Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENSIUNAN perwira tinggi terbelah pada barisan pendukung dua calon presiden. Kedua pihak terlibat dalam silang pendapat setelah beredarnya surat keputusan Dewan Kehormatan Perwira yang memutuskan Prabowo Subianto bersalah dalam sejumlah tindak pidana militer pada 1998. Begitu juga setelah muncul tudingan bahwa bintara pembina desa berusaha mengarahkan pilihan kepada mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu.
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa
Para jenderal di belakang pasangan ini merupakan jaringan Prabowo semasa aktif di militer. Pasangan ini mengklaim menghimpun 35 pensiunan jenderal di belakang mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Glenny Kairupan, 65 tahun
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menjadi Wakil Komandan Resor Militer Timor Timur 1999. Teman seangkatan Prabowo. Ia memimpin Gerindra Sulawesi Utara.
Moekhlas Sidik, 66 tahun
Wakil Kepala Staf TNI AL 2008-2010 ini adalah Ketua Badan Pemenangan Partai Gerindra.
Suryo Prabowo, 59 tahun
Kepala Staf Umum TNI 2011-2012 ini menggalang pensiunan tentara dan polisi mendukung Prabowo.
Kivlan Zen, 67 tahun
Kepala Staf Kostrad 1998 ini menggagas paramiliter sipil untuk menghalau demonstrasi mahasiswa pada 1998-1999.
Chairawan Nusyirwan
Komandan Grup 4 Sandi Yudha pada 1998, yang membawahkan langsung Tim Mawar, sekelompok tentara yang bertugas menculik para aktivis demokrasi atas perintah Prabowo.
Joko Widodo-Jusuf Kalla
Selain karena hubungan personal dengan Joko Widodo, para jenderal di belakang pasangan ini adalah loyalis Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Kubu ini mengklaim didukung 37 jenderal.
A.M. Hendropriyono, 69 tahun
Kepala Badan Intelijen Negara 2001-2004 ini dekat dengan Megawati sejak partainya masih bernama Partai Demokrasi Indonesia.
Agum Gumelar, 68 tahun
Komandan Pasukan Khusus 1993-1994 dan Menteri Perhubungan zaman Megawati.
Luhut Panjaitan, 66 tahun
Terakhir menjadi Komandan Pendidikan dan Pelatihan TNI AD, ia adalah rekan bisnis Joko Widodo. Ia mundur sebagai anggota penasihat Partai Golkar untuk mendukung Jokowi.
Subagyo HS, 68 tahun
Sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat, ia memimpin Dewan Kehormatan Perwira yang menyidang Prabowo Subianto. Ia teman seangkatan Luhut.
Ryamizard Ryacudu, 64 tahun
Kepala Staf TNI AD 2002-2005 ini memiliki hubungan historis keluarga dengan Megawati. Ayahnya merupakan jenderal kepercayaan Presiden Sukarno. Ia teman seangkatan Prabowo di Akademi Militer.
Wiranto, 67 tahun
Panglima TNI 1998-1999 ini memimpin Partai Hati Nurani Rakyat yang berkoalisi menyokong Joko Widodo.
Suara Tentara
TENTARA tak punya hak pilih, tapi keluarganya berhak memberikan suara. Dalam pemilihan anggota legislatif pada 4 April 2014, di kompleks-kompleks tentara, terutama Pasukan Khusus, mayoritas keluarga mereka memilih Partai Gerindra, yang didirikan Prabowo.
- Personel: 434.410
- Anggaran: Rp 72,5 triliun
Di Mana Babinsa?
Bintara pembina desa atau babinsa, tentara terdepan yang berhubungan dengan masyarakat, dalam sorotan setelah terungkapnya survei seorang anggotanya di Gambir, Jakarta Pusat. Sempat muncul tudingan adanya pengerahan babinsa di banyak daerah untuk mendukung Prabowo.
- Jumlah: 70.000
- Pangkat: Sersan
- Gaji : Rp 5 juta per bulan
Jalur Komando: Babinsa > Koramil > Kodim > Pangdam > Panglima TNI
Tugas Babinsa:
Babinsa adalah jabatan terbawah dalam struktur TNI. Satu bintara umumnya bertugas di satu desa. Di beberapa daerah, satu bintara menangani tiga-empat desa. Menurut Peraturan Kepala Staf TNI AD 19/IV/2008, tugasnya melaporkan dan mendata potensi konflik di desanya, mendata demografi, memetakan situasi sosial, mendata perkembangan informasi, hingga paling depan dalam menangani bencana dan pengungsi. Mereka adalah bintara senior yang diberi tugas selama enam bulan sebelum pensiun.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Palagan Politik Para Jenderal"