Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Beralih Total ke Aplikasi Digital

Sektor e-commerce menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi digital tahun ini. Omzet ekonomi digital mencapai Rp 622 triliun.

30 Desember 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah petugas menyortir barang pesanan konsumen secara online di Warehouse JD ID, Marunda, Bekasi, Jawa Barat, 11 Desember 2020. ANTARA/ Fakhri Hermansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Konsumen baru ekonomi digital pasca-pandemi mencapai 37 persen.

  • Prospek e-commerce, pendidikan, dan kesehatan berbasis online kian cerah,

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK pandemi Covid-19 merebak, Bintang Nur semakin akrab dengan dunia digital. Ibu rumah tangga berusia 48 tahun itu memakai jaringan Internet lewat telepon selulernya untuk berbagai kebutuhan, dari membeli makanan hingga keperluan rumah tangga lainnya. “Hampir semua dibeli secara online," kata dia, yang tinggal di Cikarang, Bekasi, kepada Tempo, kemarin.

Bintang sebenarnya tidak terbiasa memakai aplikasi digital. Namun pandemi memaksanya berubah, karena dia khawatir tertular Covid-19 jika ke luar rumah. Selain itu, Bintang menikmati belanja online karena banyak mendapat diskon dari platform e-commerce yang ia pakai. Belakangan, dia juga memanfaatkan grup WhatsApp serta laman Facebook komunitas pedagang di sekitar rumahnya untuk berbelanja kolektif. Murah meriah.

Perubahan perilaku seperti yang dialami Bintang menjadi fenomena umum tahun ini. Laporan e-Conomy SEA 2020 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company pada November lalu menyebutkan ada 37 persen konsumen baru ekonomi digital pasca-pandemi. "Sebanyak 93 persen dari mereka akan terus memakai setidaknya satu layanan digital pasca-Covid-19," ujar Head of Corporate Communications Google Indonesia, Jason Tedjasukmana.

Temuan tersebut juga mengungkap besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia. Laporan e-Conomy memperkirakan nilai ekonomi digital Indonesia tahun ini bisa mencapai US$ 44 miliar (Rp 622 triliun), naik 11 persen dibanding pada 2019. Nilainya diprediksi melesat hingga US$ 124 miliar (Rp 1.753 triliun) pada 2025.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kementerian Koordinator Perekonomian, Rudy Salahuddin, menyatakan potensi ekonomi digital didukung besarnya populasi. Indonesia berada di urutan keempat negara dengan populasi terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk 272,1 juta.

Faktor lain yang mendorong adalah jumlah pengguna telepon selular yang mencapai 338,2 juta atau 124 persen dibanding populasi. Hingga kuartal II 2020, pengguna Internet di dalam negeri tercatat sebanyak 196,71 juta. "Traffic Internet meningkat 15-20 persen," katanya.

Dengan potensi tersebut, pemerintah sedang mempersiapkan strategi nasional ekonomi digital. Rudy akan mengundang semua pihak untuk membahas strategi itu tahun depan. Kebijakan itu, kata dia, untuk menjawab tantangan pengembangan ekonomi digital, seperti tumpang-tindih kebijakan, kurangnya talenta, serta rendahnya literasi.

Menurut Rudy, pemerintah juga berupaya mengoptimalkan sektor e-commerce yang menjadi motor utama ekonomi digital. "Masyarakat juga sudah mulai sadar akan manfaat dari platform e-commerce,” kata dia.

Google, Temasek, serta Bain & Company mencatat sektor e-commerce tumbuh 54 persen pada 2020, yang didukung oleh peningkatan kegiatan belanja online selama pandemi. Pada 2020, nilainya diperkirakan mencapai US$ 32 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 21 miliar.

Media online pun bertumbuh, didorong oleh kebutuhan akan hiburan selama protokol work from home berlaku. Dalam laporan e-Conomy SEA disebutkan pengguna layanan streaming video naik 45 persen dan ada 40 persen pengguna aplikasi music on demand. Adapun media online diperkirakan tumbuh 24 persen atau mencetak omzet US$ 4,4 miliar tahun ini.

Founding Partner Kinesys Group, Yansen Kamto, menyatakan sektor media daring masih memiliki ruang untuk terus berkembang. "Kami melihat minat di sektor ini meningkat, seperti pada bidang e-sport," ujarnya.

Sektor lain yang mendapat momentum untuk berkembang adalah layanan pendidikan dan kesehatan berbasis online. Kedua layanan ini memainkan peran penting selama pandemi. Namun pengembangannya masih penuh tantangan, terutama untuk sektor kesehatan.

General Manager IoT Smart Connectivity PT Telkomsel, Alfian Manullang, menyatakan pengembangan di sektor kesehatan membutuhkan kolaborasi dari banyak pihak. Ekosistem digital yang tertata dengan baik serta pendanaan penting untuk mengembangkan sektor ini. "Layanan kesehatan bukan sektor yang mudah dijalankan, mengingat banyaknya aturan yang mengikat," katanya.

VINDRY FLORENTIN


BERALIH TOTAL KE APLIKASI DIGITAL

 

 

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus