Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tesla Inc dilaporkan telah menghentikan rencana pembelian tanah untuk memperluas pabriknya di Shanghai, Cina. Menurut laporan Reuters, Selasa, 11 Mei 2021, penghentian itu disebabkan karena ketikapastian perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina.
Dengan tarif pajak sebesar 25 persen untuk kendaraan listrik impor dari Cina yang ditetapkan mantan Presiden Donald Trump dan saat ini masih berlaku, Tesla bermaksud untuk membatasi proporsi output pabrik di Cina dalam produksi globalnya, menurut sumber Reuters.
Tesla sebelumnya telah mempertimbangkan untuk memperluas ekspor Model 3 buatan pabrik Shanghai ke lebih banyak pasar, termasuk Amerika Serikat.
Tesla saat ini mengirimkan Model 3 buatan Cina ke Eropa. Produsen asal Amerika Serikat itu saat ini juga sedang membangun pabrik di Jerman untuk memenuhi permintaan pasar di Eropa.
Pabrik Tesla di Shanghai dirancang untuk memproduksi hingga 500.000 mobil per tahun, dan saat ini memproduksi kendaraan Model 3 dan Model Y dengan kecepatan 450.000 unit per tahun.
Pada bulan Maret, Tesla menahan diri dari menawar sebidang tanah di seberang pabrik karena tidak lagi bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi di Cina secara signifikan, setidaknya untuk saat ini, kata tiga orang yang menolak disebutkan namanya karena diskusi tersebut bersifat pribadi.
Dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, Tesla mengatakan pabriknya di Shanghai "berkembang sesuai rencana".
Pemerintah kota Shanghai, pendukung utama dalam pendirian pabrik Tesla - pabrik mobil penumpang asing pertama dan satu-satunya yang tidak diwajibkan untuk membentuk usaha patungan - tidak menanggapi permintaan komentar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tesla disebut tidak pernah menyatakan niat untuk memperoleh tanah, yang kira-kira setengah ukuran plot 200-acre (80 hektare) yang memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas 200.000 hingga 300.000 mobil lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penjualan Tesla di Cina melonjak meskipun ada tekanan peraturan yang meningkat di negara itu setelah perselisihan konsumen atas keamanan produk dan pengawasan atas cara menangani data.
Ini menghasilkan pendapatan US$ 3 miliar di Cina dalam tiga bulan pertama tahun ini, lebih dari tiga kali lipat penjualan tahun sebelumnya dan menyumbang 30 persen dari total pendapatan.
Rencana Pembelian Tanah
Dipimpin oleh CEO Elon Musk, Tesla dikenal memiliki banyak strategi masa depan, termasuk di Cina.
Dokumen konstruksi yang diposting di situs web pemerintah pada bulan Maret menunjukkan Tesla sedang merombak pabriknya di Shanghai untuk menambah kapasitas produksi.
Tesla sebenarnya masih memiliki tanah di lokasi pabrik Shanghai. Tanah ini semula dirancang untuk produksi, tetapi sekarang digunakan untuk lahan parkir.
Salah satu sumber Reuters mengatakan Tesla dapat meningkatkan kapasitasnya melebihi 500.000 di situs yang ada. Yang lain mengatakan Tesla dapat memperoleh lebih banyak lahan untuk menambah jalur produksi mobil di masa depan.
Secara terpisah, Tesla sedang membangun fasilitas untuk memperbaiki dan mereproduksi komponen utama seperti motor listrik dan sel baterai serta membangun pengisi daya kendaraan listrik di pabriknya di Shanghai.
Pemerintah Shanghai telah berbicara dengan beberapa perusahaan untuk menjual tanah yang akan digunakan sebagai fasilitas perakitan kendaraan komersial energi baru, kata seseorang yang mengetahui langsung masalah tersebut.
Tesla menghadapi persaingan yang semakin ketat di Cina dengan pemain domestik seperti Nio Inc, yang sedang mempertimbangkan untuk membuat produk pasar massal di bawah merek lain.
Bahkan sebelum tarif perang dagang, relatif sedikit mobil buatan Cina yang dikirim ke Amerika Serikat.
General Motors Co, salah satu pesaing Tesla yang juga sama-sama dari AS, menjual Buick Envision buatan Cina di AS, membayar tarif pajak tambahan 25 persen, meskipun SUV tersebut bukan model dengan volume penjualan yang tinggi.
Baca juga: Setelah Model 3, Tesla Rakit Model Y di Pabrik Shanghai