Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Novel yang Timbul dan Tenggelam

Jokowi sudah menyiapkan jawaban bila Prabowo menanyakan kasus Novel Baswedan. Prabowo malah tak bertanya.

18 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, dalam aksi damai yang digelar Koalisi Masyarakat Sipil di gedung KPK. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NOVEL Baswedan menjadi topik yang dibahas khusus oleh Presiden Joko Widodo dalam pertemuan dengan ketua umum partai koalisi pengusungnya di Restoran Seribu Rasa, Menteng, Jakarta, pada Selasa malam pekan lalu.

Kepada tetamu, Jokowi menyampaikan bahwa ia telah memerintahkan Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian menindaklanjuti rekomendasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengenai kasus penyerangan terhadap Novel.

“Presiden menjelaskan soal pembentukan tim gabungan pencari fakta Novel Baswedan,” ujar Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Muhammad Romahurmuziy, Kamis pekan lalu.

Komnas HAM menemukan fakta baru dalam peristiwa penyerangan Novel dengan air keras pada April 2017. Komnas membentuk tim khusus untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia dalam penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi itu pada Februari 2018 setelah pengusutan polisi mandek. Pada akhir tahun lalu, penyelidikan rampung dan menghasilkan sejumlah rekomendasi, termasuk pembentukan tim gabungan untuk menyelidiki lagi kejadian yang menimpa Novel.

Meski begitu, polisi baru membentuk tim yang dimaksud sebulan kemudian. Ini karena mereka belum menerima rekomendasi dari Komnas HAM. Komnas sebenarnya berusaha menemui Kepala Polri untuk menyerahkan rekomendasi, tapi tak mendapatkan jadwal bertemu.

Menurut juru bicara Polri, Inspektur Jenderal Muhammad Iqbal, selama sebulan itu agenda Tito sangat padat. “Namun Pak Tito sangat serius untuk mengusut kasus ini,” ujarnya. Belakangan, Tito menugasi Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Ari Dono menerima Komnas HAM.

Setelah laporan dari Komnas HAM sampai ke polisi, Jokowi memanggil Tito. Akhirnya, polisi membentuk tim gabungan yang beranggotakan 65 orang, yang terdiri atas 52 personel Polri, 7 pakar, dan 6 anggota staf KPK, pada 8 Januari lalu. “Presiden memberikan tenggat kerja tim itu selama enam bulan,” kata Romahurmuziy. Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang membenarkan ada pembicaraan tersebut dalam pertemuan pada Selasa malam pekan lalu.

Pembentukan tim gabungan itu rencananya juga dipakai sebagai perisai jika kubu lawan menyerang Jokowi dengan isu Novel dalam debat calon presiden-wakil presiden pertama pada Kamis pekan lalu—sembilan hari setelah tim dibentuk. Tim pemenangan menggelar simulasi apabila Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menanyakan perkembangan kasus Novel yang jalan di tempat selama hampir dua tahun.

Simulasi dirancang tim yang terdiri atas sejumlah pakar, termasuk ahli hukum Yusril Ihza Mahendra. Menurut Yusril, Jokowi akan lancar menjawab bila kasus Novel ditanyakan. Apalagi setelah Polri membentuk tim gabungan. Romahurmuziy menyatakan hal yang sama. “Untuk menjawab jika ditanyakan, antara lain yang disiapkan adalah tim gabungan,” ujarnya.

Nyatanya, dalam debat Kamis pekan lalu, kedua kubu sama sekali tak menyinggung kasus Novel. Sempat berencana menanyakannya, Sandiaga mengatakan Prabowo akhirnya malah melarangnya. “Kami tidak ingin menyudutkan Presiden,” ucapnya. Romahurmuziy menyebutkan justru Jokowi-Ma’ruf sangat ingin ditanyai soal Novel. “Itu sudah sangat kami persiapkan,” katanya.

Anggota Komnas HAM, Choirul Anam, mengatakan kasus Novel akhirnya hanya menjadi komoditas elite. Isu ini berkembang sebelum debat dan layu pada saat debat. “Kesannya hanya jadi narasi politik sesaat,” ujarnya.

HUSSEIN ABRI DONGORAN, PRAMONO, FIKRI ARIGI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Hussein Abri Dongoran

Hussein Abri Dongoran

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, lulusan Universitas Pasundan, Bandung, ini banyak meliput isu politik dan keamanan. Reportasenya ke kamp pengungsian dan tahanan ISIS di Irak dan Suriah pada 2019 dimuat sebagai laporan utama majalah Tempo bertajuk Para Pengejar Mimpi ISIS.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus