Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Polusi tak hanya membekap Jakarta di sungai-sungai dan udaranya. Polusi juga terjadi di langit Jakarta. Sebagian benda langit telah hilang dari tatapan mata telanjang karena polusi cahaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah seorang yang mengeluhkan hilangnya bintang di langit Jakarta adalah Ronny Syamara, astronom Planetarium Jakarta. Dia mengatakan, beberapa benda langit memang masih bisa diamati, seperti planet, bulan, bintang-bintang terang.
"Tapi untuk yang kategorinya deep sky object, objek-objek yang cukup redup, secara kasat mata sudah susah dilihat," ujar Ronny seperti dikutip dari Antara, Kamis 4 Juli 2019. Dia menambahkan, "Jakarta termasuk cukup parah untuk kualitas cahaya."
Sumber cahaya buatan atau artifisial yang berkontribusi dalam polusi cahaya di Jakarta disebutkannya, antara lain light trespass. Ini adalah istilah untuk cahaya tumpahan yang tanpa sengaja masuk untuk menerangi rumah dan clutter atau cahaya buatan di perkotaan.
Baca juga: Polusi Udara Jakarta, Greenpeace Indonesia: Tak Sehat Sebulan
"Lampu taman maupun lampu trotoar yang mengarah ke atas atau tidak memiliki tudung menjadi salah satu penyebab polusi cahaya," kata Ronny menjelaskan.
Ronny menambahkan, baliho dengan penerangan yang mengarah ke atas, juga dapat memperburuk polusi cahaya di Jakarta. Selain itu, sumber cahaya artifisial yang berkontribusi dalam polusi cahaya adalah glare atau cahaya silau yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada penglihatan.
Ada juga sky glow atau atau cahaya yang dipancarkan secara langsung ke atmosfer yang membentuk seperti kubah menutupi langit malam. Sky glow ini yang menyebabkan penduduk di perkotaan tidak dapat melihat bintang-bintang di langit malam.
Baca juga: Peraturan Baru Anies, 3,5 Juta Mobil di DKI Wajib Uji Emisi 2020
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin membenarkan bahwa kota Jakarta, terutama Jakarta Pusat yang menjadi lokasi Planetarium, berlimpah cahaya. "Hanya sekadar planet terang yang bisa terlihat, bintang-bintang hanya sebagian," kata Thomas tentang polusi cahaya di wilayah itu.