Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Aneka Inovasi Mempercepat Vaksinasi

Polisi dan tentara membuka gerai vaksinasi Covid-19 malam hari dan menjangkau penduduk terpencil. Pengusaha membuka sentra vaksin di tempat usahanya.  

 

25 Desember 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Polres Bogor membentuk tim vaksin hunter untuk menyisir penduduk yang belum divaksin hingga ke pelosok desa.

  • Polsek Bukit Intan menggelar sentra vaksin di Pantai Pasir Padi yang menyasar para wisatawan.

  • Pengusaha di Palembang membuka sentra vaksinasi dan bisa menghimpun peserta hingga 11.678 orang.

AJUN Komisaris Besar Harun menanggalkan seragam dinas dan menggantinya dengan kaus putih dan celana jins. Harun, yang kala itu menjabat Kepala Kepolisian Resor Bogor, melajukan mobilnya menuju kantor Kepolisian Sektor Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin, 6 Desember lalu. Malam itu, ia ingin meninjau pemberian vaksinasi Covid-19 di markas Polsek Cibinong. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedatangan Harun tak menarik perhatian karena tanpa pengawalan ajudan. Sebagian peserta imunisasi baru mengetahui Harun seorang kepala polres setelah Kepala Polsek Cibinong Ajun Komisaris Bayu Tri Nugraha memberi hormat. “Saya ingin meninjau vaksinasi malam hari,” katanya kepada Tempo di Polres Bogor, Rabu, 8 Desember lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Harun, yang kini menjabat Wakil Kepala Polres Metro Jakarta Selatan, lantas berkeliling tempat vaksinasi. Sesekali pria 42 tahun ini bertanya pada petugas jaga, penginput data peserta imunisasi, hingga vaksinator. Ia ingin memastikan vaksinasi berjalan lancar.

Dari Polsek Cibinong, Harun bergeser ke Polsek Citeureup dan Gunung Putri yang juga menggelar vaksinasi Covid-19 pada malam hari. Di dua lokasi itu, mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi pada 2009-2017 ini bertanya ihwal ketersediaan stok vaksin kepada petugas. Apabila kurang, ia bakal berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Bogor untuk mengirimkan vaksin tambahan.

Harun menggagas vaksinasi malam hari pada pertengahan November lalu karena pada siang hari sebagian warga Bogor yang bekerja sebagai petani lebih memilih pergi ke sawah dan ladang ketimbang ke tempat vaksinasi. Ia lalu menginstruksikan anak buahnya menggelar vaksinasi malam di 32 polsek sewilayah Bogor. Vaksinasi malam juga digelar di kampung-kampung demi memudahkan masyarakat.

Ahmad Sukri, 54 tahun, adalah salah seorang yang mendapatkan manfaat dari program vaksinasi itu. “Beruntung ada vaksin malam hari dan saya bisa ikut setelah pulang kerja,” tutur Ahmad yang disuntik di Polsek Cibinong. Ia sehari-hari bekerja sebagai buruh pikul di Pasar Cibinong. 

Masalahnya tak cuma itu. Sebagian warga Bogor juga termakan kabar bohong bahwa vaksin Covid-19 haram. Harun pun menugaskan personel Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban (Bhabinkamtibmas) mensosialisasi keamanan dan kehalalan vaksin. “Melalui sosialisasi itu perlahan warga menerima vaksin.”  

Pada Rabu, 8 Desember lalu, Harun juga membentuk tim pemburu vaksin yang beranggotakan polisi, tentara, personel Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dan pegawai Dinas Kesehatan Bogor. Mereka menyisir penduduk yang belum divaksin hingga ke pelosok desa. Tim ini memudahkan warga lanjut usia disuntik karena sebagian dari mereka kesulitan pergi ke gerai vaksin. Bahkan, bagi lansia yang kesulitan berjalan, prajurit menggendongnya menuju tempat vaksinasi.

Hingga Ahad, 19 Desember lalu, tingkat vaksinasi dosis pertama dan dosis kedua di Bogor masing-masing berada di kisaran 59,6 persen dan 45,04 persen dari sasaran 4,2 juta orang.

Kiat serupa dilakukan Polres Natuna, Kepulauan Riau. Bersama petugas kesehatan dari pusat kesehatan masyarakat, polisi mendatangi warga yang belum divaksin. Tim ini terdiri atas dua dokter dan lima-delapan vaksinator.

Kepala Polres Natuna Ajun Komisaris Besar Iwan Ariyandhy bersama Bhabinkamtibmas Polres Natuna meninjau kegiatan vaksinasi door to door di Kota Tua Penagih, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, 16 November 2021/Dok. Humas Polres Natuna

Kepala Polres Natuna Ajun Komisaris Besar Iwan Ariyandhy menuturkan vaksinasi dari pintu ke pintu dilakukan karena warga, terutama warga lansia, tidak bisa pergi ke puskesmas ataupun gerai vaksin lantaran tak punya kendaraan. “Kami sarankan vaksinator jemput bola.”

Iwan menginstruksikan petugas Bhabinkamtibmas mendata siapa saja di wilayah mereka yang mau divaksin. Kepala desa juga melakukan hal serupa. Setelah data terkumpul, mereka menyusun jadwalnya. Polres Natuna mengerahkan ambulans milik kepolisian untuk melaksanakan program yang berlangsung sejak Oktober lalu itu. Terkadang, polisi dan tenaga kesehatan harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki untuk menjangkau rumah penduduk.

Tingkat vaksinasi dosis pertama dan kedua di Natuna per Ahad, 19 Desember lalu, masing-masing 88,85 persen dan 71,62 persen. Sasaran vaksinasi di kabupaten itu mencapai 62.083 orang.

Adapun Polsek Bukit Intan, Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung, menggelar vaksinasi di Perumahan Bhayangkara, Kelurahan Temberan, September lalu. Sasarannya warga sekitar dan pekerja kebun. Namun pekerja kebun tak hadir. Hal itu membuat Brigadir Polisi Kepala Julianto gelisah. Anggota Bhabinkamtibmas Polsek Bukit Intan ini khawatir informasi vaksinasi tak sampai kepada mereka. Ia lalu menjemput mereka memakai sepeda motor dinas. “Para pekerja itu sempat kaget waktu kami jemput.” Enam pekerja kebun mau diimunisasi.

Polsek Bukit Intan juga menggelar vaksinasi di Pantai Pasir Padi pada Oktober-November lalu, tiap Sabtu dan Ahad. Sasarannya para pelancong di tempat wisata itu. Dalam sehari, mereka bisa memvaksin 100-200 orang. Mereka menggandeng komunitas cosplay (pelakon kostum) untuk menghibur anak-anak agar tidak rewel menunggu orang tuanya antre vaksin. “Anak-anak juga bisa foto dengan Spiderman dan lain-lain,” tutur Julianto.

Tentu saja kegiatan mempercepat vaksinasi itu tidak mulus-mulus saja. Sebab, warga di Kecamatan Bukit Intan juga termakan hoaks bahwa vaksin Covid-19 haram dan membahayakan kesehatan. Julianto dan polisi lain pun harus berulang kali menerangkan kepada warga bahwa vaksin tersebut halal dan tidak berbahaya.

Kerja keras mereka dan semua pihak tak sia-sia. Tingkat vaksinasi dosis pertama dan kedua di Kota Pangkal Pinang per Ahad, 19 Desember lalu, masing-masing mencapai 87,65 persen dan 68,07 persen. Adapun sasaran vaksinasi di kota itu mencapai 169.283 orang.

•••

PANGLIMA Komando Daerah Militer (Kodim) Siliwangi Mayor Jenderal Agus Subiyanto melaju dengan sepeda motor pada Kamis, 16 September lalu. Ia bersama Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana dan anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah seperti Komandan Kodim 0604  dan Kepala Polres Karawang bertolak menuju Desa Sedari, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat.  

Desa terpencil yang dihuni 100 keluarga itu tidak bisa dijangkau kendaraan roda empat. Untuk mencapainya, Agus yang bersama anak buahnya menggunakan sepeda motor trail menyusuri pantai untuk mencapai lokasi. Beruntung arus laut sedang tidak pasang sehingga perjalanan lancar. Saat laut pasang, akses menuju desa itu terputus.

Agus datang ke sana untuk meninjau vaksinasi Covid-19 yang digelar Tentara Nasional Indonesia bersama Kepolisian RI dan pemerintah kabupaten setempat. Itu dilakukan untuk memudahkan masyarakat mendapatkan akses vaksin sekaligus mempercepat capaian vaksinasi.

Bhabinkamtibmas Polres Natuna menggendong warga lanjut usia dalam kegiatan vaksinasi door to door di Kota Tua Penagih, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, 16 november 2021/Dok. Humas Polres Natuna

Upaya berbagai pihak menggenjot vaksinasi di Karawang membuahkan hasil baik. Tingkat vaksinasi dosis pertama dan dosis kedua di Karawang per Ahad, 19 Desember lalu, masing-masing 71,16 persen 55,69 persen dengan sasaran 1,91 juta orang.

Beberapa hari kemudian, pada 20 September, Agus kembali bersepeda motor untuk meninjau vaksinasi Covid-19 di perbukitan Tembulun, Mekarsari, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten. “Kami harus inovatif. Kalau tidak bisa menggunakan kendaraan roda empat, pakai roda tiga, ataupun pakai motor masuk ke wilayah-wilayah,” tuturnya.  

Vaksinasi dari pintu ke pintu tersebut juga bertujuan menyasar warga lansia. Sebab, sebagian besar lansia sulit pergi ke tempat imunisasi. Mereka lalu memetakan daerah tempat tinggal warga lansia untuk didatangi tim vaksinator, di Jawa Barat dan Banten, wilayah kerja Kodam Siliwangi. Hal itu menjadi perhatiannya, karena menurut Agus, rendahnya vaksinasi di Jawa Barat salah satunya karena banyak warga lansia belum divaksin. 

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan tingkat vaksinasi warga lansia dosis pertama per Rabu, 22 Desember lalu, di seluruh Tanah Air mencapai 61,47 persen. Adapun tingkat vaksinasi dosis kedua baru mencapai 39,67 persen.

Kodam Siliwangi juga menggelar sentra vaksin di Pesantren Miftahul Huda, Kabupaten Tasikmalaya, September lalu. Mereka menyasar 750 santri dan warga sekitar pesantren. “Panglima memimpin langsung pelaksanaannya,” kata Kepala Penerangan Kodam III/Siliwangi Kolonel Infanteri Arie Tri Hedhianto.  

Menurut Arie, vaksinasi Covid-19 di Jawa Barat memiliki sejumlah tantangan karena banyak warga tinggal di daerah terpencil. Kodam Siliwangi menyiapkan enam ambulans yang sudah dimodifikasi lengkap dengan cool box agar bisa membawa vaksin Covid-19 ke daerah terpencil.  

Kendaraan itu diserahkan kepada Komando Resor Militer Suryakencana (meliputi Bogor, Cianjur,  Sukabumi), Korem Tarumanagara (Kabupaten Bandung hingga Ciamis),  Korem Sunan Gunung Jati (Cirebon, Majalengka, Indramayu, Kuningan, Karawang, Purwakarta, dan Subang),  Korem Kota Bandung, serta Korem Maulaya Yusuf (Pandeglang, Serang, Cilegon, dan Lebak).

Kodim Lebak menggelar imunisasi malam hari sejak November lalu untuk mengejar capaian vaksinasi hingga 65 persen pada akhir tahun ini. Penggagasnya Komandan Kodim Lebak Letnan Kolonel Infanteri Nur Wahyudi. “Saya berpikir bagaimana mencapai target itu,” tuturnya, Jumat, 17 Desember lalu.

Ide itu muncul karena sebagian warga tak bisa datang ke gerai vaksin pada pagi hingga siang hari karena bekerja. Lulusan Akademi Militer 2001 itu lalu mengerahkan 18 tenaga kesehatan dari Kodim Lebak untuk vaksinasi malam. Ia mendapat bantuan 55 tenaga kesehatan dari Wisma Atlet Pademangan.

Mereka menggelar imunisasi malam di lima kecamatan dari total 28 kecamatan di Lebak. Lima kecamatan itu adalah Banjarsari, Leuwidamar, Bojongmanik, Muncang, dan Malingping. Vaksinasi digelar di salah satu rumah pada pukul 15.00-21.00. Sebanyak 96.224 orang telah divaksin melalui program itu.

Kondisi geografis Lebak menjadi tantangan tersendiri. Jauhnya jarak antardesa hingga akses yang masih jalan setapak membuat tentara dan tenaga kesehatan harus menggunakan sepeda motor. “Kami jemput bola dari pintu ke pintu mendatangi warga dibantu jaro dan kepala desa,” kata Wahyudi.

Panglima Komando Daerah Militer Siliwangi Mayor Jenderal Agus Subiyanto (kiri) melaksanakan Safari Vaksinasi dan Bansos di Wilayah Korem Tarumanagara, 14 Desember 2021/Dok. Korem Tarumanagara

Tantangan lain, tak semua warga Lebak mau divaksin, seperti warga suku Baduy dalam lantaran memiliki hukum adat. Namun sebagian kecil warga Baduy luar seperti di Desa Cibogelar, Kecamatan Leuwidamar, mau disuntik vaksin Covid-19.

Vaksinasi malam juga dilakukan Kodim Subang dengan nama “Gerakan Sinovac”, akronim dari Silaturahmi dan Angjangsana Sambil Vaksinasi. Program tersebut menyasar sebagian warga Kelurahan Cigadung, Subang, yang pada siang hari bertani dan berladang.

Langkah anggota TNI di jajaran Kodam Siliwangi itu menuai hasil menggembirakan. Sejak Juni-10 Desember lalu, Kodam itu  telah menyuntikkan vaksin  secara akumulatif dosis 1 dan 2  sebanyak 4.755.037 dosis. Tingkat vaksinasi dosis pertama dan kedua di Jawa Barat per Senin, 20 Desember lalu, masing-masing mencapai 70,78 persen dan 51,35 persen. Adapun tingkat imunisasi dosis pertama dan kedua di Banten per 20 Desember mencapai 71,51 persen dan 51,21 persen.

•••

KURMIN Halim masih ingat kesulitan istrinya dalam mengikuti vaksinasi Covid-19 di kawasan Jakabaring, Palembang, Maret lalu. Antrean panjang membuat sang istri dan warga lain tidak dapat kepastian giliran disuntik. Akhirnya, istrinya memilih pulang karena takut tertular Covid-19 dari kerumunan itu.

Karena pengalaman itu, pengusaha bidang perkapalan, showroom mobil, perbengkelan, dan restoran ini mencari cara agar masyarakat mendapat layanan yang baik saat vaksinasi. Ia lalu mendatangi dinas kesehatan setempat untuk mendapatkan data dosis vaksin, tenaga kesehatan, hingga siapa saja yang belum divaksin.

Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia Sumatera Selatan ini menemukan sejumlah masalah dalam vaksinasi, yaitu kurangnya sosialisasi, sentra vaksin tidak nyaman, penumpukan calon peserta, hingga tidak adanya fasilitas penjemputan bagi warga lanjut usia.

Kurmin Halim (tengah) memberikan arahan sebelum menggelar vaksinasi masal di Palembang/TEMPO/ Parliza Hendrawan

Sejak Mei lalu, Kurmin bersama pihak Paguyuban Sosial Marga Tionghoa, TNI, Polri, dan Dinas Kesehatan mulai menggelar vaksinasi masal di gedung Arena9 dan Pitstop—tempat usaha Kurmin. Mulanya, dia menerapkan sistem pendaftaran manual dan dari pintu ke pintu. Untuk menarik perhatian masyarakat, ia mewajibkan semua pengurus paguyuban dan keluarganya menjadi peserta. Saat itu, sebanyak 600 orang divaksin.

Selanjutnya, pendaftaran cukup dilakukan melalui WhatsApp atau peserta langsung mendatangi lokasi. Namun cara itu tetap menimbulkan penumpukan peserta. Sejak September lalu, Kurmin membuat pendaftaran secara online di situs Vaksinpsmtisumsel.com. Pendaftaran daring ini juga memudahkan tenaga kesehatan karena peserta cukup memindai barcode untuk mengetahui identitas peserta imunisasi.

Kedatangan peserta vaksin dibagi per jam menyesuaikan dengan dosis dan jumlah tenaga kesehatan. Dengan cara itu, waktu yang diperlukan peserta vaksin dari pendaftaran, penyuntikan, hingga waktu tunggu pasca-injeksi maksimal satu jam “Kami juga tetap sediakan sepuluh relawan untuk menerima pendaftaran manual warga yang tak punya telepon pintar,” ujar Kurmin, Selasa, 7 Desember lalu. Kurmin juga menyediakan layanan antar-jemput bagi warga lansia menggunakan mobil. Sejak Mei hingga Oktober lalu, dalam 12 sesi vaksinasi, Kurmin bisa menghimpun peserta imunisasi hingga 11.678 orang.

Para peserta vaksinasi Covid-19 tersebut bisa menunggu dengan nyaman di ruang berpenyejuk udara, lengkap dengan camilan, kopi, dan teh. Mereka juga bisa mendengarkan musik atau menonton film selama menunggu giliran disuntik.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus