Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Perang Terakhir 'Príncipe' Hambalang

Prabowo Subianto aktif menggalang dukungan dan berusaha menyingkirkan opini negatif guna mengatrol popularitasnya. Juga menggarap dunia internasional.

28 Oktober 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mi Mancherai mengalun lembut dari pengeras suara di tempat latihan kuda di rumah Prabowo Subianto di perbukitan Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Suara tenor Josh Groban mengiringi tuan rumah menunggang Lusitano, kuda keturunan Portugal yang ia beri nama Príncipe, mengelilingi area separuh lapangan sepak bola.

Kaki-kaki kuda berambut lebat itu lincah mengikuti kendali Prabowo. Berjalan miring, berlari kecil, lalu dua kaki depannya direndahkan, menghormat tetamu Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu. Prabowo turun dari pelana, lalu mengelus-elus kepala Príncipe—bahasa Portugal berarti pangeran. "Kiss…, kiss…," ujarnya. Kuda itu menuruti perintah bosnya, mencium pipi Prabowo, yang kemudian menyuapinya dengan pisang.

Príncipe merupakan satu dari tiga kuda pertama Prabowo. Kuda gagah ini didatangkan langsung dari Portugal. Dengan postur tinggi besar, harga seekor kuda bisa mencapai Rp 3 miliar. Di rumah Prabowo kini ada 18 ekor, termasuk tiga kuda yang baru lahir. "Satu ekor lagi sedang hamil," kata seorang pelatih kuda yang didatangkan khusus dari Portugal.

Pada Senin pekan lalu, ketika Tempo datang untuk mewawancarai Prabowo, tiga kuda berlarian di lapangan rumput yang dibatasi kayu. Empat lainnya sedang berlatih berjalan indah, sebelum pria 62 tahun itu memamerkan kebolehannya menunggang kuda dan meminta mereka istirahat. Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu juga memiliki 50 ekor kuda jenis sama, ditempatkan di klub polo yang ia bangun di Sentul, Jawa Barat.

Prabowo mengatakan sejak dulu bermimpi tinggal di ketinggian alam, ditemani binatang-binatang kelangenan. Mimpi itu ia wujudkan pada 2004, dengan membangun rumah besar di Hambalang, tepatnya di Desa Bojong Koneng, Sentul, Bogor. Selain sebagai tempat tinggal, tempat ini ia pakai untuk kegiatan politik, termasuk menerima kader partainya.

Jika tamunya dalam jumlah besar, tempat berlatih kuda itu disulap menjadi aula. Lantai tanah dilapis terpal, tempat kursi dideretkan. Itulah yang dilakukan ketika Prabowo mengumpulkan enam ratusan orang bakal calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari partainya, April lalu. Di situ mereka diminta bekerja keras mendulang suara agar bisa mencalonkan Prabowo menjadi presiden tahun depan.

Karena jalan menuju rumah Prabowo sempit dan berliku, para calon anggota Dewan itu diminta memarkir mobil di Bellanova, sebuah mal di Sentul. Dari sini mereka diangkut ke Hambalang menggunakan bus. Dalam acara yang juga dihadiri Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo, mereka diminta beriuran Rp 300 juta per orang. Iuran dalam jumlah yang kecil dibebankan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan kabupaten atau kota.

Kepada Tempo, Prabowo membenarkan penarikan iuran dari calon anggota badan legislatif di partainya. Ia mengatakan dana yang terkumpul akan dipakai untuk membiayai saksi. "Untuk kepentingan mereka, bukan saya," kata mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ini. "Mereka juga bisa mencicil."

Jika semua membayar, pengumpulan dana ini akan menghasilkan Rp 180 miliar dari calon anggota Dewan. Di tingkat bawahnya, puluhan ribu orang menyetor dalam jumlah lebih kecil. Prabowo mengatakan jumlah total caleg partainya sekitar 20 ribu orang. Sumber dana lain, tentu saja, aneka perusahaan Prabowo dan Hashim yang bergerak di bidang pertambangan dan pengelolaan hutan.

Di Hambalang pula Prabowo kini merancang strategi politik. Di antaranya, penggalangan opini positif tentang dirinya, yang terus dihubungkan dengan kejahatan militer masa lalu. Kini ia rajin menyambangi aneka komunitas, juga media massa. Awal Oktober, lalu ia datang ke kantor redaksi Tempo. Pekan lalu dia bertamu ke Kompas TV. "Saya disarankan membuka hubungan baik dengan media massa," katanya, setelah menceritakan perasaan trauma kepada media massa selama bertahun-tahun.

Semua berhubungan dengan meroketnya popularitas Gubernur Jakarta Joko Widodo dalam berbagai jajak pendapat calon presiden 2014. Prabowo yang menempati posisi teratas hingga awal tahun ini, tergeser ke posisi kedua. Menyisakan kurang dari setahun sebelum pemilihan presiden, Prabowo dan timnya perlu mengatasi ketertinggalannya.

Prabowo juga aktif menggalang pertemuan. Awal September lalu, ia menjamu kawan seangkatannya, para purnawirawan dan keluarga alumnus Akademi Militer 1974. Forum ini, menurut Glenny Kairupan, mantan Direktur Badan Intelijen Strategis TNI, yang bergabung dengan Prabowo, dipakai untuk membahas "kondisi bangsa terkini". Sekitar 200 orang hadir. Mereka menyambut baik pencalonan Prabowo. "Di situ Prabowo memaparkan visi dan misinya," kata Glenny.

Bambang Darmono, Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional, alumnus Akademi Militer 1974, mengaku menerima undangan acara itu. Namun ia mengatakan tak hadir karena menganggap pertemuan itu bernuansa politik. "Saya tidak suka politik, maka saya tak datang," ujarnya.

Prabowo juga rajin membersihkan namanya di dunia internasional. Pada awal Juni lalu, ia menjamu belasan diplomat asing. Mayoritas dari mereka adalah duta besar dari negara di kawasan Amerika Latin, Eropa, Irak, Cina, dan Korea Selatan. Hadir juga pengusaha dari negara-negara itu.

Menurut Ketua Umum Gerindra Suhardi, para diplomat itu ingin mengetahui visi dan misi Prabowo, juga Partai Gerindra. Dalam pertemuan beberapa jam itu, masalah pelanggaran hak asasi manusia ditanyakan. Pertemuan dilanjutkan sebulan kemudian di kantor Gerindra di Ragunan, Jakarta Selatan. Belasan duta besar dari kawasan Uni Eropa, Kanada, dan Afrika Selatan datang.

Masa lalu merupakan masalah terberat Prabowo. Menjadi menantu Presiden Soeharto, karier militernya bak meteor. Ia perwira termuda yang meraih pangkat jenderal. Pada usia 47 tahun, tiga bintang tersemat di pundaknya ketika ia diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat pada 1998.

Di posisi itulah ia tersungkur. Kejatuhan Soeharto pada Mei 1998 membuat karier militernya ikut rontok. Aktivis prodemokrasi menuntut pengusutan aksi penculikan yang dilakukan Komando Pasukan Khusus ketika Prabowo memimpin kesatuan elite Angkatan Darat itu. Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, ketika itu dipimpin Jenderal Wiranto, memilih penyelesaian politis: membentuk Dewan Kehormatan Perwira.

Dewan Kehormatan akhirnya mengeluarkan rekomendasi pemecatan Prabowo dari dinas militer. Bersama Mayor Jenderal Muchdi Purwoprandjono, penerusnya di Kopassus, dan Kolonel Chairawan, Komandan Detasemen IV Antiteror Kopassus, Prabowo dianggap bertanggung jawab atas penghilangan paksa sejumlah aktivis mahasiswa pada 1997-1998.

Di depan Dewan Kehormatan yang dipimpin Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Subagyo Hadisiswoyo, Prabowo mengaku menculik sembilan aktivis—semua dalam keadaan hidup ketika dilepaskan menjelang kejatuhan Soeharto. Ia mengaku tidak bertanggung jawab atas hilangnya aktivis lain, yang hingga kini tak ketahuan nasibnya.

Kepada Tempo, Prabowo mengatakan hanya menjalankan tugas dalam peristiwa kelam pada akhir kekuasaan Orde Baru itu. Ia pun mengaku sudah mempertanggungjawabkan perbuatannya. "Saya tidak lari ke mana-mana, saya ada di sini, saya tidak ngumpet," ujarnya.

Perkawinannya dengan putri Soeharto, Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto, kandas tak lama setelah pergantian rezim. "Saya dianggap pengkhianat, difitnah sebagai pelanggar hak asasi manusia dan tukang kudeta," kata Prabowo.

Diberhentikan dari militer, Prabowo terbang ke Yordania. Di sana ia mendapat tempat dan perlindungan dari Pangeran Abdullah, karibnya di militer. Ia juga membangun bisnis di Yordania. Dua tahun berada dalam "pengasingan", ia pulang setelah situasi Tanah Air membaik. Ia pun memutuskan masuk dunia politik dan bergabung dengan Partai Golkar, ketika itu dipimpin Akbar Tandjung.

Ketika Partai Beringin menggelar konvensi untuk menjaring calon presiden 2004, Prabowo ikut berkompetisi. Ia bersaing dengan Akbar, Wiranto, Surya Paloh, dan Aburizal Bakrie. Tim suksesnya menyewa Alex Castinallos, konsultan kampanye Partai Republik Amerika Serikat yang membantu kampanye George W. Bush. Ia juga merekrut konsultan media iklan TV, David Axelrod. Langkahnya terhenti di putaran akhir, kalah suara dari Wiranto, yang berhasil menang dalam konvensi.

Prabowo keluar dari Golkar setelah konvensi. Pada 2008 ia mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya bersama, antara lain, Muchdi Purwoprandjono. Partai ini memperoleh 4,5 persen suara—26 kursi Dewan—dan kemudian berkoalisi dengan PDI Perjuangan berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri menjadi calon wakil presiden 2009. Pasangan ini kalah oleh duet Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Prabowo mengakui "bosan" terus ditanya tentang isu pelanggaran hak asasi manusia. Akibat isu itu, ruang geraknya juga terbatas. Ia dilarang masuk Amerika Serikat. Ia mengatakan terakhir ke negara itu pada 1998-1999. Sejak itu, permohonan visanya selalu ditolak. "Tapi banyak juga jenderal lain yang ditolak masuk Amerika," ujarnya. "Bukan hanya saya." Dalam wawancara dengan Al-Jazeera, ia mengatakan pemimpin Afrika Selatan, Nelson Mandela, pun ditolak masuk Amerika Serikat.

Menurut Suhardi, stempel pelanggaran hak asasi manusia itu hal tersulit yang harus dihadapi dalam mengusung Prabowo. Ia menuturkan, dari hasil survei internal Gerindra pada Januari 2013, elektabilitas Prabowo menurun karena isu tersebut. Responden tak memilih Prabowo karena dianggap terlibat pelanggaran hak asasi manusia. "Padahal Prabowo dipilih 40 persen responden karena dinilai tegas," katanya.

Gerindra menyusun aneka strategi guna menghilangkan kelemahan itu. Prabowo diminta berkeliling Indonesia. Mei lalu, dia bertemu para rektor dan guru besar di Semarang. Ia memaparkan cita-citanya untuk Indonesia. Di layar televisi, Prabowo juga kerap tampil. Setiap perayaan hari besar agama, iklan ucapan selamat dari Prabowo ditayangkan.

Usaha memermak Prabowo, yang selama ini dikenal tertutup kepada media, galak, dan temperamental, dirancang. Budi Purnomo, mantan tim sukses Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan Gubernur Jakarta, direkrut menjadi koordinator media center.

Strategi "pembersihan" juga dipakai untuk komunitas internasional. Sepanjang 2012, Prabowo kerap menggelar road show ke Singapura dan negara lain. Agustus tahun lalu, ia berceramah di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Nanyang Technological University, Singapura. Di sana ia menyatakan Indonesia membutuhkan "pemimpin yang berani dan kuat".

Prabowo juga bertemu dengan para pengusaha Cina perantauan yang sangat berkepentingan dengan politik Indonesia. Para pengusaha itu dikenal dekat dengan Lee Kuan Yew, mantan Perdana Menteri Singapura. Karena pintu Amerika tertutup baginya, Prabowo mengirim sang adik, Hashim Djojohadikusumo.

Hashim mendirikan The Sumitro Djojohadikusumo Center for Emerging Economies in Southeast Asia di Washington. Dalam sejumlah forum internasional, Hashim kerap menjelaskan beragam isu internasional menyangkut peran kakaknya di masa lalu. Ia pun menjelaskan konsep Prabowo jika menjadi presiden.

Bisa jadi, aneka kampanye internasional itu membuahkan hasil. Sebulan lalu, sejumlah tamu dari Amerika Serikat berkunjung menemui Prabowo. Empat diplomat dan intelijen itu ditemui di Nusantara Polo Club, kawasan Cibinong. Salah satu orang dekat Prabowo menceritakan, Prabowo diminta memaparkan konsepnya memimpin Indonesia.

Prabowo juga diminta menjelaskan nasib kontrak Indonesia dengan sejumlah perusahaan Amerika, termasuk perusahaan tambang emas Freeport. Prabowo ditemani Glenny Kairupan. Kepada Tempo, Glenny membenarkan cerita itu. Namun ia menolak menjelaskan detail pertemuan.

Mi Mancherai masih mengalun. Lagu cinta yang diangkat dari film Il Postino itu mengiringi "perang terakhir" Prabowo. "Dari segi usia, ini merupakan pemilu terakhir saya," katanya. "Kecuali kalau saya diberi kesehatan."

BS, Widiarsi Agustina, Wayan Agus Purnomo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus