POS dinas rahasia Amerika Serikat--CIA-di Leopoldville, ibukota
Kongo, menerima kawat. Bunyinya: 'Joe dari Paris' akan datang
membawa instruksi khusus untuk sebuah misi yang sangat penting.
Pesan yang diterima 19 September 1960 ini dikirimkan sangat
rahasia, dan hanya boleh dibaca komandan pos.
Seminggu sesudah itu, 'Joe dari Paris' tiba di Leopoldville. Joe
misterius itu ternyata seorang ahli bio-kimia yang punya
kedudukan sangat pentin di CIA. Ia membawa sebuah kotak racun
yang khusus dibuat--cairan berisi virus yang mematikan.
Dan racun itu dipersiapkan untuk diri Patrice Lumumba, tokoh
Kongo yang dianggap pro-Soviet--kala itu duduk di kursi perdana
menteri.
'Joe dari Paris' melengkapi rencana penyingkiran itu dengan
menginstruksikan: agar racun itu dicampurkan ke makanan atau
odol. "Perintah ini datang dari puncak,"katanya meyakinkan
komandan pos. Yang diaiak bicara bengong. Dalam kepalanya
terbayang: Dwight D. Eisenhower, Presiden Amerika Serikat.
Bukan cuma si komandan pos. Siapa pun akan terkejut mendengar
keterangan semacam itu. Seorang presiden yang terhormat, dari
sebuah negara besar yang paling berpengaruh, membuat perintah
untuk membunuh ?
Kendati sudah jauh berlalu, berita ini tetap saja membuat orang
jadi penasaran. Dan memang, buku yang memuat "kejutan" ini, The
Congo Cables: from Eisenhower to Kennedy bakal terbit dalam
waktu dekat --dan diperkirakan akan laku keras.
Buku ini disusun Madeleine G. Kalb. Merupakan lamaran.
Penyelidikan Komisi Frank Church yang ditunjuk Kongres Amerika
Serikat. Komisi ini sendiri cukup pusing. Kendati sudah
membongkar berbagai dokumen dan mewawancarai sejumlah orang yang
diduga terlibat, mereka tak juga bisa menyimpulkan dengan pasti
keterlibatan CIA dalam kasus terbunuhnya Lumumba. Tapi komisi
toh menyimpulkan, tak bisa disangkal CIA membuat rencana untuk
membwnuh Lumumba," tulislG. Kalb. la menuliskan ikhtisar bukunya
di The New York Times Mgzine.
Ancar-ancar awal rencana pembunuhan itu, yang ditemukan Komisi
Church, tercatat: Juli 1960. Waktu itu diselenggarakan pertemuan
para pejabat Amerika Serikat dengan para pemimpin 50 negara
Afrika yang baru merdeka. Lumumba hadir. Negerinya merdeka 30
Juni 1960.
Tinggi, kurus, dengan pandangan yang bersinar di balik
kacamatanya, Lumumba dicatat sebagai orang yang pandai pidato
dan radikal. Ia disebutkan pula membentuk kabinet "kiri"--dan
diduga pernah menerima suap dari Partai Komunis Belgia. CIA
memberi tanda merah pada catatan itu.
Dua minggu setelah Lumumba pulang, CIA membuka kembali arsip
tentang tokoh ini. Kini dengan perhatian yang jauh lebih besar.
Sebab baru saja diterima berita: Lumumba memprotes kegiatan
pasukan Belgia--bekas penjajah Kongo--yang belum ditarik. Berita
itu jadi terasa lebih penting karena ditambahi catatan kaki:
Lumumba meminta bantuan instruktur militer Uni Soviet untuk
melawan "agresi imperialis" Belgia.
Sebuah pertemuan khusus diselenggarakan di Departemen Luar
Negeri AS. Di situ disimpulkan: Lumumba seorang komunis. "Orang
ini berbahaya, dan bisa lebih kejam dari Castro," kata Allen W.
Dulles, direktur CIA dan adik Menteri Luar Negeri John Foster
Dulles.
Akhir Juli, ketika Lumumba sekali lagi datang ke AS untuk
berbicara dengan Sekjen PBB Dag Hammarskjold, para pejabat AS
sekali lagi mencoba mendekati tokoh Afrika ini. Dua orang
pembantu Menteri Luar Negeri, Douglas Dillon dan Christian
Herter, datang menemu Lumumba di markas besar PBB. Pendekatan
ini gagal. Dalam pembicaraan, yang disebut Douglas Dillon
sebagai "setengah jam penuh frustrasi," malah terjadi
pertengkaran.
Lumumba memaki dua tokoh AS itu sebagai "irasional dan sakit
jiwa". "Impresi yang saya dapat," kata Dillon, "sangat, sangat
buruk. Kita tak mungkin membuat janji dengan orang ini."
1 Agustus 196 Presiden Eisenhower mengadakan pertemuan dengan
Direktorat Keamanan Departemen Luar Negeri. Topik pembicaraannya
tak lain Kongo. Dalam pertemuan itu dibahas kemungkinan jatuhnya
basis militer Belgia ke tangan Soviet. Akhirnya diputuskan: AS
harus siap setiap waktu dengan operasi militer, mencegah
intervensi militer Soviet di Kongo.
"Sesudah pertemuan inilah, muncul kemungkinan untuk
menyingkirkan Lumumba," kata Douglas Dillon kepada Komisi Church
kemudian. "Pentagon diperintahkan untuk menyelenggarakan
pertemuan, bersama CIA membentuk sebuah tim khusus untuk misi
ini." Namun Dillon belum lagi dapat memastikan, bisakah
"penyingkiran" ini diartikan pembunuhan. Sebab di Departemen
Luar Negeri dibentuk pula tim yang ditugasi mendekati Lumumba
lewat Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Toh usaha Deplu AS menemui kesukaran. Pertengahan Agustus timbul
ketegangan antara Kongo dan PBB. Lumumba menuduh Sekjen PBB
ditekan negara-negara Barat. Waktu itu, dan Hammarskjold menolak
permintaan Lumumba untuk mendesak Belgia menarik mundur
pasukannya dari Provinsi Katanga - daerah pertambangan yang
masih berada di bawah lindungan pasukan Belgia. Lumumba
mengancam kan mengusir pasukan PBB--yang diempatkan di negerinya
untuk menengahi persengketaan, akibat Katanga gin berdiri
sendiri.
Lawrence Devlin, komandan pos CIA di Leopoldville, mengirimkan
kawat dengan gambaran keadaan begini: Tokoh-tokoh komunis sudah
mengambil alih pemerintahan. Berbagai kekuatan mulai nampak,
antara lain Paromunis dan kelompok-kelompok dan dibentuk
orang-orang Soviet. Lumumba dengan gaya komunis telah berhasil
membangkitkan rasa anti-Barat."
Devlin menilai, keadaan di Kongo, sudah gawat. Ia memperkirakan,
dalam waktu tak lama Kongo akan jadi Kuba kedua. Karena itu ia
mengusulkan agar - mulai memikirkan kemungkinan mengganti
Lumumba dengan seseorang yang pro-Barat, selama itu masih
mungkin.
Menghadapi perkembangan keadaan ini, Direktorat Keamanan Deplu
AS sekali lagi mengadakan pertemuan. Hadir dalam pertemuan itu:
Presiden Eisenhower, Direktur CIA Allen W. Dulles dan kepala CIA
divisi Afrika.
Douglas Dillon--yang kemudian ditunjuk mengepalai proyek
Kongo-menjelaskan laporan Devlin dan menekankan, bila pasukan
PBB diusir dari Kongo, besar kemungkinan pasukan Soviet akan
masuk.
Presiden Eisenhower kemudian mengambil keputusan. "Kita harus
mempertahankan pasukan PBB di Kongo, kalau perlu menambahnya
dengan pasukan dari Eropa, sekalipun ini bisa jadi alasan bagi
Soviet untuk membuka peperangan," katanya.
KEPUTUSAN Eisenhower ini dibawa ke markas PB. Namun, Dag
Hammarskjold dan Henry Cabot Lodge--duta besar AS di
PBB--menolak jalan keras AS. Mereka bahkan menyebutkan, PBB tak
mungkin mempertahankan pasukannya bila pemerintah Kongo menolak.
Eisenhower naik pitam mendengar tanggapan Hammarskjold dan
Lodge. la menyebutkan Lodge salah menilai. Menurut Eisenhower,
tak ad indikasi Kongo menolak kehadirari pasukan PBB. Masalah
di Kongo, menurut presiden AS itu, terletak pada Lumuba yang
didorong-dorong Soviet. Di saat inilah konon Eisenhower
mengajukan kemungkinan untuk "menghabisi" Lumumba, kendati tak
satu pun kata yang diucapkan sang presiden segera bisa
diasosiasikan dengan "membunuh ".
Robert H. Johnson, seorang staf Deplu yang kebetulan ikut hadir
dalam pertemuan itu memberi kesaksiannya --di bawah
sumpah--kepada Komisi Church. "Presiden waktu itu menyebutkan
sebuah kata, yang tak saya ingat lagi apa namun membangun
asosiasi 'membunuh' pada saya," katanya. "Saya ingat betul
perasaan saya waktu itu, saya sangat terkejut," kata staf Deplu
itu lagi.
Johnson mengakui, di saat itu ia mencoba juga memberi tafsiran
lain terhadap kata-kata Presiden Eisenhower, dan memang
mungkin. Waktu itu saya sudah pikir-pikir, mungkin yang dimaksud
Eisenhower adalah aksi politik," katanya. Tapi sebegitu jauh
Johnson menjelaskan, itu tak dimasalahkannya benar. Sebab ia
tahu, untuk perintah-perintah macam itu eufemisme senantiasa
ada.
Namun Dillon sendiri yang menerima langsung instruksi presiden,
beranggapan tak satu pun kata yang diucapkan presiden yang bisa
dihubungkan dengan pembunuhan. "Eisenhower waktu itu mengatakan:
'Kita harus berikhtiar sebisanya untuk terlepas dari orang itu.'
Saya tidak melihat ini bisa diartikan sebagai perintah untuk
membunuh," katanya.
Allen W. Dulles, direktur CIA yang mendapat tugas menjalankan
operasi Kongo, tak sempat bisa didengar kesaksiannya. Ia sudah
meninggal. Tapi menurut keterangan Dillon, direktur CIA itu tak
sampai bertanya-tanya apa yang dimaksudkan presiden. "Dalam
hal-hal semacam itu seorang direktur CIA tahu, dia mendapat
wewenarg penuh untuk menempuh jalan apa pun," kata Dillon pada
Komisi Church. Ia pun menjelaskan, bahwa seorang direktur CIA
juga tahu, nama presiden senantiasa dicegah keterlibatannya
dalam operasi-operasi gelap. "Dulles tahu, dialah yang akan
berhnggung jawab atas operasi apa pun yang akan dijalankan
terhadap Lumumba, baik sebagai pribadi ataupun sebagai
direkturClA. Itu kewajibannya," katanya.
Dan Dulles memang segera mengambil tindakan. Sehari sesudah
Eisenhower marah-marah, Richard Bisell-kepala bagian operasi
gelap CIA-mengirim kawat rahasia ke pos CIA di Leopoldville.
lsinya menginstruksikan Lawrence Devlin untuk sebisanya mencari
kelompk pengganti Lumumba, dan menggsok untuk mau merebut
kekuasaan.
Dua hari kemudian Devlin mengirim balasan, menjelaskan, kelompok
anti-Lumumba sebenarnya sudah terhimpun. Namun kelompok itu
gagalmembunuh Lumumba karena Presiden Kongo Joseph Kasavubu
menolak main keras.Malahan Presiden Kongo itu berpendapat, tak
ada tokoh yang lebih cemerlang daripada Lumumba di Kongo.
Di saat yang sama sejumlah informasi masuk. Kedutaan Amerika di
Leopoldville melaporkan, 100 ahli teknik Soviet dan Cekoslowakia
telah tiba di Kongo. Henry Cabot Lodge dari markas PBB juga
mengirimkan berita, PBB mengkhawatirkan ada sejumlah senjata
dimasukkan secara gelap ke Kongo. Bukan cuma itu, Kedutaan Besar
AS di Athena mengirimkan laporan, sejumlah pesawat cargo yang
membawa makanan dengan tujuan Kongo minta iin melewati wilayah
Yunani. Diduga keras pesawat ini membawa juga senjata.
Dan yang paling mengkhawatirkan AS, Lumumba memerintahkan
pasukan Kongo untuk bergerak ke selatan menuju Katanga.
Perkembangan terakhir ini menimbulkan kepanikan di Deplu AS,
yang lalu merambat ke Gedung Putih.
25 Agustus, Gordon Gray, pembantu khusus presiden untuk bidang
keamanan, untuk kesekian kalinya menyelenggarakan pertemuan.
Dalam pertemuan itu usaha menyingkirkan Lumumba lewat jalan
politik dinilai kurang efektif. Cara itu hendaknya diganti
dengan cara yang lebih keras yang makan waktu tidak lama.
Kepada Komisi Church, Richard Bisell mengaku mendapat instruksi
dari presiden lewat Gordon Gray. Dalam instruksi itu dikatakan,
penggeseran Lumumba "bisa lebih agresif". Untuk itu Bisell
mendapat wewenang lebih besar lagi. Ia mendapat dana khusus
dan diperbolehkan mengambil keputusan tanpa konsultasi.
Tentu saja, otomatis, Bisell menafsirkan instruksi ini berarti
pula: "bunuh kalau perlu". Bisell lalu menghubungi Sidney
Gottlieb, ahli biokimia yang jadi pembantunya. Kepada Gottlieb
dikatakannya, ia mendapat instruksi dari pimpinan tertinggi
untuk menyingkirkan Lumumba.
Gottlieb kemudian membuat semacam racun yang berisi
virus--biasanya ditemukan di Afrika--yang mematikan. Untuk
menunjukkan bagaimana racun ini harus digunakan, Gottlieb lalu
diutus ke Leopoldivlle dengan nama 'Joe dari Paris'.
TAPI di saat itu keadaan di Kongo tiba-tiba berubah. Lumumba
dipecat Presiden Joseph Kasavubu karena operasi militernya
mengakibatkan ribuan penduduk sipil tewas. Bukan cuma itu,
Lumumba juga mendapat kecaman karena ia ternyata menggunakan
senjata dan kendaraan-kendaraan militer buatan Soviet.
Dalam keadaan kisruh itu, Devlin berhasil mendekati Kolonel
Mobutu-orang kedua dalam angkatan perang Kongo--untuk merebut
kekuasaan. Berhasil. Mobutu lalu memecat semua anggota kabinet
"kiri", juga rnengusir diplomat dan instruktur militer Soviet
dan Cekoslowakia yang ada di Kongo.
Kolonel itu kemudian jadi sangat berpengaruh. Devlin menilainya
sebagai rezim yang stabil. Memang, Mobutu berkuasa sampai
sekarang, ia menjadi presiden dengan nama Mobutu Sese Seko.
Kongo, 1971, digantinya jadi Zaire.
Namun, Devlin masih khawatir. Ia rnengirim pesan ke Washington,
untuk sementara kekuatan cadangan masih harus disiapkan. Devlin
menilai Lumumba masih bisa kembali berkuasa.
Dulles setuju. Proyek racun Bisell yang tertunda lalu
dilanjutkan, dan Gottlieb pun berangkat ke Leopoldville. Di
samping itu dipersiapkan pula pasukan khusus yang direncanakan
akan diselipkan di antara pasukan PBB. Merasa masih juga kurang,
Dulles rnenyiapkan sejumlah penembak-penembak tepat yang
diperlengkapi senjata khusus: senapan dengan peredam dan
teleskop paling modern.
Tapi Devlin toh kaget ketika menerima Gottlieb. "Rasanya saya
tak pernah mengabari Washington, bahwa Lumumba adalah orang yang
bisa menimbulkan pecahnya Perang Dunia III. Menurut saya tak
mungkin perang itu akan pecah cuma gara-gara seseorang
bertingkah laku aneh. Saya menilai Lumumba sebagai orang yang
bisa menyulitkan kedudukan AS di Kongo. Tak lebih dari itu,"
kata Devlin, memberi kesaksiannya kepada Komisi Church.
Lewat dua bulan sesudah kedatangan Gottlieb di Kongo, proyek
racunnya dinyatakan gagal. Devlin tak bisa menemukan cara untuk
mengirimkan racun Gottlieb kepada Lumumba. Dan dalam jangka
waktu itu, virbs itu telah rusak karena tidak disimpan di tempat
khusus. Gottlieb kembali ke Amerika Serikat, 5 Oktober, setelah
membuang racunnya di Sungai Kongo.
Misi Gottlieb yang gagal kemudian digantikan misi kedua, yang
sudah disiapkan sebagai cadangan. Sejumlah pasukan khusus dan
penembak-penembak mahir dikirim ke Leopoldville.
Bersama misi kedua ini Bisell mengutus Justin O'Donnell, seorang
agen.senior ClA. O'Donnell mendapat instruksi untuk
"menyingkirkan" Lumumba dengan cara apa pun.
O'Donnel sendiri tak bisa memastikan apa instruksi itu berarti
pula wewenang untuk membunuh. Tapi ini tak sampai ditanyakannya,
karena ia mengalukan rencana yang tidak menyertakan pembunuhan.
Saya akan menyiasati Lumumba, menangkapnya dan menyerahkannya
kepada pemerintah Kongo untuk diadili," kata O'Donnell pada
Kmisi Church, mengisahkan pengalamannya.
Tapi O'Donnell tak sempat menangkap Lumumba. Lumumba menghilang
dari Leopoldville sejak 27 November, setelah PBB mengumumkan
delegasi Kasavubu menang dalam pemungutan suara.
Lumumba lari ke Stanleyville, 180 kilometer di sebelah timur
Leopoldville, basis kekuatannya sejak lama. Tapi dalam pelarian
itu ia tertangkap, kemudian dipenjarakan di Thysville.
Namun 13 Januari 1961 timbul keributan di Thysville. Pasukan
garniun, Thysville yang ditugaskan menahan Lumumba minta upah
tambahan pala Mobutu. Dengan ancaman: bukan sekedar melepaskan
Lumumba, tapi mengembalikannya ke puncak kekuasaan.
Tiga hari sesudah keributan di Thysville, Mobutu memindahkan
Lumumba ke penjara Elizabethville, ibukota Provinsi Katanga yang
dipimpin Moise Tshombe--musuh Lumumba sejak lama.
Untuk terakhir kalinya Lumumba terlihat turun dari pesawat
terbang, terikat, disepak dan dipukuli tentara Katanga, kemudian
dilemparkan ke dalam jeep. Sesudah itu tak seorang pun tahu di
mana Lumumba.
13 Februari, garnisun Katanga mengumumkan Lumumba melarikan diri
ke hutan, dan kemungkinan besar telah dibunuh orang-orang
primitif yang bermukim di hutan. Tapi tak seorang pun percaya
pada pengumuman itu. Konon Lumumba mati dibunuh tentara bayaran
Belgia dan tentara Katanga, 17 Januari--hari kedatangannya di
Elisabethville--atas perintah Moise Tshombe.
Dengan demikian nampaknya AS tak terlibat dalam kasus pembunuhan
Lumumba. Tapi ada pendapat, bahwa AS terlibat dalam kasus itu
karena menghasut penguasa-penguasa baru di Kongo agar membunuh
Lumumba. Hubungan ini dijalin lewat kedutaan, hingga agen-agen
CIA tak begitu mengetahuinya, juga Devlin. Konon ini kemudian
menjadi proyek tingkat atas. Memang, tak ada bukti-bukti yang
pasti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini