Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Manager Kampanye Perkotaan dan Energi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Dwi Sawung menilai pemasangan kipas dan filter di dalam kelas tak akan efektif mencegah masuknya partikel polusi udara akibat industri arang maupun peleburan alumunium.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apalagi, kalau pintu dan jendela di ruangan masih dibiarkan terbuka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu lokasi pemasangan kipas blower itu dilakukan Pemkot Jakarta Utara di SD Negeri 07 Cilincing. Pemkot setempat memasang dua kipas blower di ventilasi kelas untuk mencegah polusi udara masuk.
"Udara segar harusnya dihasilkan purifier (penyegar udara) dari dalam kelas, ruangan juga harus tersegel. Kalau engga, ya sama aja," ujar Sawung saat dihubungi Tempo, Jumat, 20 September 2019.
Sawung menjelaskan harusnya ruangan kelas dibuat mirip seperti ruangan berpendingin. Dengan begitu, partikel polusi dari luar tak akan masuk ke dalam. Konsep ini sudah diterapkan beberapa sekolah di Kalimantan untuk mencegah asap kebakaran hutan masuk ke kelas.
"Selain itu perlu juga menghilangkan sumber polusi itu sendiri," kata Sawung.
Pemkot Jakarta Utara memasang sebuah alat penyaring udara di satu kelas di SDN Cilincing 07 Pagi pada Selasa lalu untuk memfilter polusi asap pembakaran arang dan aluminium di sekitar sekolah. Menurut Kepala Sekolah SDN 07 Cilincing Juhaedin, pemasangan juga mengacu pada perintah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Pemasangan filter yang dimaksud berupa menyematkan kain dakron di setiap celah ventilasi ruangan. Ada juga dua exhaust fan yang beroperasi 24 jam. Selain itu, Anies melalui Dinas Pendidikan DKI menempatkan dua kipas angin, dua tanaman, dan satu akuarium di setiap kelas
Sebelumnya, SDN 07 Cilincing terkontaminasi asap pembakaran arang dan pelelehan timah. Asap itu warga sekolah rasakan mulai pukul 06.00 WIB. Warga sekolah pun terpakasa menghirup asap ketika sedang upacara atau apel di lapangan sekolah pada pagi hari.
"Jadi bukan cuma terasa di lapangan tapi ruangan sampai jam 09.00 WIB. Mulai berkurang ketika matahari panas," ucap Juhaedin.
Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara sebelumnya mencatat terdapat dua rumah industri peleburan aluminium dan 23 rumah industri arang beroperasi di kawasan RW 09 Cilincing. Asap pembakaran menyebar hingga ke SD Negeri Cilincing 07 Pagi, Jakarta Utara.