Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Penjelasan Larno, Mengapa Kentut Dijadikan Nama Anaknya

Dalam kamus Javanese English Dictionary, kata kentut beda arti dengan kenthut. Peninggalan Mbah Buyut Toijoyo.

23 April 2018 | 15.50 WIB

Pedagang mi ayam bernama Kentut, 30 tahun, berjuang mengganti namanya menjadi Ihsan Hadi di Pengadilan Negeri Tangerang, Rabu, 18 April 2018, TEMPO/Ayu Cipta
Perbesar
Pedagang mi ayam bernama Kentut, 30 tahun, berjuang mengganti namanya menjadi Ihsan Hadi di Pengadilan Negeri Tangerang, Rabu, 18 April 2018, TEMPO/Ayu Cipta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO.Tangerang - Kentut, yang namanya baru saja berubah menjadi Ihsan Hadi berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri Tangerang, ternyata tak memahami maksud dan penulisan nama pemberian kakek buyutnya itu.

Pria 30 tahun itu akhirnya resmi mengubah namanya lantaran malu menjadi bahan olok-olok. Bahkan, istri dan tiga anaknya pun malu nama ayahnya terkesan bau.

Apakah orangtuanya sengaja memberi nama yang artinya adalah angin dari anus?

"Lho, mboten niku. Mboten, maksude Mbah Buyut mboten kentut (Lho bukan itu. Tidak, maksudnya Kakek Buyut. bukan kentut)," kata Larno (53), ayah Ihsan, di Karanganyar, Jawa Tengah, melalui telepon hari ini, Senin, 23 April 2018.

BacaSah! Kentut Resmi Berubah Jadi Ihsan Hadi

Larno pun menceritakan muasal nama itu. Dalam percakapan dengan Tempo dalam Bahasa Jawa, suami Sakiyem tersebut menerangkan sejarah nama anak sulungnya tersebut.

"Waktu dia lahir, saya menyerahkan pemberian nama kepada Mbah Buyut Toijoyo, (kakek Sakiyem), yang saya setujui," ujarnya.

Larno tak tahu arti nama itu. "Orang Jawa di desa memberi nama dan dipanggil Thut, Kenthut."

Dia menyebut nama anaknya dengan "t" tebal di tengah namanya.

Pada huruf Jawa, pelafalan tadi diwakili dengan "tha" sedangkan penyebutan yang lemah diwakili dengan huruf "ta."

Maka penulisan nama yang sesuai dengan pelafalan Larno adalah Kenthut, bukan Kentut. Contoh kata yang mirip adalah putu (cucu dalam bahasa Indonesia) dan puthu (makanan dari parutan kelapa yang diuapi).

Larno mengatakan tidak tahu kalau nama anaknya ditulis pada dokumen ijazah SD dengan penulisan Kentut, yang berarti angin berbau busuk dari anus.

Ketua Program Studi Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Dr Dwi Puspitorini Mhum, menerangkan bahwa dalam Bahasa Jawa memang ada kosa kata ‘kentut’ dan ‘kethut’ yang artinya berbeda.

Dalam kamus Javanese English Dictionary yang disusun  Stuart Robson dan Singgih Wibisono, 'kentut' disepadankan dengan 'entut' yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi ‘a fart’ atau ‘to fart’ yang dalam Bahasa Indonesia berarti ‘kentut’ (angin yang keluar dari lobang dubur).

Adapun kata 'kenthut' diterjemahkan sebagai ‘muscular’ atau ‘strong’ yang dalam Bahasa Indonesia adalah ‘berotot’ atau ‘kuat’.

“Jadi kalau untuk nama, yang artinya bagus itu ‘kenthut’, bukan ‘kentut’,” ujar Dwi Puspitorini kepada Tempo hari ini, Senin, 23 April 2018.

Nasi sudah menjadi bubur. Maksud orangtua memberi nama dengan arti "pria gagah nan kuat" berubah menjadi "angin berbau busuk yang keluar lewat anus" gara-gara salah ejaan.

Walhasil, puluhan tahun nama Kentut menjadi musibah buat si empunya. Pria penjual mi ayam bakso 'Mbah Man' itu minder.

Mulai hari ini, Senin, 23 April 2018, nama Kentut berganti menjadi Ihsan Hadi. "Oh ya, saya mendukung saja (nama  berubah Kentut menjadi Ihsan Hadi)," ujar Larno.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ayu Cipta

Bergabung dengan Tempo sejak 2001, Ayu Cipta bertugas di wilayah Tangerang dan sekitarnya. Lulusan Sastra Indonesia dari Universitas Diponegoro ini juga menulis dan mementaskan pembacaan puisi. Sejumlah puisinya dibukukan dalam antologi bersama penyair Indonesia "Puisi Menolak Korupsi" dan "Peradaban Baru Corona 99 Puisi Wartawan Penyair Indonesia".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus