakinya berkerlap lampu-lampu Lalaland, Hollywood, yang disebut Henry Allen dalam International Herald Tribune sebagai "kota serba tak nyata dan serba mungkin. Surga bagi pokrol perceraian." Dan surga itu memang mengalir ke kantung Maestro, sang pengacara. Turun bagai lava dari bukit-bukit Hollywood yang gemerlapan melimbah ke palung remang-remang perkumpulan eksklusif Los Angeles Country Club. Inilah gambaran kehidupan pribadi seorang advokat yang ngetop di Amerika (tak apa bila anda tak begitu mengenal namanya) dengan segala tetek-bengek kemewahannya yang mubazir. Usianya kini 54 tahun. Pendapatannya sering di atas satu juta dollar setahun, dan itu berkah dari hobi kawin-cerai para bintang Hollywood. Sebagai pengacara kebeken, yang ditanganinya juga para bintang top. Ia misalnya mendapat kuasa dari Michelle Triola Marvin untuk membereskan urusannya dengan bekas suaminya, aktor Lee Marvin. Sengketa pemilikan harta antara Vicki 'The Therapist' Morgan dan Alfred 'Marquis de Sade Complex' Bloomingdale sempat pula diurusnya. Tapi Vicki Morgan memecatnya, sementara dari kasus Marvin tadi ia tak memperoleh secepeng pun. Namun ia memperoleh obyekan gede dari para istri dan piaraan aktor kakap lainnya, menurut Allen si penulis. Misalnya, dari bekas-bekas nyonya Mick Jagger, James Mason, Marlon Brando, Bob Dylon, Rod Steiger, Van Johnson, Efrem Zimbalist, William Shatner, Richard Pryor, Groucho Marx, Alan Jay Lerner, Adnan Kashogi, dan Eddy Fisher. Dan kini ia sedang menangani perkara Sheiko Dena al-Fassi, yang (antaranya) menuntut US$ 3 milyar dari Sheik Mohammad al-Fassi, Sheik ini memang dajal juga. Konon ia melukis 'bulu-bulu terlarang' pada patung-patung telanjang yang dipajang di rumah mewahnya di Sunset Boulevard. November lalu ia pulang ke Arab Saudi dengan pesawat jet carteran, menurut Miomi Herld. "Saya sering terbangun oleh mimpi buruk," Mitchelson mengaku. Mungkin benar-benar mimpi buruk. Bisa juga berupa dering telepon tak henti-henti di tengah malam, dari para istri bintang-bintang itu. "Mereka meneruskan keluhan tentang para suami dan pacar-pacar mereka. Bagaimanapun saya harus melayani". "Pernah sekali, di larut malam, saya menerima telepon dari Rhonda Fleming. 'Ia mengambil bidet-ku!' katanya. Kubilang kepada nyonya itu: 'Dari uang yang akan kita dapat dari suami Anda, kita borong semua bidet yang ada di Eropa.'" Hendaknya tahu, bidet adalah sejenis pispot untuk cebok atau semacamnya. Bagaimanapun, waktu malam memberi sedikit kedamaian dan ketenangan. "Saya pergi ke kamar mandi dan berendam-rendam, sampai saya benar-benar rileks," kata sang maestro. Terletak di samping kamar kerjanya, kamar mandi itu memang merupakan tempat pengasingan yang menyejukkan dari sana tatapan pandang bisa lepas ke arah Los Angeles. Sekretaris Mitchelson senantiasa menguncinya jika sang bos tak di tempat. Segalanya di kamar mandi itu serba pualam dan indah -- dari bak rendam, toilet, bak cuci tangan sampai ke jamban. Tapi Allen si wartawan, menemukan hal-hal yang tak semuanya sempurna pada kemewahan tokoh ngetop itu. Papan kursi toiletnya tampak retak. Rak-rak gelas Tiffany penuh botol brandi kosong, majalah tua, kwitansi bank, dan segala macam barang rombeng lain. Kertas dinding kamar mandi itu penuh gambar bidadari setengah telanjang. Dan di kepala bak rendam terletak sebuah bantal yang mulai lusuh -- dengan gambar ibu Maestro, Sonia, di situ. "Ketika saya di sekolah hukum," kata si pengacara mengenang, "saya acap pulang larut malam. Ibu sudah menanti di depan pintu dengan gagang sapu di tangannya, dan segera menghajarku sambil berkata: 'Kau tidak boleh masuk, kecuali jika kau belajar sepanjang malam!'". Tapi istrinya, Marcella, 22 tahun, bercerita bahwa bagi Mitchelson rumah ibunya "satu-satunya tempat ia bisa istirahat sepenuhnya." Dan bukan rumahnya sendiri. Mitchelson mengunjungi ibunya secara tetap tiap hari Ahad di Santa Monica, dan "hanya ketika aku meminjaminya uang, Ibu datang ke kantor," menurut pengakuan tokoh itu sendiri. Jadi: bak mandi Jacuzzi, bantal bergambar ibunda. Dan ia pun rileks. "Kemudian saya keluar dari bak mandi, mengeringkan tubuh dan memakai piyama hitam ini," kata Mitchelson -- lalu ia menyeruak di antara rak pakaian Victoria. Di sana juga tergantung seragam pengacaranya yang model Inggris. "Kembali ke kamar kerja, saya redupkan lampu-lampu. Itu memberikan efek yang menarik terhadap Bottivelli Venus." Yang disebutnya Bottivelli Venus adalah sebuah kotak besar ringan yang menyatu dengan langit-langit. Ada gambar kepala sang dewi kecantikan Venus di sana, dengan rambut berkibaran, mengesankan "kewanitaan yang teduh dan sayu serta tak terjamah." Kamar kerjanya dipenuhi lukisan zaman renesans, perawan-perawan dari masa pra-Raphaelite dan Seni Baru, berbagai bidari dan Venus-Venus. Semua itu kontras dengan ranjangranjang ukuran besar serta lemari-lemari yang tak kurang raksasanya. Sebuah kursi di belakang meja lebarnya begitu tingginya, sehingga memerlukan sebuah bangku kecil beralas beledu untuk tempat kedua kaki bertu mpu . . Mengenai gambar Venus itu Mitchclson mengomentari begini: "Ia memantul ke jendela, mengambang di atas kota. Ia begitu . . . sangat halusnya. Tahukah anda sesuatu tentangnya? Ia adalah gundik Brotocelli dan Michelangelo sekaligus." Lalu ia mengembangkan tangannya untuk menggambarkan bagaimana sang Venus terbang. "Kemudian saya setel sebuah simfoni pada sound sistem. Saya ambil tongkat dan serentak mengayunkannya ke sana ke mari seperti layaknya seorang dirigen. Saya menyenangi Beethoven. Juga Mozart -- simfoni Jupiternya. Namun saya kira saya lebih menyenangi Eroica', simfoni kegemaran saya". Mitchelson lahir di Detroit. Ia putra seorang tukang cat Latvia dan adik dua orang kakak perempuan -- yang "selalu benar, dan saya tak pernah diperbolehkan membantah mereka. Tapi lebih dari yang dikehendaki mereka, saya terbiasa menganggap demikian." Ketika ia berusia 18 bulan, mereka pindah ke Los Angeles. Akhirnya mengelola sekelompok bangunan rumah susun. Sang ayah meninggal ketika Mitchelson berusia 18 tahun, saat ia berdinas di bagian kesehatan Angkatan Laut -- selama dua tahun -- dan sebelum kembali ke rumah orangtuanya. "Saya harus menjadi pembela keluarga. Harus melindungi Ibu. Pernah saya bercita-cita menjadi pemain sepak bola.Malah pernah terpilih memperkuat kesebelasan Universitas Oregon. Ibu saya ingin saya benar-benar menjadi mahasiswa." Karena itu ia tinggal di rumah dan membantu ibunya mengelola rumah susun, sambil kuliah di Universitas California. Dari sini ia pindah ke fakultas hukum Southwestern University, universitas lokal yang terbilang kecil. Toh itu tidak lebih dari dua tahun, karena ia kemudian bergerak di bidang kliping -- yang memberinya penghasilan sekitar US$ 250 sebulan. Pada 1958, ia menangani sebuah pcrkara tubrukan yang dilakukan seorang wanita terhadap enam mobil yang sedang diparkir. Kerugian yang ditimbulkan kecelakaan itu US$ 25 ribu. Tapi sebaliknya Mitchelson, atas kuasa wanita tersebut, balas menuntut US$ 1.002.000. Dengan mengemukakan bahwa salah satu di antara mobilmobil itu diparkir terlalu ke tengah, ia berhasil memenangkan tuntutan. Tahun itu juga ia mewakili Nyonya Florence Aadland, ibu Beverly Aadland yang main cinta dengan Errol Flynn. Nyonya Aadland menuduh Flynn, bintang film jago anggar itu, melanggar hukum -- karena Beverly masih belasan tahun. Perkara ini diramaikan oleh surat-surat kabar dengan judul seperti: Beverly tersedu di pengadilan, menolak campur-tangan ibunya. Mitchelson gagal memenangkan perkara itu. Nyonya Aadland sendiri kepada pers di Los Angeles beru jar sengit: "Tak seorang pun yang main cinta dengan baby-ku luput dari tuntutan. Sedikitnya US$ 100." Sementara itu, gaya hidup Mitchelson sendiri mulai urakan. Apartemennya penuh barang aneh yang dipajang dengan ganjil: sepeda yang digantung di loteng, atau senapan berburu sepanjang delapan kaki. Hingga muncul gambaran bohemian gembel yang di tahun 1950-an itu masih langka di kawasan Los Angeles. Sampai dengan 1964 ia belum menjadi tukang keduk kantung orang. Tapi di tahun itu ia bersama 40 saksi berbaris masuk ke ruang pengadilan, dalam perkara Nyonya James Mason. Dan begitu palu hakim jatuh, para redaktur surat-surat kabar telah siap judul berita seperti ini: Pamela memenangkan perceraian dan mengantungi jutaan. "Setelah itu, saya tidak pernah melihat ke belakang," ujar sang Maestro. Ia senang gebrakan-gebrakan besar, kendati tak semuanya berhasil. Ia misalnya gagal memperoleh kesertaan Richard Nixon dalam perkara tuntutan perceraian terhadap Adnan Khashogi, agen dan penyalur senjata Arab Saudi. Mitchelson memiliki dua mobil Rolls-Royces, dan sebuah mobil mewah pesanan khusus bekas kepunyaan Clark Gable. Masih ada sebuah Mercedes -- yang dipermak mirip punya Prince Rodrigue. Ia memang pernah diajak sang pangeran jalanjalan dengan mobilnya di Monte Carlo. Untuk diketahui, Mitchelson pergi ke Eropa sedikitnya 15 kali dalam setahun. Ia memiliki sebuah rumah yang bertengger begitu tinggi di puncak gunung. "Hingga jika ada longsoran tanah ia tidak akan tertimpa," kata Allen dalam laporannya. Tapi ia masih menyewa sebuah rumah seluas 5.000 kaki persegi seharga US$ 5.000 per bulan di Beverly Hills. Ia punya seorang istri dan anak, katanya. Anak laki-laki itu, Morgan, berusia 18 tahun. Mitchelson tak dapat Anda anggap seorang suami atau ayah yang baik, kendati ia sudah berumah tangga selama 22 tahun. "Saya bertemu istri saya beberapa menit setiap pagi, dan kadang-kadang di pesta," kata Mitchelson. "Rambutnya pirang. Ia agak menarik," komentarnya kenes tentang istri asal Italianya yang ditemuinya di Capri. Ternyata sang istri bisa melukis. Dalam pameran tunggal, ia memamerkan sebuah lukisan tentang Mitchelson yang tergeletak lelap di sebuah ranjang di rumah ibunya di Santa Monica. Pengacara Ketiduran, itulah judul yang diberikan. Di sampingnya sebuah buku sang Maestro: 'Made in Surga, Berjaya di Pengadilan.' Ia tidak sepenuhnya pengacara yang hanya mengurus perkara wanita. Tapi juga mengurus, misalnya, perwakilan anak Mickey Rooney. Pada 1969 ia pergi ke Roma untuk membela Raffaele Minichiello, marinir AS yang membajak sebuah pesawat terbang dan membawanya ke New York, Boston, Dublin dan akhirnya Roma. Mitchelson lalu balik ke New York, setelah hampir-hampir tak menghasilkan uang, (biasanya ia mencetak US$ 200 per jam, atau 15 sampai 30 persen dari jumlah yang bisa dimenangkannya) untuk mengurus perkara Ron Galella. Si Galella ini seorang fotografer, yang selama sebelas tahun membuntuti ke mana saja Jackie Onassis dan anak-anaknya. Tapi di sini juga Maestro tak berhasil. Galella kalah. "Tak seorang pun mau menangani perkaranya," komentar Mitchelson. Telepon berdering. Kali ini dari Dena al-Fassi, yang berhasil memenangkan imbalan perceraian US$ 3 milyar dollar. Dalam rupiah: 1.875 milyar. "Saya akan ke situ, Dena," kata Mitchelson. Dan ia tergopoh-gopoh keluar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus