MESIR membalas. Pukul dua siang hari, 6 Oktober 1973, 15 hari sebelum puasa hari pertama, 240 pesawat tempur dan pembom melintasi Terusan Suez, masuk atmosfer Sinai. Pangkalan Udara Israel El Tas kena hajar. Lebih ke dalam lagi, Bir Gifgata pangkalan udara Israel yang lain, dihujani bom pula. Sebuah lapangan udara yang lain, masih di Gurun itu pula, berantakan dijatuhi bom dari pesawat-pesawat Anwar Sadat. Dan kemudian diketahui, pangkalan peluru kendali darat ke udara Hawk pun kena gebrakan mendadak ini. Hingga pos komando dan sejumlah stasiun radar Israel di Gurun - yang diduduki Israel setelah Perang Enam Hari - dihancurkan pula oleh Mesir hari itu. Tak kurang dari 10.000 bom, dengan jumlah rata-rata 175 bom per detik, jatuh di tempat-tempat pertahanan militer Israel di Sinai. Sementara itu, pasukan marinir melepaskan pula mortir-mortir mereka. Dan kemudian sejumlah tank mulai merambat ke daratan dan menembakkan meriamnya. Tak kurang dari 3.000 ton peluru dihadiahkan ke kubu-kubu pertahanan Israel. Sinai, di sisi timur Terusan Suez, selama hampir satu jam menjadi neraka jahanam. Dan ketika skuadron pembom pertama balik ke pangkalan, ketika itulah 8. 000 tentara infanteri berderap menggulung habis kubu-kubu yang sudah tak berdaya di timur Terusan. Disusul merayapnya satu unit pasukan antitank, yang kemudian membentuk pertahanan, menunggu kalau-kalau datang serangan Israel. Di medan tempur selatan ini, Mesir memperkirakan 25.000 tentara Israel menjadi korban, termasuk 10.000 gugur. Di pihak Mesir sendiri cuma 208 gugur - jumlah yang jauh di bawah dugaan semula. Namun, di sisi selatan Teluk Suez, Divisi ke-7, satu dari Tentara Ketiga Mesir, sempat mengalami perlawanan sengit, karena penyeberangan agak terlambat. Jembatan untuk melewati Teluk dikabarkan. sedikit rewel. Di garis pertahan Bar Lev yang dibanggakan Israel itu, sisa sebuah tank cuma yang sendirian melawan gerakan maju tentara Mesir. Hampir selama satu setengah jam tank itu bertempur mati-matian, sebelum akhirnya rongsok. Mengherankan, menurut jenderal yang memimpin divisi ini ketika tank itu mengadakan perlawanan, sebenarnya semua awak tank telah tewas, kecuali seorang. Dan dialah yang bertempur selama hampir satu setengah jam. Si Jenderal Mesir dalam buku The Arab-lsraeli Wars tulisan Chaim Herzog, dari buku itulah kisah ini dicuplik, tak disebutkan namanya - mengangkat salut buat prajurit lawan itu, sementara menunggu datangnya ambulans. Pada pukul setengah delapan malam hari itu juga, tulis wartawan Mohamed Heikal dalam bukunya Di Kaki Langit Gurun Sinai (terjemahan Mahbub Djunaidi), Tentara Kedua yang menyerbu di timur Terusan Suez memperkuat kedudukan yang telah direbut. Sepanjang 170 km sisi timur Terusan Suez dikuasai oleh 80.000 serdadu, yang masuk sejauh 3 sampai 4 km ke Gurun, dalam 12 gelombang. Garis pertahanan Bar Lev pun runtuh. Pada hari H itu, di front selatan Syria pun dibuka serangan. Diawali 50 menit terus menerus tembakan artileri dan serangan udara ke arah Pegunungan Hermon di Dataran Tinggi Golan dataran yang direbut Israel dalam Perang Enam Hari - tempat kubu-kubu pertahanan Israel. Dan kemudian pendaratan pasukan komando dengan helikopter. Sebenarnya, pertahanan di pegunungan Hermon direncanakan dengan baik. Memang, satu dari empat helikopter Syria yang menerjunkan pasukan komando ditembak jatuh oleh Israel. Tapi selebihnya tak mendapat perlawanan berarti. Ada tanda-tanda bahwa pihak militer Israel seperti mengabaikan kewaspadaan. Gerbang pertama dibiarkan terbuka. Ini bukan sebuah jebakan, sebab kemudian diketahui tiap pos di situ cuma dijaga oleh seorang komandan dan 13 prajurit - satu kebijaksanaan yang benar-benar menyepelekan keamanan mengingat betapa pentingnya pertahanan di pegunungan ini. Kurang dari tiga jam kubu pertahanan di Pegunungan Hermon dikuasai Syria. Pertempuran di Dataran Tinggi Golan selanjutnya begitu fantastis. Pasukan baja Israel terdiri dari 57 tank harus berhadapan dengan 600 tank Syria. Satu regu tank Israel di bawah komando Letnan Zwicka Gringold, dengan taktik yang piawai berhasil menahan gerak maju Syria selama 20 jam. Meski akhirnya, Minggu siang keesokan harinya brigade tank Israel ini praktis lenyap, termasuk komandannya, Kolonel Ben Shoham. Mengapa para jago Perang Enam Hari kini begitu empuk digebuk? Mohamed Heikal, wartawan Mesir itu, melihat ada perubahan dalam tubuh angkatan bersenjata Israel. Mabuk kemenangan dalam Perang 1967, membuat mereka tak mau tahu perkembangan di depan mata. Mereka merasa bisa tiap saat mengatasi serangan betapapun besarnya dan betapapun mendadaknya. Kejulikan intelijennya bisa jadi menurun, atau pihak Mesir memang mengetatkan rahasia penyerangan ini (menengok pengalaman yang lalu, pesan dan keputusan antara pimpinan Mesir dan Syria tak dilakukan lewat telepon, tapi disampaikan secara langsung berhadapan). Selain itu, para komandan tentara Israel, menurut Heikal, berubah gaya hidupnya. Banyak yang terlibat politik, jadi pengumpul barang antik, pokoknya jauh dari gaya hidup Spartan seperti sebelumnya. Kecuali itu, giliran cuti bagi para komandan tampaknya tak diatur rapi. Salah seorang komandan batalyon yang sangat berperanan, ketika Perang 1973 ini meletus, sedang berbulan madu di Himalaya. Memang, Letkol Yossi dengan cepat balik ke kesatuannya dan ganti memukul pasukan tank Syria di Dataran Tinggi Golan. Tapi ia terlambat, gebrakan balik itu tak menebus kekalahan sebelumnya. Bisa jadi juga kekalahan ini karena 6 Oktober 1973 jatuh pada hari Yom Kippur, hari penebusan dosa dalam agama Yahudi, hingga orang-orang Israel yang hari itu harus berpuasa sedikit lengah. Dilihat dari pihak lain, ini merupakan kecermatan pemilihan hari H-nya. Di bulan puasa hari keempat, 24 Oktober 1973, setelah pertempuran berlangsung 19 hari, gencatan senjata total dicapai. Kritik mengatakan, sebenamya Anwar Sadat tak memperoleh apa pun dari Peran Oktober ini. Hasil yang diperoleh, menduduki Sinai ditimur Terusan Suez, tak sebanding pengorbanan dan biaya yang diberikan. Memang, inisiatif damai yang kemudian disusul adanya perundingan Camp David, 1978, yang kemudian membuahkan perjanjian damai Mesir-Israel, 1979, hasil yang tak disaksikan sendiri oleh Anwar Sadat. Arsitek Perang Oktober itu dibunuh pada Oktober 1981. Sementara itu, pelaksanaan penyerahan kembali Sinai sesuai dengan salah satu pasal dari perjanjian damai 1979 - baru dilaksanakan pada 26 April 1982. Tapi yang penting, sebuah harga diri telah ditegakkan: bahwa angkatan bersenjata Dunia Arab, Mesir khususnya, tak boleh diremehkan. ========================================== PERBINDINGN KEKUATAN 1973 ========================================== TENTARA TANK PESAWAT ========================================== MESIR285.000 2.000 600 SYRIA100.000 1.200 210 ISRAEL275.000 1.700 432 ==========================================
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini