Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TELEVISI di kantor PT Yudistira Bumi Energi, lantai 16 Wisma Argo Manunggal, Jakarta, menampilkan beragam program khusus dengan tema sama: peran daerah di Blok Mahakam. Di antaranya wawancara singkat dengan Direktur PT Migas Mandiri Pratama, Hazairin Adha.
Migas Mandiri Pratama dimiliki Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Perusahaan ini menggandeng Yudistira Bumi Energi untuk mengelola jatah hak partisipasi daerah di area migas Mahakam. Kontrak pengelolaan yang dipegang kongsi Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation sejak 1967 akan berakhir dua tahun lagi.
Yudistira sudah lama menjalin kerja sama dengan Migas Mandiri. Mereka meneken nota kesepahaman pada 2010. Kerja sama ditingkatkan pada 2012, melalui perusahaan patungan PT Cakra Pratama Energi, dengan skema pembagian keuntungan 70 persen untuk Yudistira dan 30 persen untuk daerah.
"Negosiasinya panjang. Awalnya, Yudistira menawarkan 20 persen saja," ujar Rusman Ya'qub, politikus Partai Persatuan Pembangunan Kalimantan Timur, yang mengetahui seluk-beluk kerja sama tersebut.
Seorang petinggi di Pertamina mengatakan sejumlah politikus berada di belakang Yudistira. Dia menyebutkan nama seperti Hari Purnomo, mantan Direktur Hilir Pertamina yang sekarang menjadi anggota Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, dan politikus PDI Perjuangan, Pramono Anung. "Nama Hari Purnomo pernah saya dengar. Dia juga ada di Yudistira," Rusman membenarkan.
Hari membantah hal tersebut. "Silakan dicek. Saya dulu anggota direksi di Pertamina, tapi tidak punya bisnis migas, bahkan bisnis pompa bensin sekalipun," ujarnya. Pemimpin Yudistira, Yulius Isyudianto, tak bisa ditemui. "Pak Yulius jarang ke kantor," kata seorang karyawan bernama Yamin, Rabu pekan lalu.
Satu ruang dengan kantor Yudistira di Wisma Argo Manunggal, tertera nama PT Maluku Energi Nusantara, perusahaan patungan Pemerintah Provinsi Maluku dan swasta. Maluku Energi turut dalam hak partisipasi di Blok Masela, Maluku. Hari pernah menjabat presiden direktur perusahaan itu. Ketika diwawancarai Tempo pada 2010, ia mengatakan ikut memfasilitasi Yudistira dengan pemerintah daerah. Sebab, kata dia ketika itu, Yudistira berada satu grup dengan Maluku Energi.
Pramono Anung membantah memiliki peran di Yudistira Bumi Energi. Dia mengatakan dulu memang memiliki usaha di sektor pertambangan dan energi di bawah Grup Yudistira. "Tapi bukan Yudistira yang sama: Yudistira Bumi Bhakti. Saya keluar dari sana pada 1998," ujarnya Selasa pekan lalu.
Selain Yudistira, perusahaan yang disebut-sebut tertarik memburu berkah Blok Mahakam adalah Samudra Energy. Menurut seorang petinggi di perusahaan migas, Samudra Energy berencana masuk ke Mahakam menggandeng perusahaan daerah dengan melobi Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Berdiri pada 2005, pertengahan tahun lalu Samudra Energy melantai di Bursa Efek Singapura. Perusahaan ini juga tercatat sebagai salah satu unit usaha dari perusahaan investasi Northstar Group. Di situs perusahaan, terpajang nama dan foto Ari Soemarno di jajaran direksi. Mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) ini disebutkan sebagai chairman sejak tahun lalu. Ari menyangkal kabar bahwa perusahaan yang ia pimpin itu ikut berebut jatah Blok Mahakam. "Tidak ada, perusahaan ini saya bangun dengan susah payah," katanya.
Samudra Energy menjalin bisnis dengan perusahaan keluarga Kalla dalam proyek pembangunan terminal gas di Banten. Proyek ini dibangun di atas lahan milik Grup Kalla. Namun Jusuf Kalla menegaskan proyek tersebut tidak ada kaitannya dengan Blok Mahakam.
Gustidha Budiartie, Retno Sulistyawati, Bernadette Christina, Ayu Prima Sandi, Firman Hidayat (Samarinda)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo