Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada mulanya Meutya Viada Hafid dan beberapa anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin digelayuti rasa tegang. Meutya, yang didapuk menjadi juru bicara TKN, merasa waktu persiapan debat pertama pemilihan presiden 2019 pada 17 Januari lalu terlalu mepet: hanya tiga pekan. Apalagi jadwal kerja Joko Widodo selaku Presiden RI terbilang padat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Otomatis kami juga harus menyesuaikan dengan ketersediaan waktu beliau," kata Meutya kepada Diko Oktara dari Tempo, pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan waktu persiapan yang singkat itu, Meutya dan belasan anggota TKN pun harus bekerja keras mempersiapkan materi debat yang kala itu bertema penegakan hukum dan hak asasi manusia serta pemberantasan terorisme dan korupsi. Tapi kecemasan itu segera mencair begitu tim bertemu dengan Jokowi dan Ma’ruf Amin. Meutya tak menyangka keduanya sudah sangat siap menghadapi debat.
"Sebagai seorang presiden, Pak Jokowi jelas punya jam terbang tinggi saat harus melakukan public speaking semacam ini," ujar Meutya. Begitu juga dengan Ma’ruf Amin yang seorang kiai dan pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat serta Ketua Majelis Ulama Indonesia. "Mereka santai sekali menghadapi debat pertama kemarin."
Meutya dan anggota tim juga lega karena Jokowi dan Ma’ruf sangat terbuka terhadap kritik saat berdiskusi. "Kami sempat segan. Tapi, karena pembawaan mereka santai, akhirnya diskusi persiapan debat berjalan cair." Tak jarang, ujar Meutya, para anggota TKN memberikan masukan terhadap jawaban-jawaban yang dilontarkan Jokowi dan Ma’ruf dalam diskusi. "Masukan kami adalah bagaimana agar mereka menekankan keberhasilan pemerintahan Pak Jokowi saat ini ketika debat."
Meski begitu, menurut Meutya, yang juga legislator dari Fraksi Golkar, masih ada beberapa kekurangan pada persiapan yang tecermin dari jalannya debat kemarin. Berdasarkan evaluasi tim pasca-debat, ujar dia, ada beberapa poin jawaban dari Jokowi ataupun Ma’ruf yang kurang spesifik menyampaikan keberhasilan dan capaian pemerintahan Jokowi. Ada pula beberapa pokok pikiran yang tak tersampaikan sepanjang debat berjalan. "Gara-gara waktu yang terbatas."
Meutya mengakui, karena diskusi persiapan debat pertama dan kedua yang akan berlangsung besok berjalan begitu santai, anggota TKN kerap lupa menyalakan timer atau stopwatch untuk mengukur durasi Jokowi ataupun Ma’ruf ketika berbicara. "Kami baru sadar belakangan, aduh, timer lupa dinyalakan," ujar Meutya sambil tertawa. Berdasarkan hasil evaluasi itu, TKN berfokus untuk memperbaiki manajemen waktu dan gaya bicara Jokowi dan Ma’ruf agar lebih singkat, padat, dan mengena dalam debat kedua.
Meski mengakui masih ada kekurangan, TKN Jokowi-Ma’ruf menyatakan puas atas hasil debat pertama. Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf, Erick Thohir, menilai pasangan calon yang mereka usung telah berhasil dalam debat pertama. "Saya rasa pasangan calon kami berhasil menebarkan optimisme." Meski ada kritik terhadap Ma’ruf Amin yang dianggap terlalu irit bicara, Erick mengatakan hal itu memang strategi tim pasangan nomor urut 01.
"Kiai Ma’ruf mendapat porsi yang tepat, terutama ketika membahas isu terorisme," Meutya menambahkan. Durasi debat yang singkat dan ketat pun menjadi faktor lain yang membuat fokus lebih banyak kepada Jokowi. "Dalam debat-debat selanjutnya juga akan ada porsi untuk Kiai Ma’ruf karena memang dirancang demikian."
Selain materi debat, tim kampanye memperhatikan gesture pasangan calon presiden. "Kami mematangkan cara mereka berbicara, sikap tubuh agar terlihat rileks, sehingga pesan yang dibicarakan bisa tersampaikan dengan jelas ke pemirsa dan mudah dimengerti." Hal inilah, kata Meutya, yang jadi fokus timnya ketimbang mempersiapkan konten debat. "Karena Pak Jokowi tentu lebih menguasai, beliau kan sudah empat tahun menjalankan pemerintahan."
Menjelang debat kedua, Meutya mengatakan, pekerjaan tim justru semakin santai. Terlebih, tema yang akan diperbincangkan adalah energi, pangan, sumber daya alam, lingkungan hidup, dan infrastruktur. "Soal ini, Pak Jokowi sudah sangat menguasai." Meutya mengungkapkan, porsi bagi Kiai Ma’ruf berbicara dalam acara kali ini ada kemungkinan masih sama dengan debat pertama. "Fokusnya masih di calon presiden. Nanti ada giliran untuk calon wakil presiden."
Ihwal busana yang digunakan, tim tak mengatur secara khusus. Dalam debat pertama, Jokowi dan Ma’ruf Amin kompak memakai baju koko berwarna putih dan peci hitam. Perbedaannya, Jokowi memakai celana panjang berwarna hitam, sedangkan Ma’ruf mengenakan kain sarung berwarna cokelat-hitam. "Ini pakaian yang sama dengan foto Jokowi-M’ruf dalam surat suara Komisi Pemilihan Umum untuk pemilu nanti," kata Direktur Komunikasi Politik TKN, Usman Kansong, beberapa waktu lalu.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung bercerita, semua pakaian yang dipakai merupakan ide Jokowi sendiri, termasuk desain pakaian yang dikenakan saat mendeklarasikan diri sebagai calon presiden 2019 pada Agustus tahun lalu. Saat deklarasi, Jokowi memakai kemeja putih bertulisan "Bersih, Merakyat, Kerja Nyata" ditambah celana panjang hitam dan sepatu olah raga.
Desain baju tersebut, kata Pramono, dimunculkan agar menarik perhatian generasi muda. Politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu juga berharap baju tersebut bisa viral dan banyak dipakai masyarakat seperti kemeja kotak-kotak sewaktu Jokowi maju sebagai calon gubernur dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada 2012.
Meski begitu, gaya serupa tak diterapkan pada pasangan Jokowi. Pramono mengatakan Ma’ruf Amin tetap memakai pakaian khasnya, yakni busana muslim seperti kopiah dan sarung. Tapi, agar ada kemiripan, tim mempersiapkan pin dengan desain serupa kemeja Jokowi yang dipakai oleh Kiai Ma’ruf.
Upaya Jokowi menggaet generasi muda dan milenial melalui gaya berpakaian dan aksi-aksi menghebohkan, seperti naik motor gede, bergaya kasual, hingga datang ke konser musik, cukup memikat generasi muda berusia 20-39 tahun. Setidaknya hal itu tercermin dari hasil survei Lingkar Survei Indonesia Denny JA. Survei yang dilakukan pada pertengahan tahun lalu itu menyebutkan, 44 persen generasi milenial memilih Jokowi-Ma’ruf dalam pilpres mendatang.
Hasil survei itu tak mempengaruhi kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Justru Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga punya keyakinan bahwa penampilan dan gaya autentik dari pasangan calon mereka punya daya pikat sendiri. "Gaya Pak Prabowo dan Pak Sandi itu autentik, tidak dibuat-buat," kata juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar, saat ditemui di Media Center Prabowo-Sandi, Rabu lalu.
Dahnil menjelaskan, tim pemenangan nasional Prabowo-Sandi tak menyiapkan anggota khusus yang mengatur gaya bicara hingga penampilan mereka. "Apa adanya saja," kata dia.
Dahnil bercerita, sebetulnya, saat tim terbentuk, mereka sempat merancang tim khusus yang mengatur soal itu. "Tapi Pak Prabowo bilang, sudah tiga kali ikut pemilu presiden, sudah tak perlu tim dan konsultan untuk mengatur hal-hal semacam itu." Peran tim, ujar Dahnil, hanya sebatas memberikan pengayaan dan melakukan diskusi untuk memperkuat materi yang akan disampaikan dalam pidato ataupun debat.
Meski begitu, bukan berarti tim Prabowo-Sandi asal-asalan menyiapkan pasangan mereka. Saat menghadapi debat pertama, misalnya, sejumlah tokoh politik senior terlibat dalam memoles penampilan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 ini. Direktur Materi dan Debat BPN, Sudirman Said, menyebutkan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membantu memoles gaya komunikasi Prabowo untuk debat.
"SBY memiliki pengalaman dan memberikan masukan," ujar Sudirman yang juga politikus Partai Gerindra itu. Dia mengatakan tim khusus berdiskusi mematangkan materi debat. Menurut dia, SBY punya pengalaman dalam pemenangan pemilihan presiden 2004 dan 2009 serta dalam merumuskan kebijakan konkret berdasarkan visi dan misi serta program kerja yang dirancang. "Pengalaman tersebut sangat bermanfaat bagi pasangan Prabowo-Sandi."
Selain SBY, politikus senior lain yang terlibat adalah pendiri Partai Amanat Nasional Amien Rais. Juru bicara Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, mengatakan kehadiran Yudhoyono membantu pasangan calon membuat program dan kebijakan yang lebih konkret di bidang hukum. Sedangkan Amien Rais hadir untuk memberikan masukan, sehingga memperkuat penampilan Prabowo.
Wakil Ketua BPN, Mardani Ali Sera, mengatakan badan pemenangan menyiapkan tim khusus untuk menggarap konten debat, floor director, dan gesture calon. Menurut dia, sebelum tampil dalam debat perdana, Prabowo-Sandiaga menggelar simulasi debat yang disaksikan semua pemimpin partai politik pendukung.
Dalam debat perdana, pasangan Prabowo-Sandiaga tampil rapi mengenakan jas hitam dengan dasi merah dan peci hitam. Dahnil menjelaskan, pakaian tersebut dipilih untuk memperlihatkan kesiapan Prabowo-Sandi menjadi presiden dan wakil presiden jika menang dalam pemilu nanti. "Pakaian ini sama dengan pakaian pada foto surat suara. Foto resmi presiden juga selama ini memakai jas."
Di luar acara debat pertama, Prabowo-Sandi tak selalu tampil kompak dalam berpakaian. Prabowo dikenal dengan ciri khas baju model safari berwarna cokelat dengan empat kantong berbentuk kotak di bagian depan. Sedangkan Sandiaga lebih banyak tampil dengan pakaian kasual atau bernada sporty. "Karena memang itu ciri khas mereka," Dahnil menjelaskan.
Pakaian Prabowo itu sempat mendapat kiritik dari pendiri lembaga survei politik Kedai Kopi, Hendri Satrio. Pada Oktober tahun lalu, Hendri menyampaikan peluang Prabowo untuk dipilih generasi muda dan pemilih pemula menipis karena penampilan yang membosankan. Sejak mengikuti pemilihan presiden dan wakil presiden yang pertama kali pada 2009, Prabowo memang selalu tampil dengan bentuk pakaian serupa. "Kostum Prabowo selalu warna putih, krem, cokelat, orang bosan melihatnya," ujar Hendri waktu itu.
Toh, kritik itu membuat Prabowo bergeming. Dia tetap memilih gaya busana itu. "Inilah Prabowo, kemeja cokelat dengan empat kantong kotak," ujar Dahnil menirukan Prabowo ketika menjawab kritik tersebut.
Prabowo, kata dia, punya selera busana tinggi dan tahu manner. "Beliau selalu menyesuaikan jenis pakaian yang digunakan dengan acara yang dihadiri." Tak mungkin, kata dia, tiba-tiba Prabowo hadir ke acara resmi hanya dengan memakain celana jins atau sepatu olah raga. Lagi pula, kata Dahnil, generasi milenial itu menyukai segala sesuatu yang autentik. "Jadi, kami tetap mengikuti gaya autentik Pak Prabowo ataupun Pak Sandi."
Keautentikan gaya ini pulalah, yang menurut Dahnil, akan ditampilkan dalam acara debat kedua besok. Sama seperti kubu Jokowi, Dahnil mengaku tim dan pasangan calon sudah sangat siap. "Kami menguasai betul materi soal ini," ujarnya. "Kami datang tanpa beban."
PRAGA UTAMA | DIKO OKTARA | BUDIARTI UTAMI PUTRI | REZKI ALVIONITASARI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo