Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Naiknya anak Presiden Joko Widodo alias Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden memunculkan rasa kemarahan masyarakat. Itu terlihat saat terjadinya demonstrasi menentang kemunculan dinasti politik dan nepotisme Jokowi pada Kamis, 26 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah poster aspirasi dalam aksi tolak dinasti politik Jokowi terpampang di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat pada Kamis, 26 Oktober 2023. Aksi itu dilakukan oleh Koalisi Masyarakat Sipil Penjaga Reformasi (Kompas Reformasi) pukul 15.00 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam aksi itu, massa membentangkan banner serta poster-poster. Satu bertuliskan ‘Rakyat muak terhadap rezim zolim’, satu lainnya bertuliskan ‘Stop cawe cawe presiden pada pemilu’. Tulisan itu hendak menggambarkan suara yang ada di masyarakat terhadap situasi politik saat ini.
Dalam orasinya, orator Amrin Ajira menyampaikan tiga tuntutan. Pertama, mengutuk tindakan nepotisme dan menolak pengusungan Gibran sebagai cawapres melalui jalur pamannya atau Anwar Usman.
Kedua, menggagalkan rezim yang dianggapnya zalim dan melawan Presiden yang dianggapnya berkhianat terhadap reformasi. Serta sikap Jokowi yang dianggap 'cawe-cawe' terhadap pemilu. Ketiga, menyerukan mosi tidak percaya kepada MK dan Majelis Kehormatan MK (MKMK).
Mewakili tuntutan tersebut, sejumlah poster ikut mewarnai tuntutan dalam aksi. Menurut pantauan TEMPO, ada yang membawa poster bertuliskan 'Presiden Khianati Reformasi', 'Tolak Politik Dinasti', ‘MK Mencret demi dinasti’, sampai 'Kembalikan Netralitas MK'.
Selain kalimat singkat, ada juga yang menulis di atas karton dengan kalimat sedikit panjang. ‘Suara rakyat suara Tuhan qu jangan pancing tuhan qu marah’, ‘Daya dan upaya yang kau propagandakan tidak mampu meruntuhkan dinding-dinding takdir.’.
Ada pula yang menulis dalam satu karton penuh dengan huruf-huruf kapital: ‘Ingat tidak ada presiden sebelum ini yang anaknya menjabat ke pemerintahan teruskan perjuangan reformasi 98 ganyang nepotisme, hanya monyet yang serahkan kecongkakan dan keserakahan pasti hancur. Emangnya Indonesia ini negara embah mu !!! Titip negara bangsa mu, jangan buat main-main.’
Selain bentangkan banner dan poster, massa juga membakar tiga ban besar hingga api menyala di dekat pagar besi pembatas. Asap pun membumbung tebal sejak pukul 16.30 WIB. Makin larut, massa mulai bertindak anarkis dengan melempar botol dan batu.
Beberapa ada yang mulai mendesak maju ke batas pengamanan polisi. Namun, setelah proses mediasi berhasil massa akhirnya bubar setelah adzan maghrib.
"Alhamdulillah, sore ini (18.15 WIB) sudah aman," kata Kapolres Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro.