Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Polisi Periksa Orang Tua Secara Intensif

"Pengakuan ayah dan ibu tirinya sama: ayahnya lebih sering memarahi Sania."

21 November 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANGERANG - Polisi masih menyelidiki penyebab kematian Sania, bocah perempuan berusia 3,5 tahun asal Pondok Pucung, Karang Tengah, Kota Tangerang, kemarin. Sania dicurigai meninggal secara tak wajar karena didapati lebam pada tubuhnya.

"Kami masih memeriksa kedua orang tuanya," kata Kepala Kepolisian Sektor Ciledug, Komisaris I Ketut Sudarsana, ketika dihubungi kemarin.

Sudarsana menerangkan bahwa pemeriksaan atas M, 35 tahun, ibu tiri Sania, dan S, 33 tahun, ayah kandung, berlangsung intensif sejak akhir pekan lalu. Namun, dari beberapa kali pemeriksaan itu, polisi belum merasa cukup untuk menentukan penyebab kematian dan tersangka di balik kasus tersebut.

Sejauh ini, baik M maupun S mengungkapkan bahwa kematian putrinya itu karena sakit. Selama ini disebutkan bahwa Sania susah makan. "Mereka mengaku bingung karena anak itu setiap habis makan hampir selalu dimuntahkan," kata Sudarsana.

Karena tidak mau makan itu, kata Ketut, Sania kerap menjadi sasaran kemarahan, terutama dari sang ayah. Adapun S bekerja sebagai kuli bangunan dan jarang berada di rumah. Bahkan, ketika Sania sakit dan kemudian meninggal pada 5 November lalu, S sedang bekerja di Cisoka, Kabupaten Tangerang.

"Tapi pengakuan ayah dan ibu tirinya sama: ayahnya lebih sering memarahi Sania ketimbang ibu tirinya," kata Sudarsana sambil menambahkan, polisi masih terus mendalami keterangan itu. "Sambil kami menunggu hasil autopsi," dia menambahkan.

Secara keseluruhan polisi telah memeriksa delapan orang dalam penyelidikan kasus ini, termasuk seorang ahli psikologi. Selain terhadap M dan S, Sudarsana menambahkan, polisi fokus meminta keterangan dari kakak tiri Sania yang berusia 11 tahun.

Sebelumnya, Wakil Kepala kepolisian Resor Metro Tangerang Ajun Komisaris Besar Erwin Kurniawan mengatakan, dari hasil visum sementara, pada tubuh Sania ditemukan luka lebam di beberapa titik tubuh bagian luar. "Dari luka lebam itu diduga ada penganiayaan," ujar Erwin.

Namun, kata Erwin, luka lebam di luar tubuh itu belum pasti menjadi penyebab kematian Sania. "Untuk memastikannya, kami masih menunggu hasil autopsi," kata Erwin, pekan lalu.

Investigasi ilmiah, menurut Erwin, saat ini sedang dilakukan tim penyelidik Polsek Ciledug dan Polres Metro Tangerang untuk mendapatkan alat bukti dari dugaan penganiayaan dan tindakan kekerasan pada Sania. "Karena tidak mudah menetapkan seseorang sebagai tersangka," kata Erwin.

Sania dilaporkan meninggal secara tidak wajar oleh beberapa tetangganya. Laporan dibuat setelah seorang di antaranya sempat dimintai tolong untuk memijat bocah itu, yang disebutkan orang tuanya, "Pingsan." Tapi permintaan tersebut ditolak karena saat itu, sebelum Sania dilarikan ke rumah sakit, didapati lebam dan nadi tak lagi berdenyut. JONIANSYAH HARDJONO


Antara Dafa dan Sania

Polisi Tangerang mengusut kematian Sania, usia 3,5 tahun, hampir bersamaan dengan kasus Dafa Mustaqim, 7 tahun. Polisi mengusut setelah mendapat laporan dari tetangga masing-masing yang curiga atas kematian dua anak itu di rumah sakit yang dianggap tidak wajar. Sania disebutkan jatuh sakit karena susah makan, sedangkan Dafa mendapat perawatan karena demam tinggi.

DAFA SANIA
LOKASI DAN WAKTU KEMATIAN
Larangan, Kota Tangerang, 20 Oktober 2016Karang Tengah, Kota Tangerang, 5 November 2016
VISUM
Luka lebam pada tubuh serta darah yang mengalir dari hidung dan telinga.Di beberapa titik tubuh bagian luar ada luka lebam.
AUTOPSI
Luka pada tengkorak belakang bagian kanan dan mata kanan serta lebam di sudut bawah mata kiri dan bawah telinga. (masih ditunggu hasilnya per kemarin)
SAKSI
Guru dan tetangga
Sehari sebelum dibawa ke rumah sakit dan akhirnya meninggal, wali kelas dan beberapa guru lainnya membersihkan luka di kepala Dafa. Dafa mengaku kepada gurunya bahwa dia dipukul ibunya dengan menggunakan sapu.
Tetangga
Satu orang sempat diminta memijat Sania, tapi menolak karena mendapati nadi tak lagi berdenyut, sementara beberapa bagian tubuh bocah ini lebam dan bengkak. Tetangga yang lain mengungkapkan bahwa Sania kerap mengalami hukuman fisik, seperti dijewer oleh ibunya.
Kakak Dafa
Kakak Dafa menyebutkan luka di kepala Dafa disebabkan oleh benturan ke tembok setelah disikut ibunya. Wajah kanan disikut, terjatuh, dan kepalanya membentur tembok.
 
TERSANGKA
Suyati alias Yati, ibu tiri. Hanya mengakui menyikut Dafa, mengaku tak tahu yang terjadi setelahnya. (masih pemeriksaan saksi-saksi per kemarin)
JONIANSYAH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus