Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hajatan hari jadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke-69 di Surabaya, Selasa pekan lalu, tampaknya amat menghibur Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tiga belas hari sebelum lengser, sang Presiden disuguhi parade dan defile pasukan dan senjata terbaik yang dimiliki TNI. Ia juga menikmati pelayaran wisata di sekitar perairan Madura menggunakan KRI Dewaruci. "Selama sepuluh tahun menjabat presiden, saya bekerja keras mengembalikan kejayaan TNI yang ditakuti dan disegani lawan serta dicintai rakyat," ujar Yudhoyono dalam pidatonya.
Arak-arakan ulang tahun ini sengaja dipersembahkan bagi Yudhoyono, presiden berlatar belakang tentara, untuk mengantarkannya pensiun dari kepala negara dan kepala pemerintahan. Yudhoyono menyebutkan perayaan ulang tahun TNI kali ini paling megah. "Sesuatu yang tak pernah terjadi sejak Republik berdiri," katanya.
Hari itu Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara memamerkan ratusan kendaraan tempur, kapal perang, dan pesawat tempur, dengan melibatkan 23 ribu tentara. Panglima TNI Jenderal Moeldoko bergoyang dangdut dan membagi-bagikan uang kepada para tentara yang berjingkrak dalam sukacita.
Buat sebagian orang, unjuk kekuatan TNI di tengah munculnya spekulasi akan adanya penggagalan pelantikan presiden Joko Widodo dan wakil presiden Jusuf Kalla agak mengkhawatirkan. Bahkan sampai menerbitkan curiga bahwa tentara sedang menggarap mahasiswa di tengah naiknya suhu politik menjelang inaugurasi Jokowi-Jusuf Kalla.
Ihwal curiga ini bermula ketika pada Kamis tiga pekan lalu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo mengumpulkan perwakilan badan eksekutif mahasiswa (BEM) dari 69 universitas di seluruh Indonesia di Markas Komando Pasukan Khusus, Cijantung, Jakarta Timur. Gatot membuka ceramahnya dengan menceritakan Dr Soetomo, pahlawan nasional pendiri Budi Utomo. Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat itu juga berbicara tentang perang akibat berebut energi dan sumber daya mineral. Dia mencontohkan perang yang terjadi di Irak dan Afganistan hingga konflik di Ukraina. Di depan mahasiswa, Gatot menyatakan pertemuan ini untuk menyamakan visi dan misi karena, menurut dia, masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Tak semua perwakilan BEM memenuhi undangan itu. Presiden BEM Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, Siswandi, menolak ke Jakarta. Ia menuding undangan itu kamuflase dari upaya "pengondisian" TNI ke mahasiswa. BEM Universitas Indonesia juga tak mengirimkan delegasinya. Ketua BEM UI Ivan Riansa menyatakan sengaja tak menghadirkan perwakilan mereka ke Cijantung karena melihat ada maksud tertentu dalam undangan diskusi itu.
Ivan mengatakan dia mendapat informasi dari peserta pertemuan di Cijantung bahwa TNI meminta mahasiswa berkoordinasi dengan tentara manakala hendak menggelar demonstrasi. Alasan yang disampaikan oleh TNI, mahasiswa rawan ditunggangi kepentingan asing. TNI sangat khawatir akan hal itu.
Koordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia Diki Saefurohman juga mempertanyakan keabsahan jaringan BEM yang hadir dalam diskusi itu. Musababnya, hampir semua jaringan BEM Seluruh Indonesia, yang terdiri atas universitas negeri terkemuka, tak hadir dalam acara tersebut. "Mungkin 69 BEM itu berasal dari universitas swasta yang bukan jaringan kami," kata Diki.
Jenderal Gatot Nurmantyo belum bisa dimintai klarifikasi perihal tujuan diskusi yang ia gelar. Demikian pula Brigadir Jenderal Andika Perkasa dari Dinas Penerangan Angkatan Darat. Menurut seorang anggota staf Dinas Penerangan Angkatan Darat, keduanya tengah melakukan peninjauan ke sejumlah komando daerah militer di Indonesia timur. "Beliau sedang di tengah laut," ujar sumber Tempo di Angkatan Darat, Sabtu pekan lalu.
Santernya spekulasi penggagalan pelantikan Jokowi agaknya mereda setelah Panglima TNI Jenderal Moeldoko memberikan pernyataan di arena peringatan ulang tahun TNI. Dia menjamin TNI akan memberikan pengamanan spesial pada pergantian presiden nanti. Moeldoko menyatakan tidak ingin ada gangguan sekecil apa pun dalam pergantian presiden. "Semuanya akan berjalan lancar," ucapnya.
Indra Wijaya, Muhammad Muhyiddin
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo