Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SITI Hediati Hariyadi menghampiri Prabowo Subianto setelah sesi kelima debat calon presiden dan wakil presiden berakhir, Kamis pekan lalu. Titiek Soeharto—panggilan Siti—gemas mendengar jawaban mantan suaminya di atas panggung. Di tengah segmen tanya-jawab soal isu korupsi, Joko Widodo mengkritik Prabowo karena meloloskan bekas narapidana korupsi menjadi calon legislator Partai Gerindra.
Sebagaimana disaksikan Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga Uno, Sudirman Said, Titiek mengatakan Prabowo seharusnya menyerang balik. “Mengapa tak mempersoalkan kader partai pengusung Jokowi yang paling banyak terjerat kasus korupsi?” kata Titiek seperti diceritakan ulang Sudirman, Jumat pekan lalu. Politikus Gerindra, Miftah Sabri, yang juga menyaksikan peristiwa itu, mengatakan Prabowo cuma mesem mendengar kemasygulan Titiek.
Dalam debat, Prabowo menanggapi pertanyaan Jokowi tentang calon anggota legislatif bekas napi dengan jawaban “santai”. “Kita umumkan saja kepada rakyat. Kalau rakyat tak mau memilih, ya, enggak akan dipilih,” kata bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus tersebut.
Prabowo sebenarnya sudah memprediksi topik pencalonan bekas koruptor di Gerindra akan diangkat kubu lawan. Karena itu, Prabowo berlatih menjawabnya dalam beberapa kali latihan sepekan sebelum mentas di panggung Komisi Pemilihan Umum.
Menurut Sudirman, timnya sudah memberikan kisi-kisi jawaban, tapi dalam debat Prabowo tak merujuknya. Oleh tim, Prabowo diminta mengacu pada pernyataan Jokowi pada Mei 2018. Waktu itu, Jokowi mengatakan bekas napi korupsi punya hak mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. “Itu hak berpolitik seseorang,” ujar Jokowi.
Prabowo juga tak mengeluarkan peluru yang disiapkan tim. Ia enggan melontarkan pertanyaan tentang penyelesaian kasus penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, yang diserang dengan air keras oleh orang tak dikenal pada April 2017 hingga kedua matanya nyaris buta. Hampir dua tahun kemudian, polisi masih belum bisa mengungkap siapa pelakunya. Padahal Jokowi, pada Agustus 2017, berjanji menuntaskannya.
Sudirman mengatakan kasus Novel tercantum dalam daftar pendek pertanyaan di tangan Prabowo dan Sandiaga. Tim debat juga membekali Prabowo dan Sandiaga dengan jalan keluarnya. “Kasus Novel menjadi prioritas utama dalam program kerja di sektor hukum,” ujar Sudirman. “Bagi kami, kasusnya sudah sangat terang-benderang.”
Mendekati sesi terakhir, isu itu tak kunjung diungkit Prabowo. Sudirman, yang duduk persis di belakang podium, terus membisiki Prabowo dan Sandiaga agar kasus Novel segera dibahas sebelum masuk segmen penutup.
Mendengar masukan Sudirman, Sandiaga sempat meminta waktu 30 detik kepada Prabowo untuk menjelaskan strateginya menyelesaikan kasus Novel. Namun Prabowo malah melarang dengan alasan tak mau memojokkan kompetitornya. “Kita ungkapkan hal yang lebih esensial, yakni membantu penegakan hukum,” kata Sandiaga menyampaikan alasan Prabowo.
Dari Prabowo, Sudirman mendapat penjelasan bahwa strategi menahan serangan ke kubu lawan merupakan usaha menarik hati pemilih mengambang. Berdasarkan kajian Badan Pemenangan Nasional, jumlah pemilih yang belum menentukan sikap sekitar 10 persen atau sedikitnya 19 juta orang. Kubu Prabowo-Sandiaga menganggap, dengan meraup sebagian besar suara mereka, kemenangan pada pemilihan presiden 2019 tinggal di depan mata.
Pemilih mengambang tersebut, menurut Sudirman, adalah kelompok rasional, melek politik, dan membutuhkan kejernihan visi-misi calon presiden. “Mereka tak suka cara jualan yang kasar dan diganggu dengan model debat yang seperti tawuran,” ujarnya. “Pertanyaan memukul adalah salah satu cara jualan yang kasar.”
PERSIAPAN debat Prabowo-Sandiaga kian intensif sepekan sebelum hari-H. Pada Kamis dua pekan lalu itu, Prabowo menemui Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di kediamannya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Yudhoyono meminta Prabowo menggelar “pidato kebangsaan” sebelum debat. “Kami menyebut tugas itu sebagai ‘Proyek Prambanan’,” ujar anggota Badan Pemenangan Nasional, Miftah Sabri. Tim menyebutnya begitu karena persiapannya begitu singkat.
Dalam waktu yang mepet, Prabowo menyiapkan sendiri materi pidatonya. Dirgayuza Setiawan, pengurus Tunas Indonesia Raya, organisasi sayap Gerindra, mengetikkan ucapan Prabowo di laptop. Sesekali Prabowo membuka buku karangannya, Paradoks Indonesia.
Setelah gagasannya tertuang, Prabowo mengirimkan draf pidato kepada Yudhoyono. Presiden keenam itu menambahkan sejumlah pikiran. Setelah disempurnakan Yudhoyono, naskah pidato dibacakan Prabowo pada Senin malam pekan lalu di Jakarta Convention Center, Senayan. “Pidato kebangsaan itu pemanasan debat dan sinyal bahwa kami siap tempur,” kata Miftah Sabri.
Siang sebelum berpidato di JCC, Prabowo menerima tim debat yang dipimpin Sudirman Said di rumahnya di Hambalang, Bogor. Menurut Sudirman, mereka membahas kisi-kisi pertanyaan dari Komisi Pemilihan Umum seputar isu korupsi, hukum, hak asasi manusia, dan terorisme.
Esoknya, Prabowo dan Sandiaga menggelar geladi resik di rumah peninggalan orang tua Prabowo di Jalan Kertanegara 4, Jakarta Selatan. Prabowo mengundang sejumlah pakar, di antaranya bekas Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, serta dua mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai dan Hafid Abbas.
Di hadapan mereka, Prabowo dan Sandiaga melakukan simulasi debat. Juru bicara Badan Pemenangan, Dahnil Anzar Simanjuntak, bertindak sebagai moderator. Ada juga yang berperan menjadi Jokowi dan Ma’ruf untuk melontarkan pernyataan sanggahan.
Pada akhir latihan, para pakar memberikan masukan. Bambang Widjojanto, misalnya, menyarankan pasangan ini menyinggung isu penguatan komisi antirasuah dengan merekrut penyidik independen. “Kasus korupsi yang makin canggih membuat KPK membutuhkan ahli forensik digital,” ujar Bambang.
Bambang juga menganjurkan penguatan KPK di daerah. Pada saat latihan debat, Bambang menawarkan konsep pembagian wilayah penanganan korupsi menjadi tiga, yakni Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Prabowo sempat menukil masukan Bambang saat berdebat di panggung KPU. “Kami akan bikin KPK di daerah-daerah,” kata Prabowo menjawab pertanyaan panelis soal cara memberantas korupsi.
Melalui Dahnil, mantan Ketua KPK, Busyro Muqoddas, urun rembuk. Busyro menyampaikan bahwa Prabowo dan Sandiaga harus menyoroti banyaknya aturan dan kebijakan pemerintah yang membuka peluang korupsi. “Saya pakai kasus reklamasi Teluk Jakarta dan skandal perizinan megaproyek Meikarta sebagai ilustrasi untuk tim debat,” ujar Busyro.
Prabowo Subianto bersama Sandiaga Uno saat menyampaikan pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center, 14 Januari 2019. TEMPO/Subekti.
Masukan lain datang dari Hafid Abbas. Bekas Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan HAM ini berbicara tentang ketimpangan akses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Kepada Prabowo, Hafid memberikan saran agar menyinggung pemenuhan hak-hak dasar warga negara sebagai salah satu program kerja berbasis hak asasi manusia. “Saran yang sama saya berikan ke Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla, kok,” ujar Hafid.
Sesi latihan digunakan Sandiaga untuk memilah-milah temuan saat blusukan ke seribu titik lokasi kampanye di seluruh Indonesia. Dari tempat-tempat yang disinggahinya, Sandiaga menyiapkan 20 kasus yang siap diceritakan saat debat. Dua di antaranya sempat terlontar di panggung.
Sandiaga menyebut kisah Najib, nelayan di Karawang yang dipersekusi, untuk menjawab pertanyaan tentang strategi mengatasi diskriminasi. Ia pun menyebut Lukman Dewantara, penyandang disabilitas yang menjadi mentor bisnis online, saat menanggapi problem pemenuhan hak kaum difabel. “Semua kisah itu nyata, bukan fiktif, dan baru dikeluarkan Sandiaga jika relevan dengan pertanyaan debat,” Sudirman menjelaskan.
Bukan hanya materi yang diperdalam. Penampilan pun menjadi perhatian tim. Wakil Ketua Badan Pemenangan, Nanik S. Deyang, dan anggota Direktorat Komunikasi, Imelda Sari, ditugasi memoles gaya komunikasi dan gestur jagoan mereka supaya gagasan yang telah dihimpun bisa diserap khalayak.
Prabowo tak terus-menerus berlatih. Sehari sebelum debat, ia memilih rehat. Adapun Sandiaga terus menempa gaya presentasinya. Sebagaimana terlihat dalam cuplikan video berdurasi sekitar satu setengah menit yang dikirimkan timnya, Sandiaga berlatih merapal visi dan misi, dengan jempol dan telunjuk kedua tangannya membentuk “L”.
Siang pada hari debat, Prabowo menemui Yudhoyono. Menurut Sudirman, yang ikut menemani Prabowo, Ketua Umum Gerindra itu meminta masukan dari Yudhoyono, yang berpengalaman dua kali memenangi pemilihan presiden. Wakil Ketua Umum Demokrat Sjarifuddin Hasan mengatakan Yudhoyono dan Prabowo lebih banyak membahas tip menghadapi debat, alih-alih mendiskusikan visi dan misi.
Di tengah pertemuan, Yudhoyono menitipkan pesan kepada Prabowo. Sebagaimana diungkapkan Sudirman, Yudhoyono mewanti-wanti agar Prabowo dan Sandiaga tak menyerang kubu lawan dan tetap berbicara santun. “Terapkan pola active-defense system, selalu siap ketika lawan menyerang,” kata Yudhoyono, seperti ditirukan Sudirman.
RAYMUNDUS RIKANG, HUSSEIN ABRI, DEVY ERNIS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo