Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KOTA Jakarta sudah dilengkapi berbagai fasilitas transportasi publik yang maju, dari angkutan kota JakLingko, bus Transjakarta, hingga kereta Commuter Line. Tapi apakah transportasi Jakarta ini sudah ramah bagi kalangan penyandang disabilitas?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk mengetahuinya, Tempo mengadakan jajak pendapat (polling) di akun media sosial @tempodotco di X pada Senin, 16 September 2024, dan berlangsung selama sepekan. Tempo menanyakan apakah transportasi publik di Jakarta—Commuter Line, Transjakarta, JakLingko, dan fasilitas pendukungnya—sudah ramah difabel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasilnya, sebanyak 36 persen dari 817 partisipan menilai transportasi publik di Jakarta masih kurang ramah difabel. Bahkan 20 persen menjawab kurang sekali. Adapun jawaban bagus sebanyak 31 persen dan bagus sekali 13 persen. Sebagai catatan, jajak pendapat ini bersifat terbuka sehingga bisa diikuti siapa saja, baik orang Jakarta maupun luar Jakarta, serta yang difabel ataupun tidak.
Salah seorang warganet menulis komentar di bawah polling itu bahwa Transjakarta dan Commuter Line sudah ramah difabel. “Sebagian besar fasilitas Jakarta sudah ramah difabel antara 2017-2022. Hanya, sejak 2023 hingga sekarang, beberapa fasilitas tidak dipelihara dengan baik, bahkan sudah tidak diperluas (mengerucut),” begitu akun @WouldnEyes51927 menuliskan.
Tempo juga menggelar jajak pendapat di Instagram pada 27 September 2024 dengan pertanyaan serupa dan mendapat penilaian yang sebagian besar cenderung negatif. Akun @abednegosembiring, misalnya, dengan tegas menjawab, “Tidak.” Lalu akun @indah_indra_razak menyatakan, “Mayoritas belum.” Begitu pula akun @narendrasardjonoputra menuliskan, “Jauh dari harapan."
Beberapa akun lain menyatakan hal yang sama. Akun @andreas.heuvelman tak hanya menjawab fasilitas transportasi Jakarta belum ramah difabel, tapi juga memberi contoh: “Di halte busway yang tingkat semacam Dukuh Atas saja tidak ada akses kursi roda.” Lebih tajam lagi sorotan akun @and_reew yang mengatakan, “Orang lumpuh harus bisa lompat gap peron.”
Namun ada pula yang menjawab fasilitas itu sudah ramah. Akun @adhi.basuki10 menilainya, “Cukup ramah difabel." Akun @lizaren_ berucap lumayan ramah. Sedangkan akun @sahidakbar1 mencatat, “Saya difabel Jakarta, sudah 90 persenlah.”
Pada 4 Oktober 2024, Tempo kembali mengadakan jajak pendapat di Instagram Stories dengan pertanyaan serupa. Sejumlah warganet pun meresponsnya. Akun @bachri2.4 menilai fasilitas transportasi Jakarta belum ramah difabel. “Belum banget. Buat masyarakat yang normal saja belum dimanusiakan, apalagi kawan-kawan difabel kita,” begitu dia menuliskan. Hal serupa dikatakan akun @8.balle bahwa, “Tidak usah difabel. Yang enggak difabel aja fasilitasnya enggak ramah.”
Sementara itu, akun @stewsan70 menyatakan, “Cuma MRT yang paling ramah.” Adapun akun @aiza.rh berkomentar kereta Commuter Line belum ramah difabel. “Belum untuk KRL. Jarak naiknya bisa bikin kecemplung kalau tidak hati-hati."
Lain lagi akun @yoga_sadewa, yang mengatakan bahwa di kendaraan umum sebenarnya sudah ada tempat prioritas untuk kaum difabel. “Cuma, untuk akses jalan secara umum untuk nondifabel saja sulit,” ujarnya.
Meski demikian, akun @sahidakbar1 mengapresiasi para petugas di fasilitas itu. “Petugasnya ramah-ramah, disabilitas diprioritaskan."
Namun sikap masyarakat yang apatis terhadap kelompok rentan menjadi keluhan warganet berakun @tembakdalam4321. “Yang enggak difabel saja bawa anak tidak dikasih duduk, kadang-kadang belagak tidur semua. Apalagi Commuter Line, isinya manusia purba semua."
Tim media sosial Tempo berkontribusi dalam mengadakan survei dan curah pendapat untuk artikel ini. Serial liputan ini merupakan bagian dari jurnalisme konstruktif yang didukung oleh International Media Support