Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PRABOWO Subianto mengundang Sudirman Said ke rumah orang tuanya di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta, pada Selasa pekan lalu, untuk mendiskusikan peristiwa Mei 1998 dan penculikan aktivis menjelang reformasi.
Prabowo menanyakan kenapa kejadian yang melanggar hak asasi manusia itu selalu dikaitkan dengan dia dan ramai diperbincangkan setiap menjelang pemilihan umum.
“Pak Prabowo menyatakan saat itu dia bertugas dengan commander’s call. Dia siap bertanggung jawab dan selama ini tak pernah kabur dari Indonesia,” ujar Sudirman, Direktur Materi Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga Salahuddin Uno, Jumat pekan lalu.
Prabowo menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat dengan pangkat letnan jenderal ketika kerusuhan Mei 1998 meletus. Dua bulan sebelumnya, ia menjabat Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus. Saat dia di korps baret merah itu, sejumlah aktivis yang menyuarakan reformasi diculik anak buahnya.
Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional, Mardani Ali Sera, menuturkan, Prabowo mengundang secara khusus sejumlah pakar untuk menjawab tuduhan tentang pelanggaran hak asasi manusia. Tiga di antaranya bekas anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, yakni Natalius Pigai, Hafid Abbas, dan Siane Indriani. Badan Pemenangan memprediksi penculikan aktivis dan peristiwa 1998 bakal ditanyakan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Menurut Natalius Pigai, ia mengatakan kepada Prabowo bahwa Ketua Umum Gerindra itu hanyalah saksi peristiwa 1998. Pigai menyarankan Prabowo membuka nama atasannya sebagai orang yang paling bertanggung jawab. “Peristiwa 1998 itu huru-hara nasional. Pimpinan keamanan serta pertahanan nasional yang semestinya bertanggung jawab,” katanya.
Sebenarnya Prabowo sudah lama berusaha membilas namanya. Ia, misalnya, merekrut dua bekas korban penculikan Tim Mawar, Pius Lustrilanang dan Desmond Junaidi Mahesa, sebagai kader Gerindra untuk menunjukkan tak punya masalah dengan aktivis 1998.
Pius Lustrilanang mengatakan peristiwa 1998 adalah isu lima tahunan yang muncul ketika Prabowo maju sebagai calon presiden. Adapun korban penculikan lainnya, Desmond Junaidi Mahesa, menganggap Mei 1998 sebagai perkara kecil yang mudah dijawab Prabowo. “Saya ini diselamatkan oleh Prabowo, bukan diculik,” ujarnya.
Dalam wawancara dengan Tempo pada 2013, Prabowo secara tersirat mengaku pernah menculik sejumlah aktivis, tapi mengembalikannya hidup-hidup. “Kadang, dalam pemerintahan, kita sebagai alat pemerintah menjalankan misi yang dianggap benar. Begitu ada pergantian pemerintah, pemerintah baru menganggapnya tidak benar. Saya, kan, hanya petugas saat itu,” kata Prabowo.
Meski Prabowo-Sandiaga sudah menyiapkan jawaban, pertanyaan yang dinanti-nanti tak kunjung dilontarkan Jokowi-Ma’ruf pada Kamis malam pekan lalu. “Padahal Prabowo menunggunya,” ucap Sudirman Said. Dalam debat perdana itu, Jokowi hanya menyebut dia tidak memiliki beban masa lalu—untuk menyindir rivalnya. “Lebih enak bekerja dan memberikan perintah-perintah,” ujarnya.
Anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Muhammad Romahurmuziy, mengatakan Jokowi tak bertanya mengenai penculikan aktivis dan peristiwa 1998 karena Prabowo tak memancingnya dengan pertanyaan soal penanganan kasus hak asasi manusia di bawah pemerintahannya. Jokowi pun tak mau melontarkan pertanyaan lebih dulu karena posisinya sebagai petahana. “Padahal sudah kami siapkan pertanyaannya,” ujarnya.
HUSSEIN ABRI DONGORAN, RAYMUNDUS RIKANG
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo