Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Rizal Ramli melaporkan pengelola tabloid mingguan Detak ke polisi. Ia merasa nama baiknya dicemarkan oleh Detak, yang menyebut Kepala Bulog itu menyogok 50 anggota DPR Rp 100 juta per orang agar mereka tidak mengajukan hak interpelasi kepada Presiden Abdurrahman Wahid. "Berita itu fitnah dan tidak dikonfirmasi kepada saya," kata Rizal, yang berniat menggugat secara perdata tabloid pimpinan Eros Djarot itu sebesar Rp 1 triliun.
Menurut penanggung jawab sehari-hari tabloid Detak, Yustinianus Ibik, berita itu sudah dibuat berimbang. "Kami sudah berusaha konfirmasi, tiga staf kantor Rizal Ramli mengatakan pergi ke luar negeri bersama Presiden," katanya. Detak juga berniat menggugat balik Rizal Ramli Rp 1 triliun lebih atas upaya Kepala Bulog itu menghalang-halangi kebebasan pers.
***
Bekerja di luar negeri tak selalu bernasib baik. Warni binti Samiran, tenaga kerja wanita asal Indonesia yang bekerja di Arab Saudi, Senin pekan silam menjalani hukuman pancung di Kota Al-Ihsaa, Arab Saudi. Warni dituduh memukul nyonya majikannya dengan pipa besi hingga tewas pada 10 Januari 1998. Direktur Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga kerja (Binapenta) Departemen Tenaga Kerja, Dien Syamsuddin, menyesalkan hukuman itu. "Pemerintah Arab Saudi seharusnya memberitahukan hukuman itu kepada keluarga terdakwa. Dalam hukum Islam, keputusan tidak memberi tahu keluarga terdakwa itu tindakan yang salah," ujarnya. Dien minta pemerintah melayangkan nota protes kepada pemerintah Arab Saudi.
Selain Warni, ada empat tenaga kerja Indonesia yang menanti hukuman mati. Dua yang terakhir pasangan suami-istri yang membunuh sesama tenaga kerja Indonesia.
Menteri Pemberdayaan Perempuan, Khofifah Indar Parawansa, meminta agar ekspor tenaga kerja perempuan ke Arab Saudi dihentikan dahulu sebelum ada kejelasan soal hukum pancung Warni dan nasib tenaga kerja lainnya.
***
Kesimpulan hasil kerja Komisi Penyelidikan dan Pemeriksaan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Tanjungpriok (KP3T), yang menyatakan tidak ditemukan bukti pembantaian massal dalam kasus Tanjungpriok 1984 dan hanya mengidentifikasi 23 korban, mengundang protes berbagai pihak.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, payung lembaga komisi tadi, bahkan menjadi sasaran amuk massa Islam, yang pekan silam menjebol pintu gerbang kantor, merobohkan papan nama, dan melempari kantor Komnas HAM dengan batu. Mereka menganggap Komnas HAM telah bertindak tidak adil terhadap persoalan yang dihadapi umat Islam. Mereka menuntut Komnas HAM dibubarkan.
***
Bendera Front Pembela Islam (FPI) berkibar lagi. Pekan lalu, para anggotanya merangsek ke Kafe Jimbani di Kemang, Jakarta Selatan. Mereka merobohkan iklan bir dan melempari kafe itu dengan batu. Sebelum melabrak kafe itu, pasukan FPI sempat bertandang ke Kantor Kepolisian Sektor Mampang, yang awal pekan lalu dirusak massa berambut cepak. Mereka sempat berdialog dengan Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan, Letnan Kolonel Edward Aritonang.
Kenapa Jimbani menjadi sasaran? "Ini pelajaran bagi pemilik kafe agar tidak mengadu domba antara TNI dan Polri, dan pelajaran bagi aparat agar tidak membekingi tempat-tempat maksiat," ujar Ketua Umum FPI, Habib Rizieq Shihab. Dua pekan lalu, terjadi keributan antara polisi kafe dan anggota marinir (lihat rubrik Nasional).
***
Setidaknya 29 anggota TNI dari Komando Distrik Militer 1307 Poso diperiksa oleh Detasemen Polisi Militer (Denpom) VII/2 Palu, Sulawesi Tengah, Kamis pekan lalu. Menurut Komandan Denpom, Letnan Kolonel CPM Rinto Mala, mereka yang terlibat itu rata-rata berpangkat bintara. Selain tentara, seorang anggota Kepolisian Resor Poso berpangkat sersan satu juga tengah diperiksa intensif. Polisi itu diduga memasok senjata untuk para perusuh.
***
Polisi Resor Jakarta Barat kembali menuai sukses. Setelah mencokok Letnan Dua TNI AD Agus Isrok, anak bekas Kepala Staf Angkatan Darat, Jumat pekan lalu mereka menangkap istri cucu bekas presiden Soeharto, Ari Sigit Harjojudanto.
Gusti Maya Firanti Noor ditangkap saat berpesta shabu-shabu di kamar 303 Hotel Olimpia, Lokasari, Jakarta Barat, bersama tiga temannya. Polisi menemukan dua plastik serbuk nikmat dan alat pengisapnya. Istri Ari Sigit itu memang sudah lama dikenal di kalangan pengedar dan pengguna narkotik dan obat-obatan. Saat kematian Aldi di rumah Ria Irawan awal 1994 lalu, menantu Sigit Soeharto itu disebut-sebut yang memasok ekstasi di kalangan selebriti dan jetset. Sampai akhir pekan lalu, Maya dan ketiga kawan prianya masih diperiksa di Polres Jakarta Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo