Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tiga Kubu Berebut Penghuni Medsos

Kampanye berebut simpati pemilih muda di media sosial semakin sengit. Model dialog dianggap mulai manjur ketimbang gimik gemoy. 

2 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Calon Presiden Anies Baswedan menjawab pertanyaan mahasiswa sebagai bagian dari kampanye di 105 Cafe, Bandung, Jawa Barat, 29 November 2023. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA — Tiga kubu pendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden terus bertarung memperebutkan simpati dari kelompok pemilih muda dan pemula. Mereka semakin kencang berkampanye di aneka platform media sosial yang digemari oleh generasi Z dan generasi milenial, dua kelompok pemilik hak suara terbesar dalam Pemilihan Umum 2024.

Hasilnya, meski belum bisa sepenuhnya dijadikan acuan elektabilitas, pertarungan konten antarpendukung capres-cawapres semakin sengit. Ismail Fahmi, pendiri platform pemantau percakapan media sosial dan pemberitaan online Drone Emprit, mencontohkan lonjakan percakapan di X—dulu Twitter—berisi kata kunci "desak anies", tajuk dialog dalam program kampanye Anies Rasyid Baswedan di sejumlah daerah. Drone Emprit mencatat, per 27 Desember lalu, pengguna X menyebutkan kata kunci "desak anies" sebanyak 35 ribu kali. Angka ini jauh melampaui penyebutan "gemoy" pada citra kampanye Prabowo Subianto yang hanya disebut 6.000 kali di X pada hari yang sama.

Fahmi mengatakan gejala meningkatnya percakapan tentang Desak Anies sebetulnya mulai tampak ketika muncul pertama kali pada 19-20 Desember lalu. Dalam empat hari, jumlah penyebutan "desak anies" di X sudah berada di atas kata "gemoy", yang sudah tampak menurun drastis diperbincangkan oleh pengguna X pada pertengahan bulan lalu. “Desak Anies banyak didukung milenial karena membuat format baru,” kata Fahmi kepada Tempo, kemarin. “Tren gemoy sudah mulai turun. Tidak dianggap menarik.”

Menurut dia, merujuk pada hasil analisis Drone Emprit, kata kunci "desak anies" lebih banyak diperbincangkan dalam framing positif. Sedangkan kata kunci "gemoy" belakangan justru dibicarakan secara negatif, ditengarai oleh akun-akun pendukung lawan-lawan Prabowo. "Akun pendukung (nomor urut) 2 sendiri bahkan tidak membahas gemoy," ujarnya. 

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan (kanan), calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto, dan calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo saat debat perdana di KPU, Jakarta, 12 Desember 2023. TEMPO/Febri Angga Palguna

Gemoy—istilah gaul sebagai pelesetan dari kata gemas—dalam beberapa bulan terakhir viral dan identik dengan strategi kampanye Prabowo, capres nomor urut 2 yang berpasangan dengan putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka. Citra Prabowo, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD yang selama ini dikaitkan dengan kasus penculikan aktivis mahasiswa pada 1998, dipermak menjadi sosok yang seakan-akan menggemaskan. Tingkah Prabowo yang belakangan kerap menari di depan publik merupakan bagian dari strategi tersebut. Tim kampanye digital Prabowo-Gibran juga menyulap wajah Prabowo di baliho-baliho kampanye dengan ilustrasi ala animasi buatan Disney Pixar agar tampak lucu dan menarik.

Adapun pasangan nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, menggulirkan Desak Anies. Program ini sebenarnya telah digulirkan Anies sejak Agustus 2023 dan kemudian semakin gencar setelah masa kampanye dimulai pada 28 November lalu. Kampanye berupa dialog antara Anies dan kalangan masyarakat di sejumlah daerah secara terjadwal ini kemudian dipublikasikan lewat YouTube. Potongan rekaman video acara ini kemudian disebarkan di sejumlah platform media sosial. 

Fahmi mengatakan hasil pemantauannya—menggunakan metode pencarian secara terarah di mesin pencari Google—juga mendapati indikasi semakin masifnya penggunaan kata kunci "desak anies" di platform YouTube. Menurut dia, dalam kurun waktu 24 Desember-31 Desember 2023, jumlah konten YouTube yang menggunakan kata kunci "prabowo gemoy" masih lebih banyak, yakni sebanyak 15.300 video. Namun kata kunci "desak anies" juga mulai merangsek naik menjadi 11.800 video.

"Selisihnya tidak jauh berbeda dalam sepekan terakhir," kata Fahmi. "Tim 01 perlu terus ngegas. Dan tim 02 perlu hati-hati akan ada yang menyalip."  

Ilustrasi kampanye digital calon presiden dan wakil presiden di media sosial. TEMPO/Bintari Rahmanita

Sementara itu, di tengah pertarungan antara kampanye Desak Anies dan Prabowo Gemoy, pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud Md. dianggap belum menggulirkan kampanye digital yang unik. Belakangan Mahfud Md., cawapres yang juga Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, mulai melakukan siaran langsung di TikTok. “Tapi belum terlihat pergerakannya. Tapi sepertinya tidak banyak juga,” kata Fahmi.

Fahmi menilai langkah terbaru kampanye Mahfud di TikTok juga terlambat dibanding dua lawannya. Anies, misalnya, belakangan juga semakin intens menggelar percakapan langsung dengan pengguna TikTok. Siaran langsung itu mendapat perhatian anak muda. “Viral sampai 300 ribu,” ujarnya. Bahkan beberapa hari terakhir pengguna X juga diramaikan oleh munculnya akun @aniesbubble yang menyebarkan beragam konten kampanye Anies, termasuk potongan video siaran langsung di TikTok, menggunakan gaya fanbase penggemar K-pop.

Bukan Strategi Baru Anies Baswedan

Kampanye di platform digital sejak awal diprediksi semakin marak pada Pemilu 2024. Para pemilik suara di kalangan generasi milenial dan generasi Z—penyebutan untuk kelompok generasi yang lahir pada rentang waktu 1981-1996 dan 1997-2012—sebenarnya sudah mendominasi demografi pemilih pada pemilihan sebelumnya. Namun pada pemilihan kali ini jumlahnya semakin banyak seiring dengan masuknya pemilih baru pada generasi Z, terutama yang lahir pada rentang waktu akhir 2021 hingga awal 2005. 

Merujuk pada daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024 yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum, jumlah pemilih dari kelompok generasi milenial mencapai 66,8 juta jiwa. Sedangkan generasi Z atau biasa disebut Gen Z mencapai 46,8 juta jiwa. Gabungan kedua kelompok pemilih ini mencapai 55,56 persen dari total 204,8 juta pemilik hak suara. Generasi milenial dan Gen Z merupakan angkatan pemilih yang banyak berinteraksi di media sosial. 

Juru bicara Tim Nasional Pemenangan Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas Amin), Usamah Abdul Aziz, mengatakan Desak Anies merupakan strategi kampanye yang diinisiasi oleh tim kepemudaan pendukung Anies Baswedan, Ubah Bareng. Program ini memberikan ruang masyarakat untuk berdialog dengan bekas Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Dia membenarkan program itu diluncurkan sebagai salah satu upaya untuk meraih suara generasi milenial dan generasi Z. Namun, di luar itu, tim kampanye Anies berharap program semacam itu mengubah kampanye yang kerap dipersepsikan sebagai acara ingar-bingar dan huru-hara. "Kampanye juga bisa mengedukasi dan mencerdaskan masyarakat,” kata Usamah kepada Tempo, kemarin.

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan berpidato di Jakarta, 27 Desember 2023. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.

Menurut Usamah, ide Desak Anies sebenarnya tak baru. Inspirasinya justru diambil dari kegiatan "Mengadili Anies" yang bergulir pada 2013. Pola dialog serupa kemudian diusung lagi dan dimulai pada Agustus lalu atas persetujuan Anies. "Forum ini juga untuk meluruskan stereotipe kepada Anies selama ini, seperti ada yang menyebutnya bapak politik identitas," ujarnya.

Pada 2013, akun YouTube Anies Baswedan tercatat mengunggah serial konten "Mengadili Anies". Kala itu, Anies memang menjadi salah satu tokoh yang masuk dalam radar kandidat untuk berlaga dalam pilpres 2014. Anies sempat ikut dalam konvensi calon presiden yang digelar Partai Demokrat, yang dimenangi oleh Dahlan Iskan. Belakangan, ketika Demokrat urung mengusung calon, peserta konvensi seperti Dahlan dan Anies bergabung dalam barisan pendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.  

Usamah mengatakan, dengan kampanye model dialog, Anies bisa menangkap aspirasi masyarakat. Hasilnya, animo masyarakat terhadap kegiatan Desak Anies diklaim cukup memuaskan. “Di Jakarta, misalnya, penonton yang mendaftar hampir 3.000 orang. Padahal kapasitas hanya 300,” kata Usamah. 

Tim Ubah Bareng juga yang menyarankan Anies menggelar siaran langsung di TikTok, platform yang kebanyakan penggunanya adalah generasi Z. Karena itu, kata Usamah, siaran langsung Anies di TikTok berbeda konsep dengan Desak Anies. “Bukan isu-isu berat. Tapi berbicara kehidupan,” ujarnya.

Adapun soal munculnya @aniesbubble di X yang dinilai hendak menyasar penggemar K-pop, Usamah mengatakan akun tersebut bukan bikinan tim kampanye Anies. Hal senada diutarakan juru bicara Timnas Amin, Billy David Nerotumelina. Toh, dia mensyukuri kehadiran akun-akun penggaet pemilih muda semacam ini. "Semakin banyak orang yang percaya dan ikut mendukung dan mengkampanyekan Anies dengan caranya masing-masing," kata Billy. 

Sejumlah relawan muda TKN Fanta membawa poster saat melakukan pawai di Jakarta, 14 Desember 2023. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Prabowo Gencarkan Kampanye Jalur Darat

Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Herzaky Mahendra Putra, mengatakan strategi mendapatkan dukungan pemilih muda dilakukan oleh tim Fanta. Merujuk pada struktur resmi TKN, tim ini dikomandoi oleh Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 2013-2015 Muhammad Arief Rosyid Hasan, yang belum lama ini mengundurkan diri dari jabatan Komisaris Independen PT Bank Syariah Indonesia. 

Menurut Herzaky, tim Fanta diisi anak muda dan berhubungan langsung dengan Prabowo-Gibran. “Kalau kampanye daerah, Prabowo-Gibran ditemani tim Fanta untuk memberi masukan perihal meraih dukungan anak muda,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.

Herzaky mengatakan upaya meraih dukungan anak muda dibagi menjadi kampanye udara dan darat. Kampanye udara dilakukan di media sosial yang sudah berlangsung sejak awal masa kampanye dengan menggunakan teknologi digital, termasuk memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI). Tujuannya, kata dia, memberikan kesan menarik supaya anak muda tertarik membaca visi dan misi Prabowo-Gibran. “Kami lakukan di berbagai platform,” ujarnya. Jauh sebelum Anies menggelar siaran langsung di TikTok, kata Herzaky, tim Fanta lebih dulu menggulirkan forum percakapan langsung di media sosial, seperti Space di X. 

Dia mengakui tim kampanye Prabowo menyebarluaskan istilah "gemoy" di media sosial. Namun, menurut dia, strategi "gemoy" bukan sekadar gimik, melainkan ekspresi kultural Prabowo. Maksudnya, Prabowo yang memiliki rekam jejak seorang militer tetap bisa interaktif dan mendapat perhatian anak muda. Karena itu, kata Herzaky, istilah "gemoy" tidak berarti Prabowo tak punya gagasan. "Prabowo justru kerap menyampaikan gagasannya dalam berbagai acara," ujarnya.

Meski begitu, Herzaky mengakui timnya tak bisa lagi mengandalkan strategi kampanye "gemoy". Timnya saat ini lebih berfokus melakukan kampanye darat untuk mempertahankan sekaligus mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran sampai kelak tahap pencoblosan.

Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo (tengah) saat berdiskusi dengan petani dan sejumah tokoh masyarakat di persawahan, Kecamatan Purworejo, Jawa Tengah, 31 Desember 2023. TEMPO/Febri Angga Palguna

Ganjar Berfokus ke Penyebaran Program Kerja

Juru bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Chico Hakim, mengatakan timnya saat ini berfokus menyebarkan empat hal kepada pemilih muda di media sosial. Keempatnya itu meliputi upaya Ganjar-Mahfud menangani pendidikan, meningkatkan UMKM, mengatasi harga bahan pokok, dan menyediakan lapangan kerja. Menurut Chico, empat isu tersebut menjadi perhatian anak muda sehingga perlu disebarkan secara masif. “Kami sasar generasi Z dan milenial,” ujarnya.

Di media sosial, ujar Chico, timnya sejak awal sebetulnya sudah membuat rencana Ganjar dan Mahfud melakukan siaran langsung di TikTok. Namun siaran langsung ini baru dilakukan oleh Mahfud beberapa hari lalu. “Baru dilaksanakan karena mereka sibuk,” ujarnya.

Adapun juru bicara TPN Ganjar-Mahfud lainnya, Patria Ginting, mengatakan Ganjar-Mahfud akan terus menyerap aspirasi generasi muda, seperti kekhawatiran terhadap lapangan kerja, praktik korupsi, dan mental health. Semua itu, kata dia, sudah dijawab dalam visi-misi. “Termasuk dalam 21 program unggulan seperti program ‘Internet Gratis untuk Anak Sekolah’ dan ‘SMK Negeri Gratis: Lulus Sekolah Langsung Kerja’,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.

Menurut Patria, penggunaan media sosial akan terus dimanfaatkan timnya karena penggunanya kebanyakan anak muda. Soal ini Patria menilai Ganjar punya modal karena menjadi tokoh rujukan dalam penggunaan medsos saat menjadi Gubernur Jawa Tengah melalui program Lapor Gub. “Di situ Pak Ganjar menunjukkan bahwa medsos adalah alat monitoring dan percepatan kelancaran pelayanan publik bagi masyarakat,” ujarnya.

Poster dan spanduk kampanye di Jalan Supratman, Bandung, Jawa Barat, 3 Desember 2023. TEMPO/Prima Mulia

Bahaya Manipulasi di Kampanye Media Sosial

Direktur Pusat Studi Media dan Demokrasi Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Wijayanto mengatakan pemilihan umum merupakan prosedur untuk regenerasi kepemimpinan. Regenerasi dilakukan sebagai bagian upaya mewujudkan demokrasi. Demokrasi perlu diperjuangkan untuk bisa memenuhi hak-hak asasi warga. “Seperti menawarkan solusi untuk memberikan akses pendidikan, kesehatan, kebebasan sipil, serta kehidupan layak,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.

Pemilihan umum yang berkualitas dapat dilihat dari kampanye yang berlangsung. Kampanye yang baik memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui gagasan kandidat sebanyak-banyaknya. Informasi yang disampaikan pun harus substantif mengenai solusi penyelesaian masalah warga. Tertutupnya informasi akan membuat pemilihan umum berjalan tidak baik. “Perlu juga ada dialog dengan warga negara. Warga harus diperlakukan sebagai subyek,” ujar Wijayanto.

Namun, tutur Wijayanto, adanya gimik justru berdampak buruk bagi kualitas demokrasi. Gimik akan menciptakan manipulasi informasi sehingga menyesatkan pilihan masyarakat. “Gimik akan menutupi informasi yang sesungguhnya,” ujar Wijayanto. “Pemilu jadi tak bermutu."

Menurut Wjayanto, gimik "gemoy" dalam kampanye Prabowo bisa memanipulasi informasi tentang sosok sang kandidat. Pemilih dibuat tidak bisa mengetahui rekam jejak Prabowo. Gimik serupa diterapkan oleh Bongbong Marcos, yang memenangi pemilihan presiden di Filipina. Padahal ayahnya, Ferdinand Marcos, merupakan diktator yang mendirikan rezim otoriter. “Generasi anak muda sekarang tak mengerti. Karena itu gimik tak baik bagi pemilu,” ujarnya.

HENDRIK YAPUTRA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus