GENGSI ada di bulu perkutut. Itu menurut para penggemar
perkutut. Yu Seng Cai juga percaya. Penduduk Tasikmalaya, Jawa
Barat, pemilik restoran di Jalan Veteran, ini sudah punya 10
perkutut. Tapi belum merasa nyaman bila belum menyimpan yang
berbulu putih. Soal ada tidaknya itu perkutut bule tidak penting
baginya. Pokoknya, prestisenya ada di bulu perkutut.
Keinginan itu tercium oleh Suhanda dan dua kawannya, yang segera
menawarkan burung langka itu sambil jual omongan. "Ini burung
hasil saya bertapa di makam keramat Terongpeot, Sumedang,"
katanya. Karena nama Terongpeot disebut-sebut, Yu tidak mengusut
lagi peot tidaknya cerita Suhanda. Tawar-menawar untuk dua ekor,
Yu kena Rp 325 ribu.
Tapi, belum sempat mengenyam tuah si perkutut, Yu waswas juga.
Selembar bulu ekor burung itu dicabutnya. Eh, tiga hari kemudian
tumbuh bulu abu-abu kehitaman. Rupanya, putih itu palsu. Yu
segera mencari Suhanda, yang ternyata siap lagi dengan seekor
perkutut putih. Yu lapor kepada polisi. Suhanda tak bisa
mungkir. "Memang saya celup pakai semir rambut," katanya dari
balik terali tahanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini